Dalam waktu singkat.Doreen bahkan tidak mendengar jawaban Kaedyn.Hatinya sedikit mencelos, suaranya bergetar. "Apakah pertanyaan ini sulit dijawab? Kalau ya, katakan saja."Air mata Doreen mengalir.Kaedyn berbalik, memandang Doreen, kemudian berkata dengan tenang. "Aku impoten.""?"Wajah Doreen yang sedih, menangis bercampur marah tiba-tiba menjadi kaku.Lalu dia tiba-tiba tertawa. "Kamu nggak perlu membohongiku dengan alasan seperti itu."Bagaimana mungkin Kaedyn tiba-tiba impoten?Siapa yang Kaedyn coba bohongi?Ekspresi Kaedyn acuh tak acuh. Dia hanya menatap Doreen. "Maaf."Doreen menatap mata Kaedyn, mencoba menemukan tanda-tanda kebohongan."Kamu serius?""Hm."Kaedyn hendak mandi, tetapi dia mengurungkan niatnya untuk sementara. Dia pergi mengambil korek api, kemudian menyalakan rokok dengan sedikit frustrasi. "Serius."Dia merokok, lalu berkata dengan nada dingin. "Kita baru bertunangan, kamu masih punya waktu untuk berubah pikiran."Begitu ucapan Kaedyn terlontar.Mata Dor
Doreen mengangguk, dia juga punya rencana ini.Staf mengetuk pintu ruang ganti, memberi tahu Doreen untuk merekam acara....Jam makan siang di Jepson"Alasan Bu Elena mengambil cuti ternyata karena dia ditangkap. Dia nggak terlihat seperti orang yang kejam."Seseorang bertanya dengan rasa ingin tahu. "Apa yang kalian bicarakan? Apakah kalian lupa pengumuman perusahaan? Jangan menggosipkan masalah pribadi rekan kerja."Misha menutup mulutnya, tertawa. "Aku sudah mau mengundurkan diri dari Jepson. Nggak perlu takut. Dengar-dengar, Elena ditangkap karena membunuh orang.""Hah? Benarkah? Siapa yang dibunuh? Menakutkan sekali.""Dengar-dengar, dia membunuh seorang pria tua." Misha mengerutkan bibirnya lalu berkata, "Hanya kalian yang berpikir kalau Elena adalah orang yang baik. Dia saja cukup kejam untuk menjebloskan ibunya sendiri ke penjara. "Beberapa rekan mendengarkan dengan penuh perhatian.Berpikir bahwa mereka memiliki rekan kerja pembunuh membuat mereka bergidik.Setelah Misha sel
Janine tampak marah. "Kak El, bagaimana mereka boleh bicara sembarangan, mengatakan kalau kamu adalah pembunuh?"Mata Elena melengkung. Dia terkekeh. "Biarkan saja, mereka semua banyak mulut."Janine tertawa. "Kak El, punya banyak mulut itu berarti bukan manusia.""Ya, bukan manusia."Elena tidak ingin menjadi orang yang menjatuhkan orang lain.Ikut-ikutan tanpa pendirian.Bergosip, boleh. Namun, juga harus melihat hal apa yang digosipkan.Elena dan Janine mengobrol sebentar. Karena kurang enak badan, dia pun menutup panggilan telepon.Ketika Elena bertelepon dengan Janine, Nathan pergi ke dapur untuk sementara.Elena yang mendengar suara memotong dari dapur pun seketika merasa penasaran. Dia memakai sandal, lalu beranjak ke dapur.Nathan yang mengenakan jubah tidur berwarna hitam sedang memegang pisau.Dia tengah memotong iga.Masalahnya, ada sebuah penyangga ponsel di atas meja yang menopang ponsel. Ponsel tersebut sedang memutar video tutorial memasak iga."Apa yang sedang kamu laku
Ekspresi Kaedyn tampak acuh tak acuh. Dia melihat arlojinya, lalu berkata dengan nada menyesal kepada Nathan dan Elena. "Aku harus menjemput tunanganku, aku pergi dulu."Dia datang murni hanya untuk mengantarkan USB.Setelah Kaedyn pergi, Elena mengambil USB dari atas meja, lalu dia bertanya dengan bingung. "Siapa itu Tuan Adris?"Nathan menjawab, "Musuh bebuyutanku, seorang psikopat. Apakah kamu pernah mendengar tentang Keluarga Kallias yang ada di ibu kota?"...Di sisi lain, Kaedyn masuk ke dalam mobil dengan ekspresi dingin. Tatapan gelap melintas di matanya.Satu-satunya cara agar Nathan tidak curiga bahwa Kaedyn bekerja sama dengan Adris adalah dengan berpura-pura bahwa Adris yang menjual video tersebut kepadanya."Ke lokasi rekaman 'Suaraku,'" perintah Kaedyn.Dia mengatakan bahwa akan menjemput Doreen, maka dia akan melakukannya. Berakting harus totalitas....Nathan dan Elena kembali ke kamar, menyolok USB ke komputer jinjing, kemudian memutar video itu.Elena terdiam setelah
Mereka menutup panggilan telepon.Elena merasa sangat nyaman dipijat oleh Nathan. Dia menyipitkan matanya sambil mendesah dengan nyaman.Tatapan Nathan menjadi gelap, dia membungkuk untuk menatap mata Elena.Wajah cantik Elena sudah kembali sedikit cerah. "El-el, tolong bayar biaya pijat dulu."Elena benar-benar tidak ingin tertawa, tetapi dia tidak bisa menahannya.Nathan terdengar seperti gigolo.Nathan mengangkat sebelah alisnya, menatap Elena dengan intens. "Kenapa kamu tertawa? Penghasilan dari hasil kerja keras itu sangat mulia, tahu?"Jarak antara mereka terlalu dekat sehingga mereka bisa merasakan napas satu sama lain.Nathan akhirnya menyerah lebih dulu, dia duduk tegak.Jika dia terus menggoda, dialah yang akan menderita.Elena sengaja mengulurkan jarinya untuk mengangkat dagu Nathan.Nathan tak bisa berkata-kata....Vila De Gaia.Briana yang selesai bertelepon dengan Bourne pun menelepon Brandon.Dia berkata dengan ragu-ragu sekaligus tak berdaya. "Kak, perutku terasa nggak
Brandon bertanya, "Kamu ingin menikah dengan Nathan atau hanya ingin Keluarga Ransford mengakui anak ini?"Pilihan kedua masih ada sedikit harapan, sedangkan pilihan pertama agak sulit untuk dikabulkan."Aku mencintainya." Briana tampak bingung. "Kak, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"Brandon telah melihat segala jenis wanita cantik di dunia ini.Beberapa wanita juga mengatakan bahwa mereka mencintai Brandon. Jika Brandon tidak kaya, mereka mungkin tidak akan menyukai pria yang suka bersenang-senang seperti Brandon.Briana adalah putri dari Keluarga Edkins, dia tidak kekurangan uang.Namun, sebenarnya sangat sulit bila dia ingin mendapatkan cinta dari Nathan.Brandon tidak ingin menyakiti Briana dengan melontarkan fakta tersebut.Brandon lanjut berujar, "Kalau kamu memilih untuk melahirkan anak ini secara diam-diam, dia akan nggak punya ayah. Kamu bisa membesarkannya sendiri, toh Keluarga Edkins sanggup melakukannya. Aku akan meminta ayahku untuk bicara dengan orang tuamu."Bran
Elena bangun pagi-pagi sekali, lalu mendengar sebuah kabar buruk.Nathan ingin membawanya pergi menemui dokter pengobatan tradisional."Aku nggak mau pergi. Aku nggak suka minum obat herbal. Baunya nggak enak, rasanya sungguh nggak tertahankan."Elena duduk di sofa sambil memeluk bantal.Dia mengenakan piama sutra berwarna kulit, pinggangnya ramping nan montok.Dia tidak mau mengganti pakaiannya.Nathan belum pernah bertemu orang yang begitu anti pergi berobat. "Setelah minum obat, kamu bisa makan permen.""Aku nggak mau. Mencium baunya saja, aku sudah nggak bisa meminumnya," kata Elena, kemudian menambahkan. "Setelah minum obat baru makan permen, apakah kamu mengira aku ini anak berusia tiga tahun yang mudah ditipu?""Aku nggak suka makan pahit dulu baru makan manis."Elena tampak tak bisa diganggu-gugat.Manik gelap Nathan menatap Elena.Dia biasa menuruti Elena dalam segala hal, tetapi dalam hal pengobatan tradisional dia menunjukkan dominasi yang tidak biasanya.Nathan sama sekali
Namun, saat itu Elena tidak langsung menanyakannya.Janine makan sebutir anggur, kemudian tersenyum sembari mengedikkan bahunya. "Orang tuaku mengancamku untuk kembali ke ibu kota, melahirkan anak. Mereka mengincar properti Keluarga Ransford."Saat Janine berbicara, dia pun tidak tahan lagi. Dia memeluk Elena sambil menangis dengan keras.Mengapa dia memiliki orang tua seperti itu?Elena tidak menyangka ternyata terjadi hal seperti ini. Dia memeluk Janine sembari menghiburnya. "Jangan dengarkan mereka, teruslah tinggal di Kota Burgan.""Aku nggak berpikir untuk kembali, aku hanya merasa nggak nyaman."Janine tahu bahwa orang tuanya menyukai uang.Tipe orang yang terobsesi dengan uang."Ayo ganti baju. Aku akan membawamu pergi bermain. Pakailah pakaian kasual."Sebenarnya, menstruasi Elena belum berhenti dan dia masih sedikit tidak nyaman. Akan tetapi, dia bisa menahannya selama dia tidak melakukan olahraga berat.Janine tidak tahu bahwa Elena sedang tidak enak badan saat ini.Mereka be
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat