Dia meminta Martin untuk memundurkan jadwal yang tidak penting, menutup telepon lalu berkata kepada Doreen. "Boleh."Doreen naik ke lantai atas dengan Kaedyn, dia lupa mengambil ponselnya.Namun ponselnya diletakkan di ruang tamu, tidak ada yang berani mengambilnya.Pengasuh membawa Freya ke ruang tamu.Freya, yang melihat casing ponsel cantik di atas meja, ingin menyentuhnya.Pengasuh membujuknya dengan lembut. "Ini ponsel Ibu. Jangan ya."Freya bergumam sambil mengulurkan tangannya yang gemuk.Pengasuh menggendong Freya, lalu membungkuk, membiarkan Freya menyentuh casing ponsel.Ketika tidak ada yang memperhatikan, dia membalikkan ponsel ke depan. Ponsel Doreen terkunci, memerlukan sidik jari untuk membukanya.Dia membalikkan ponsel lagi."Freya, jangan nakal ya. Pegang sebentar saja. Ayo kita lihat bunga."Pengasuh membawa Freya ke taman belakang untuk melihat bunga.Tidak lama kemudian, Doreen turun untuk mengambil ponselnya, kemudian mencari vas.Kaedyn keluar dari kamar mandi, ke
Dalam waktu singkat.Doreen bahkan tidak mendengar jawaban Kaedyn.Hatinya sedikit mencelos, suaranya bergetar. "Apakah pertanyaan ini sulit dijawab? Kalau ya, katakan saja."Air mata Doreen mengalir.Kaedyn berbalik, memandang Doreen, kemudian berkata dengan tenang. "Aku impoten.""?"Wajah Doreen yang sedih, menangis bercampur marah tiba-tiba menjadi kaku.Lalu dia tiba-tiba tertawa. "Kamu nggak perlu membohongiku dengan alasan seperti itu."Bagaimana mungkin Kaedyn tiba-tiba impoten?Siapa yang Kaedyn coba bohongi?Ekspresi Kaedyn acuh tak acuh. Dia hanya menatap Doreen. "Maaf."Doreen menatap mata Kaedyn, mencoba menemukan tanda-tanda kebohongan."Kamu serius?""Hm."Kaedyn hendak mandi, tetapi dia mengurungkan niatnya untuk sementara. Dia pergi mengambil korek api, kemudian menyalakan rokok dengan sedikit frustrasi. "Serius."Dia merokok, lalu berkata dengan nada dingin. "Kita baru bertunangan, kamu masih punya waktu untuk berubah pikiran."Begitu ucapan Kaedyn terlontar.Mata Dor
Doreen mengangguk, dia juga punya rencana ini.Staf mengetuk pintu ruang ganti, memberi tahu Doreen untuk merekam acara....Jam makan siang di Jepson"Alasan Bu Elena mengambil cuti ternyata karena dia ditangkap. Dia nggak terlihat seperti orang yang kejam."Seseorang bertanya dengan rasa ingin tahu. "Apa yang kalian bicarakan? Apakah kalian lupa pengumuman perusahaan? Jangan menggosipkan masalah pribadi rekan kerja."Misha menutup mulutnya, tertawa. "Aku sudah mau mengundurkan diri dari Jepson. Nggak perlu takut. Dengar-dengar, Elena ditangkap karena membunuh orang.""Hah? Benarkah? Siapa yang dibunuh? Menakutkan sekali.""Dengar-dengar, dia membunuh seorang pria tua." Misha mengerutkan bibirnya lalu berkata, "Hanya kalian yang berpikir kalau Elena adalah orang yang baik. Dia saja cukup kejam untuk menjebloskan ibunya sendiri ke penjara. "Beberapa rekan mendengarkan dengan penuh perhatian.Berpikir bahwa mereka memiliki rekan kerja pembunuh membuat mereka bergidik.Setelah Misha sel
Janine tampak marah. "Kak El, bagaimana mereka boleh bicara sembarangan, mengatakan kalau kamu adalah pembunuh?"Mata Elena melengkung. Dia terkekeh. "Biarkan saja, mereka semua banyak mulut."Janine tertawa. "Kak El, punya banyak mulut itu berarti bukan manusia.""Ya, bukan manusia."Elena tidak ingin menjadi orang yang menjatuhkan orang lain.Ikut-ikutan tanpa pendirian.Bergosip, boleh. Namun, juga harus melihat hal apa yang digosipkan.Elena dan Janine mengobrol sebentar. Karena kurang enak badan, dia pun menutup panggilan telepon.Ketika Elena bertelepon dengan Janine, Nathan pergi ke dapur untuk sementara.Elena yang mendengar suara memotong dari dapur pun seketika merasa penasaran. Dia memakai sandal, lalu beranjak ke dapur.Nathan yang mengenakan jubah tidur berwarna hitam sedang memegang pisau.Dia tengah memotong iga.Masalahnya, ada sebuah penyangga ponsel di atas meja yang menopang ponsel. Ponsel tersebut sedang memutar video tutorial memasak iga."Apa yang sedang kamu laku
Ekspresi Kaedyn tampak acuh tak acuh. Dia melihat arlojinya, lalu berkata dengan nada menyesal kepada Nathan dan Elena. "Aku harus menjemput tunanganku, aku pergi dulu."Dia datang murni hanya untuk mengantarkan USB.Setelah Kaedyn pergi, Elena mengambil USB dari atas meja, lalu dia bertanya dengan bingung. "Siapa itu Tuan Adris?"Nathan menjawab, "Musuh bebuyutanku, seorang psikopat. Apakah kamu pernah mendengar tentang Keluarga Kallias yang ada di ibu kota?"...Di sisi lain, Kaedyn masuk ke dalam mobil dengan ekspresi dingin. Tatapan gelap melintas di matanya.Satu-satunya cara agar Nathan tidak curiga bahwa Kaedyn bekerja sama dengan Adris adalah dengan berpura-pura bahwa Adris yang menjual video tersebut kepadanya."Ke lokasi rekaman 'Suaraku,'" perintah Kaedyn.Dia mengatakan bahwa akan menjemput Doreen, maka dia akan melakukannya. Berakting harus totalitas....Nathan dan Elena kembali ke kamar, menyolok USB ke komputer jinjing, kemudian memutar video itu.Elena terdiam setelah
Mereka menutup panggilan telepon.Elena merasa sangat nyaman dipijat oleh Nathan. Dia menyipitkan matanya sambil mendesah dengan nyaman.Tatapan Nathan menjadi gelap, dia membungkuk untuk menatap mata Elena.Wajah cantik Elena sudah kembali sedikit cerah. "El-el, tolong bayar biaya pijat dulu."Elena benar-benar tidak ingin tertawa, tetapi dia tidak bisa menahannya.Nathan terdengar seperti gigolo.Nathan mengangkat sebelah alisnya, menatap Elena dengan intens. "Kenapa kamu tertawa? Penghasilan dari hasil kerja keras itu sangat mulia, tahu?"Jarak antara mereka terlalu dekat sehingga mereka bisa merasakan napas satu sama lain.Nathan akhirnya menyerah lebih dulu, dia duduk tegak.Jika dia terus menggoda, dialah yang akan menderita.Elena sengaja mengulurkan jarinya untuk mengangkat dagu Nathan.Nathan tak bisa berkata-kata....Vila De Gaia.Briana yang selesai bertelepon dengan Bourne pun menelepon Brandon.Dia berkata dengan ragu-ragu sekaligus tak berdaya. "Kak, perutku terasa nggak
Brandon bertanya, "Kamu ingin menikah dengan Nathan atau hanya ingin Keluarga Ransford mengakui anak ini?"Pilihan kedua masih ada sedikit harapan, sedangkan pilihan pertama agak sulit untuk dikabulkan."Aku mencintainya." Briana tampak bingung. "Kak, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"Brandon telah melihat segala jenis wanita cantik di dunia ini.Beberapa wanita juga mengatakan bahwa mereka mencintai Brandon. Jika Brandon tidak kaya, mereka mungkin tidak akan menyukai pria yang suka bersenang-senang seperti Brandon.Briana adalah putri dari Keluarga Edkins, dia tidak kekurangan uang.Namun, sebenarnya sangat sulit bila dia ingin mendapatkan cinta dari Nathan.Brandon tidak ingin menyakiti Briana dengan melontarkan fakta tersebut.Brandon lanjut berujar, "Kalau kamu memilih untuk melahirkan anak ini secara diam-diam, dia akan nggak punya ayah. Kamu bisa membesarkannya sendiri, toh Keluarga Edkins sanggup melakukannya. Aku akan meminta ayahku untuk bicara dengan orang tuamu."Bran
Elena bangun pagi-pagi sekali, lalu mendengar sebuah kabar buruk.Nathan ingin membawanya pergi menemui dokter pengobatan tradisional."Aku nggak mau pergi. Aku nggak suka minum obat herbal. Baunya nggak enak, rasanya sungguh nggak tertahankan."Elena duduk di sofa sambil memeluk bantal.Dia mengenakan piama sutra berwarna kulit, pinggangnya ramping nan montok.Dia tidak mau mengganti pakaiannya.Nathan belum pernah bertemu orang yang begitu anti pergi berobat. "Setelah minum obat, kamu bisa makan permen.""Aku nggak mau. Mencium baunya saja, aku sudah nggak bisa meminumnya," kata Elena, kemudian menambahkan. "Setelah minum obat baru makan permen, apakah kamu mengira aku ini anak berusia tiga tahun yang mudah ditipu?""Aku nggak suka makan pahit dulu baru makan manis."Elena tampak tak bisa diganggu-gugat.Manik gelap Nathan menatap Elena.Dia biasa menuruti Elena dalam segala hal, tetapi dalam hal pengobatan tradisional dia menunjukkan dominasi yang tidak biasanya.Nathan sama sekali