Pikirannya masih belum jernih.Seseorang menindihnya, berat.Elena membuka matanya.Ada lampu kecil di kamar tidur.Elena menyipitkan matanya, lalu melihat wajah tampan Nathan.Rahang Nathan tegang, jubah mandi di tubuhnya sudah hilang, otot dadanya memberikan kesan kuat.Elena masih bingung. Dia berkedip, otaknya perlahan sadar. "Bagaimana kamu bisa masuk?"Dia telah mengunci pintu."Aku punya kuncinya."Ketika Nathan melihat Elena sudah bangun, dia mulai bergerak.Elena masih terkejut karena Nathan memiliki kunci kamar tidur.Dia tiba-tiba mengerang.Dia gagal membuat Nathan tidur di lantai maupun di sofa.Elena menggigit bibir merahnya.Nathan berada di dekat telinga Elena. Suaranya serak, dia berkata dengan suara rendah dan pelan. "El sayang, kamu sangat sensitif juga walau sedang tidur."Elena tampak bingung.Nathan menunduk untuk menatap Elena yang tersipu di bawahnya. Dia mencondongkan tubuh ke dekat telinga Elena lalu berkata, "Tadi aku membantumu."Ahhh!Elena akhirnya menyada
Bourne pergi ke rumah sakit bagian urologi hari ini.Bos tidak ada, jadi Elena pulang kerja tepat waktu hari ini.Dia menerima panggilan telepon dari Jules dalam perjalanan kembali ke Victoria Residence.Ujung telepon terdengar berisik.Kemudian dia mendengar suara Jules. "Nona Elena, aku ditahan di ruang privat nomor 1 Beer Hall."Suara Jules terdengar ketakutan.Ada suara ketukan di pintu toilet, seseorang menyuruh Jules keluar bernyanyi."Aku akan pergi ke sana sebentar lagi."Elena mengerutkan kening. Apa yang terjadi? JW Label tidak mungkin membiarkan artis menjadi gadis pendamping minum.Namun, nanti Elena baru mengetahui apa masalahnya.Jules menutup telepon dengan cemas.Elena segera menelepon pengawal. Dia memutar setir ke arah Beer Hall.Dia meninggalkan pesan kepada Janine: "Janine, ada yang harus aku urus di Beer Hall. Aku mungkin nggak bisa pergi bersamamu malam ini."...Beer Hall sangat ramai di malam hari.Pria dan wanita bersenang-senang.Elena yang mengenakan gaun mer
Pandangannya menyapu Elena.Tidak terluka.Dia masuk ke dalam ruang privat, kemudian duduk di sofa.Nathan memandang Elena seraya melambaikan tangan. "El sayang, duduk sini."Elena, "...""Jadi Brandon mengajakmu minum di sini?" Elena melihat dekorasi ruangan yang ada balonnya. Bisa-bisanya Brandon merayakan ulang tahunnya di ruang privat kelab.Inara memandang pria yang duduk di sofa itu dengan bingung. Bukankah dia pacar gigolonya Elena?Beberapa orang mungkin tahu bahwa Nathan berasal dari Keluarga Ransford di ibu kota. Mereka cukup pintar untuk tidak terlibat dalam apa yang terjadi selanjutnya."Cantik, tenang, tenang. Lepaskan aku dulu, aku berjanji nggak akan membuat perhitungan denganmu." Janus tertekan. Dia takut ujung botol anggur tajam yang ada di lehernya menusuknya.Brandon hanya keluar untuk bertelepon. Ketika dia kembali, dia melihat ruangan itu sangat sunyi.Saat Inara melihat Brandon, dia seolah melihat seorang penyelamat. Dia berkata dengan cepat. "Tuan Brandon, Elena
Elena dan Nathan yang keluar dari Beer Hall tidak langsung pulang.Elena meminta pengawalnya untuk mengantar Jules pulang terlebih dahulu.Elena duduk diam di jok samping pengemudi.Nathan masuk ke jok pengemudi.Dia menyetir. "El sayang."Nathan memanggil.Elena melihat ke luar jendela mobil, mengedipkan mata kemerahannya.Ketika Elena mengingat Nicholas, dia teringat juga akan penghinaan malam itu serta janinnya yang malang.Sebenarnya, hal yang Elena inginkan selama ini sangat sederhana.Keluarga yang stabil.Namun terkadang memiliki keluarga yang stabil justru sulit."El-el, lihat aku."Nathan menghentikan mobil, kemudian menatap Elena dengan manik hitamnya.Di luar mobil adalah kota yang terang benderang, di dalam mobil ada dua orang yang diam.Bulu mata Elena bergetar. Dia menoleh, tetapi melihat ke bawah.Nathan menghela napas, kemudian melepaskan sabuk pengamannya. Dia mencondongkan tubuh untuk memegang wajah Elena.Elena bertanya dengan suara serak. "Apa?"Nathan menatap mata
Elena melihat Nathan sekilas dengan penuh tanda tanya. "Jangan-jangan kamu hanya ingin berhubungan intim denganku, nggak mau tanggung jawab?"Begitu Elena menyelesaikan kalimat ini.Nathan pun tertawa.Dia mengulurkan tangannya untuk menarik jubah mandi yang telah digulung hingga paha Elena. "Bangun, makan."Setelah beberapa saat kemudian.Nathan berkata dengan nada mengeluh. "Awalnya aku ingin memberimu kejutan, aku sudah menyiapkan cincin pertunangan dan gaun."Sekarang tidak ada lagi kejutan.Elena tidak berbaring lagi. Dia bangun, kemudian menggantung di tubuh Nathan layaknya koala.Telinganya memerah."Makan."Nathan tersenyum ketika mendengar kata itu. Dia menahan Elena sambil membawa kotak makanan dengan tangan lain, kemudian membawa koala ini ke sofa untuk makan.Nathan makan dengan cepat.Sedangkan Elena menjadi lebih jaga citra.Nathan bersandar di sandaran sofa sembari mengetik di layar ponsel. Dia sedang mengirim pesan kepada Leon.Saat ini.Nathan menoleh untuk melihat Ele
Sayangnya Glenna tidak menghargainya. "Aku nggak mau pergi ke luar negeri."Dia tidak bisa pergi ke luar negeri.Kaedyn memandang Glenna dengan acuh tak acuh. "Alasan."Glenna ragu sejenak. Saat Kaedyn hampir kehabisan kesabaran, dia memberanikan diri untuk berkata, "Aku suka Bourne. Bisakah kita berbesan dengan Keluarga Edkins?"Glenna selalu menyukai Bourne.Kaedyn menatap Glenna sejenak. "Dia nggak akan menikahimu."Kaedyn cukup memahami Bourne.Pria itu tidak akan mau menikah.Glenna mengatupkan bibirnya, ada sedikit ketidakterimaan di wajah cantiknya. "Pokoknya aku nggak akan pergi ke luar negeri, jangan berpikir untuk mengirimku ke luar negeri lagi."Kantor menjadi sunyi untuk beberapa saat.Kaedyn berujar, "Nggak masalah kalau kamu nggak pergi ke luar negeri. Jangan ganggu Elena, kurangi membela Doreen."Glenna mengerti maksud kalimat awal kakaknya, tetapi dia tidak mengerti apa maksud kalimat terakhir."Aku membantu Kak Doreen, bukankah kamu seharusnya senang?"Kaedyn begitu me
Ketika Elena tiba di perusahaan, dia melihat hasil laporan tes darahnya. Hasilnya normal.Kemudian dia memberikan laporan tes darah Bourne kepada pria itu.Elena berjalan ke kantor, lalu melihat Bourne mengerutkan kening.Jangan-jangan hasil pemeriksaan di urologi kemarin kurang bagus?Bourne tidak mengetahui tebakan Elena, jadi dia membuka laporan tes darah dengan sedikit gugup.Ketika dia melihat hasilnya, dia menghela napas lega.Untung normal.Dia meletakkan laporannya, mengangkat kelopak matanya untuk melihat Elena, seperti ingin menanyakan sesuatu."Ada apa? Ngomong-ngomong, hasil tes darahku normal."Elena tersenyum. "Selamat, memang ada satu hal. Apakah Dokter Albert oke? Apakah perlu mengganti dokter lain? Kalau memang harus, kamu bisa ke psikolog."Bourne menatap Elena dengan tak bisa berkata-kata. Bagaimana mungkin dia begitu rapuh hingga harus ke psikolog?"Nggak apa-apa. Beberapa saat kemudian akan normal."Karena Bourne sudah berkata demikian, Elena tidak bertanya lagi.E
"Dia pasti menyukai wanita jalang centil seperti Elena."Glenna menangis sambil memaki."Seleranya buruk. Jangan menangis, Glenna." Doreen tampak bersimpati, tetapi sebenarnya dia juga meremehkan Glenna. "Bagaimana kamu tahu kalau dia menyukai tipe wanita seperti Elena?""Pada jamuan makan sebelumnya, aku mendengar Bourne memberi tahu kakakku kalau dia menyukai wanita seperti Elena."Inilah alasan lain kenapa Glenna selalu membenci Elena."Kak Doreen, menurutmu apa yang harus aku lakukan? Aku sudah lama menyukainya. Aku nggak mau menyerah begitu saja."Cinta diam-diam sangat menyakitkan. Glenna benar-benar tidak mau menyerah.Doreen merasa bahwa Bourne sudah menolak Glenna, maka Glenna tidak punya kesempatan lagi.Namun, dia tidak bisa berbicara sejelas itu kepada Glenna.Glenna tiba-tiba berhenti menangis. Dia kepikiran sebuah ide. "Kak Doreen, seandainya kami berhubungan intim, apakah kami mungkin untuk bersama?"Berdasarkan latar belakang Keluarga Burchan, jika Bourne benar-benar be