"Kalau begitu beri aku kontak Tuan Andy, aku akan menghubunginya."Kaedyn mengeluarkan sebatang rokok. Dia sering merokok akhir-akhir ini. "Aku nggak punya kontaknya.""Aneh, tapi Tuan Andy bilang dia yang mendesain pakaianmu selama beberapa tahun terakhir." Doreen bingung. "Apakah dia salah orang?"Kaedyn terdiam, dia tiba-tiba teringat sesuatu.Dulu sepertinya Elena pernah mengatakan bahwa dia meminta Andy untuk mendesain pakaian Kaedyn.Doreen menerima panggilan telepon dari Wendy saat ini. Dia harus pergi merekam acara. "Oke, aku pergi sekarang."Dia menutup telepon lalu berkata, "Kae, aku akan merekam acara dulu."Doreen keluar dari kantor, kemudian bertanya kepada Martin saat dia melewati bagian sekretariat. "Pak Martin, apakah kamu punya kontak Desainer Andy?"Kinerja Martin sangat bagus. Mungkin dia bisa membantu Doreen mendapatkan kontak Andy.Molly, yang duduk di meja sebelah Martin, mengangkat kepalanya lalu berkata, "Nona Doreen, aku punya kontak Tuan Andy."Doreen tersenyu
Jam 10 malam.Elena menggigit keripik kentang yang disuapi Janine. Dia mengunyah sambil mengunggah di Instagram.Dia menandai akun Instagram Sunset palsu."Aku sudah memberimu kesempatan, tapi kamu nggak mengambil inisiatif untuk mengakui kesalahanmu. Aku sudah menggugatmu."Masih banyak orang yang suka begadang jam segini.Tak lama setelah Elena mengunggah di akun Instagram TheRealSunset.Ada banyak komentar di kolom komentar."Di mana buktinya? Tunjukkan. Kamu nggak hanya membual, 'kan?""Tunjukkan bukti dulu kalau bisa.""Apakah JW Label sedang berjuang? Perusahaan kecil itu bisa apa? Sudah lapor polisi."Delphia merasa sedikit gelisah saat melihat dirinya akan digugat.Dia menelepon orang itu. "Dia bilang dia akan menggugatku. Apa yang harus aku lakukan? Apakah dia benar-benar punya bukti?"Wendy membaca pesan itu lalu membalas: "Jangan khawatir, aku akan membayar sisanya sekarang."Tentu saja Delphia khawatir. Dia panik.Namun ketika dia melihat bukti transfer sebesar 1,2 miliar k
Tidak ada lampu yang menyala di kantor.Tirai ditutup untuk menghalangi sinar matahari di luar.Elena membawa kopi ke kantor.Apa yang dia lihat adalah kantor yang gelap."Elena, menurutmu bagaimana aku harus memberi pelajaran kepada Nina itu?"Suara pria itu terdengar seram.Ekspresi Elena menjadi gelap, dia menyalakan lampu.Mata Elena menyesuaikan diri dengan cahaya, kemudian tertuju pada pria yang duduk di sofa.Kaki Bourne terbentang lebar, posturnya gagah.Tatapannya gelap.Elena tidak takut pada Bourne. "Hasil pemeriksaanmu belum keluar."Dia berjalan mendekat, lalu meletakkan kopi di atas meja kopi.Elena juga tahu bahwa Bourne tidak akan melepaskan wanita yang telah menipunya begitu saja.Kemarahan Bourne belum juga terlampiaskan.Hal itu jelas-jelas sudah dinyatakan dengan jelas. Harus sama-sama mau, tetapi Nina berani membohongi Bourne bahwa dia lajang.Bukan hanya berbohong, Nina juga memiliki pacar yang mengidap penyakit seksual.Wajah Bourne muram. Jika orang-orang dalam
Pikirannya masih belum jernih.Seseorang menindihnya, berat.Elena membuka matanya.Ada lampu kecil di kamar tidur.Elena menyipitkan matanya, lalu melihat wajah tampan Nathan.Rahang Nathan tegang, jubah mandi di tubuhnya sudah hilang, otot dadanya memberikan kesan kuat.Elena masih bingung. Dia berkedip, otaknya perlahan sadar. "Bagaimana kamu bisa masuk?"Dia telah mengunci pintu."Aku punya kuncinya."Ketika Nathan melihat Elena sudah bangun, dia mulai bergerak.Elena masih terkejut karena Nathan memiliki kunci kamar tidur.Dia tiba-tiba mengerang.Dia gagal membuat Nathan tidur di lantai maupun di sofa.Elena menggigit bibir merahnya.Nathan berada di dekat telinga Elena. Suaranya serak, dia berkata dengan suara rendah dan pelan. "El sayang, kamu sangat sensitif juga walau sedang tidur."Elena tampak bingung.Nathan menunduk untuk menatap Elena yang tersipu di bawahnya. Dia mencondongkan tubuh ke dekat telinga Elena lalu berkata, "Tadi aku membantumu."Ahhh!Elena akhirnya menyada
Bourne pergi ke rumah sakit bagian urologi hari ini.Bos tidak ada, jadi Elena pulang kerja tepat waktu hari ini.Dia menerima panggilan telepon dari Jules dalam perjalanan kembali ke Victoria Residence.Ujung telepon terdengar berisik.Kemudian dia mendengar suara Jules. "Nona Elena, aku ditahan di ruang privat nomor 1 Beer Hall."Suara Jules terdengar ketakutan.Ada suara ketukan di pintu toilet, seseorang menyuruh Jules keluar bernyanyi."Aku akan pergi ke sana sebentar lagi."Elena mengerutkan kening. Apa yang terjadi? JW Label tidak mungkin membiarkan artis menjadi gadis pendamping minum.Namun, nanti Elena baru mengetahui apa masalahnya.Jules menutup telepon dengan cemas.Elena segera menelepon pengawal. Dia memutar setir ke arah Beer Hall.Dia meninggalkan pesan kepada Janine: "Janine, ada yang harus aku urus di Beer Hall. Aku mungkin nggak bisa pergi bersamamu malam ini."...Beer Hall sangat ramai di malam hari.Pria dan wanita bersenang-senang.Elena yang mengenakan gaun mer
Pandangannya menyapu Elena.Tidak terluka.Dia masuk ke dalam ruang privat, kemudian duduk di sofa.Nathan memandang Elena seraya melambaikan tangan. "El sayang, duduk sini."Elena, "...""Jadi Brandon mengajakmu minum di sini?" Elena melihat dekorasi ruangan yang ada balonnya. Bisa-bisanya Brandon merayakan ulang tahunnya di ruang privat kelab.Inara memandang pria yang duduk di sofa itu dengan bingung. Bukankah dia pacar gigolonya Elena?Beberapa orang mungkin tahu bahwa Nathan berasal dari Keluarga Ransford di ibu kota. Mereka cukup pintar untuk tidak terlibat dalam apa yang terjadi selanjutnya."Cantik, tenang, tenang. Lepaskan aku dulu, aku berjanji nggak akan membuat perhitungan denganmu." Janus tertekan. Dia takut ujung botol anggur tajam yang ada di lehernya menusuknya.Brandon hanya keluar untuk bertelepon. Ketika dia kembali, dia melihat ruangan itu sangat sunyi.Saat Inara melihat Brandon, dia seolah melihat seorang penyelamat. Dia berkata dengan cepat. "Tuan Brandon, Elena
Elena dan Nathan yang keluar dari Beer Hall tidak langsung pulang.Elena meminta pengawalnya untuk mengantar Jules pulang terlebih dahulu.Elena duduk diam di jok samping pengemudi.Nathan masuk ke jok pengemudi.Dia menyetir. "El sayang."Nathan memanggil.Elena melihat ke luar jendela mobil, mengedipkan mata kemerahannya.Ketika Elena mengingat Nicholas, dia teringat juga akan penghinaan malam itu serta janinnya yang malang.Sebenarnya, hal yang Elena inginkan selama ini sangat sederhana.Keluarga yang stabil.Namun terkadang memiliki keluarga yang stabil justru sulit."El-el, lihat aku."Nathan menghentikan mobil, kemudian menatap Elena dengan manik hitamnya.Di luar mobil adalah kota yang terang benderang, di dalam mobil ada dua orang yang diam.Bulu mata Elena bergetar. Dia menoleh, tetapi melihat ke bawah.Nathan menghela napas, kemudian melepaskan sabuk pengamannya. Dia mencondongkan tubuh untuk memegang wajah Elena.Elena bertanya dengan suara serak. "Apa?"Nathan menatap mata
Elena melihat Nathan sekilas dengan penuh tanda tanya. "Jangan-jangan kamu hanya ingin berhubungan intim denganku, nggak mau tanggung jawab?"Begitu Elena menyelesaikan kalimat ini.Nathan pun tertawa.Dia mengulurkan tangannya untuk menarik jubah mandi yang telah digulung hingga paha Elena. "Bangun, makan."Setelah beberapa saat kemudian.Nathan berkata dengan nada mengeluh. "Awalnya aku ingin memberimu kejutan, aku sudah menyiapkan cincin pertunangan dan gaun."Sekarang tidak ada lagi kejutan.Elena tidak berbaring lagi. Dia bangun, kemudian menggantung di tubuh Nathan layaknya koala.Telinganya memerah."Makan."Nathan tersenyum ketika mendengar kata itu. Dia menahan Elena sambil membawa kotak makanan dengan tangan lain, kemudian membawa koala ini ke sofa untuk makan.Nathan makan dengan cepat.Sedangkan Elena menjadi lebih jaga citra.Nathan bersandar di sandaran sofa sembari mengetik di layar ponsel. Dia sedang mengirim pesan kepada Leon.Saat ini.Nathan menoleh untuk melihat Ele