Elena bangun pagi-pagi sekali, lalu mendengar sebuah kabar buruk.Nathan ingin membawanya pergi menemui dokter pengobatan tradisional."Aku nggak mau pergi. Aku nggak suka minum obat herbal. Baunya nggak enak, rasanya sungguh nggak tertahankan."Elena duduk di sofa sambil memeluk bantal.Dia mengenakan piama sutra berwarna kulit, pinggangnya ramping nan montok.Dia tidak mau mengganti pakaiannya.Nathan belum pernah bertemu orang yang begitu anti pergi berobat. "Setelah minum obat, kamu bisa makan permen.""Aku nggak mau. Mencium baunya saja, aku sudah nggak bisa meminumnya," kata Elena, kemudian menambahkan. "Setelah minum obat baru makan permen, apakah kamu mengira aku ini anak berusia tiga tahun yang mudah ditipu?""Aku nggak suka makan pahit dulu baru makan manis."Elena tampak tak bisa diganggu-gugat.Manik gelap Nathan menatap Elena.Dia biasa menuruti Elena dalam segala hal, tetapi dalam hal pengobatan tradisional dia menunjukkan dominasi yang tidak biasanya.Nathan sama sekali
Namun, saat itu Elena tidak langsung menanyakannya.Janine makan sebutir anggur, kemudian tersenyum sembari mengedikkan bahunya. "Orang tuaku mengancamku untuk kembali ke ibu kota, melahirkan anak. Mereka mengincar properti Keluarga Ransford."Saat Janine berbicara, dia pun tidak tahan lagi. Dia memeluk Elena sambil menangis dengan keras.Mengapa dia memiliki orang tua seperti itu?Elena tidak menyangka ternyata terjadi hal seperti ini. Dia memeluk Janine sembari menghiburnya. "Jangan dengarkan mereka, teruslah tinggal di Kota Burgan.""Aku nggak berpikir untuk kembali, aku hanya merasa nggak nyaman."Janine tahu bahwa orang tuanya menyukai uang.Tipe orang yang terobsesi dengan uang."Ayo ganti baju. Aku akan membawamu pergi bermain. Pakailah pakaian kasual."Sebenarnya, menstruasi Elena belum berhenti dan dia masih sedikit tidak nyaman. Akan tetapi, dia bisa menahannya selama dia tidak melakukan olahraga berat.Janine tidak tahu bahwa Elena sedang tidak enak badan saat ini.Mereka be
Perumahan Clurkin.Tengah malam.Kamar tidur tuan dan nyonya rumah itu terang benderang.Kaedyn menahan keinginannya untuk mendorong orang itu dari kasur. Dia mengerutkan kening sembari berkata dengan nada dingin. "Turun dari tubuhku.""Nggak mau."Setelah Kaedyn tertidur, Doreen melepas gaun tidurnya, kemudian naik ke atas tubuh suaminya itu."Biar aku coba. Kalau nggak berhasil, kita bisa berobat, kamu akan sembuh."Mereka sama-sama tidak mau mengalah. Keras kepala.Kaedyn hanya merasa sakit kepala. Dia adalah pria normal, tidak benar-benar impoten.Begitu dipancing ....Dia bisa mengendalikan dirinya sendiri, tetapi tidak bisa mengendalikan reaksi biologisnya.Melihat Doreen akan berhasil, Kaedyn mengangkat Doreen, kemudian menindih wanita itu.Matanya tertuju pada wajah Doreen.Dia berkata dengan penuh penekanan. "Dokter sudah bilang nggak mungkin, kenapa kamu harus mempermalukanku seperti ini?"Pupil Doreen mengecil.Hening beberapa saat.Doreen berujar, "Aku hanya mencoba. Apakah
"Doreen, Elena yang kamu tanyakan sebelumnya telah masuk kantor polisi lagi. Kali ini dia tersangka membunuh seorang wanita bernama Luna."Ketika Doreen melihat pesan ini, dia membuka bibir merahnya saking terkejutnya, kemudian di tertawa terbahak-bahak.Wendy yang mendengar tawa Doreen pun bertanya dengan bingung. "Kenapa kamu tiba-tiba tertawa?"Doreen langsung menahan tawanya. Dia menyeka air matanya yang meluap dengan ujung jarinya. Ekspresinya dingin. "Aku tertawa karena nasib seseorang memang buruk."Doreen berujar lagi dengan nada yang tenang. "Kak Wendy, apakah menurutmu netizen suka membaca gosip tentang mantan istri konglomerat?""Seharusnya suka, aku saja suka."Doreen mengangguk. "Mari kita berikan gosip tentang mantan istri konglomerat kepada media secara gratis."Wendy mengerutkan kening. "Siapa?""Elena.""Dia punya pendukung, kenapa kamu harus terus melawannya? Sekarang kamu adalah nyonya Burchan."Bujukan Wendy sangat relevan. Entah kenapa Doreen terus mencari masalah
Bukan kembali ke Hotel Quaker, bukan juga Victoria Residence, melainkan ke sebuah rumah bergaya minimalis.Elena keluar dari mobil, lalu melihat pintu di depannya. Dia baru tahu pulang ke mana yang Nathan maksud.Rumah minimalis, rumah mereka.Mereka sudah mencatat furnitur apa saja yang ingin mereka beli, tetapi tidak sempat membelinya karena terus ada masalah.Tak disangka, Nathan diam-diam memberinya kejutan ini.Nathan menggandeng tangan Elena sambil berjalan masuk. "Aku sudah membeli semuanya sesuai yang kamu katakan, tapi ada satu barang yang belum aku beli.""Apa itu?" tanya Elena.Dengan serius, Nathan menatap Elena sembari berujar, "Ranjang bayi.""..."Wajah Elena langsung memerah.Nathan ingin memiliki anak bersamanya...."Seorang Mantan Istri Konglomerat Dua Kali Tersangka Membunuh"Berita ini muncul pagi-pagi.Semua orang penasaran siapa mantan istri konglomerat yang begitu kejam.Seorang netizen yang tahu menulis komentar: "Aku tahu siapa. Inisialnya E.""Menyeramkan. Pa
Brandon mengemudikan mobilnya dengan stabil sembari berkata, "Dia memintamu untuk merawat bayi itu dengan baik. Setelah bayinya lahir dan dipastikan memang darah daging Keluarga Ransford, dia nggak akan membiarkan anak itu menjadi anak haram."Briana mengangguk. "Kak, aku ingin berbicara sedikit dengan Pak Hugo, bolehkah?"Dengan identitas Hugo, Briana tidak bisa berbicara dengan Hugo dengan mudah."Seharusnya boleh, tapi kamu harus menjaga omonganmu, paham?"Briana bergumam, kemudian berucap, "Kita ke rumah sakit dulu. Setelah itu baru telepon."Hugo tahu bahwa Brandon memiliki hubungan yang baik dengan Nathan. Seharusnya dia bisa meluangkan waktu untuk mengangkat panggilan telepon Brandon.Brandon tidak tahu apa yang ingin Briana katakan pada Hugo.Setelah mereka keluar dari rumah sakit, kembali ke Vila De Gaia, Brandon menghubungi asisten Hugo.Hugo sedang bermain golf. Asisten Hugo, Calvin, membawa ponsel ke sisi Hugo. "Pak, Brandon mencarimu."Hugo tampak acuh tak acuh. "Oh?"Mesk
Nathan terpaksa berdiri di samping sebagai mandor."Kenapa kamu membeli begitu banyak sayur? Kita hanya berdua."Melihat Elena yang sedang sibuk, Nathan ingin membantu, tetapi malah dipelototi. Dia agak sedih."Bukan hanya kita berdua. Janine dan Bourne akan datang untuk makan. Apakah kamu ingin mengundang seseorang untuk makan bersama?""Nggak ada."El-el harus menyiapkan lebih banyak makanan karena mengundang orang ke rumah, padahal sama sekali tidak perlu.Elena mengira Nathan akan mengundang Brandon, tetapi dia berkata tidak ada. Ya sudah.Elena tidak ingin terlalu memperhatikan diskusi di internet tentang dirinya.Nathan awalnya ingin menghapus pencarian populer tersebut.Akan tetapi, Elena menghentikannya.Nathan melihat hidangan yang disiapkan oleh Elena, kemudian merasa ada yang tidak beres, jadi dia bertanya, "Apa yang kamu masak malam ini?""Haha ...."Elena tertawa, merasa sangat bersalah hingga dia tidak berani melihat Nathan.Nathan tampak tenang, tetapi matanya menatap El
Janine sedang mengusap perutnya, duduk di sofa sambil mengobrol dengan Elena. Ketika dia mendengar Bourne bertanya, dia pun mengangguk. "Oke, terima kasih."Janine memiliki wajah yang cantik dan gembul, saat tersenyum, dia seperti wanita yang riang.Bourne hanya tahu sedikit tentang Janine, tidak banyak. Hanya tahu bahwa Janine adalah istri ketiga dari ayah Nathan.Entah kenapa, Bourne merasa sedikit kasihan pada Janine.Terkadang laki-laki memiliki perasaan yang berbeda terhadap perempuan, dimulai dari rasa kasihan.Bourne sendiri tidak tahu, begitu pula Janine.Sejak awal, perkenalan mereka sudah salah.Bourne mengantar Janine kembali ke Victoria Residence. Dia melihat Janine berjalan ke dalam gedung sebelum mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Briana.Saat ini, Briana sedang memegang buku, belajar mempersiapkan pralahir.Melihat Bourne menelepon, dia meletakkan buku itu. "Kak Bourne?"Bourne tidak berbasa-basi. "Briana, pulanglah, tinggal di rumah. Kamu dan Nathan nggak akan punya