Tidak ada lampu yang menyala di kantor.Tirai ditutup untuk menghalangi sinar matahari di luar.Elena membawa kopi ke kantor.Apa yang dia lihat adalah kantor yang gelap."Elena, menurutmu bagaimana aku harus memberi pelajaran kepada Nina itu?"Suara pria itu terdengar seram.Ekspresi Elena menjadi gelap, dia menyalakan lampu.Mata Elena menyesuaikan diri dengan cahaya, kemudian tertuju pada pria yang duduk di sofa.Kaki Bourne terbentang lebar, posturnya gagah.Tatapannya gelap.Elena tidak takut pada Bourne. "Hasil pemeriksaanmu belum keluar."Dia berjalan mendekat, lalu meletakkan kopi di atas meja kopi.Elena juga tahu bahwa Bourne tidak akan melepaskan wanita yang telah menipunya begitu saja.Kemarahan Bourne belum juga terlampiaskan.Hal itu jelas-jelas sudah dinyatakan dengan jelas. Harus sama-sama mau, tetapi Nina berani membohongi Bourne bahwa dia lajang.Bukan hanya berbohong, Nina juga memiliki pacar yang mengidap penyakit seksual.Wajah Bourne muram. Jika orang-orang dalam
Pikirannya masih belum jernih.Seseorang menindihnya, berat.Elena membuka matanya.Ada lampu kecil di kamar tidur.Elena menyipitkan matanya, lalu melihat wajah tampan Nathan.Rahang Nathan tegang, jubah mandi di tubuhnya sudah hilang, otot dadanya memberikan kesan kuat.Elena masih bingung. Dia berkedip, otaknya perlahan sadar. "Bagaimana kamu bisa masuk?"Dia telah mengunci pintu."Aku punya kuncinya."Ketika Nathan melihat Elena sudah bangun, dia mulai bergerak.Elena masih terkejut karena Nathan memiliki kunci kamar tidur.Dia tiba-tiba mengerang.Dia gagal membuat Nathan tidur di lantai maupun di sofa.Elena menggigit bibir merahnya.Nathan berada di dekat telinga Elena. Suaranya serak, dia berkata dengan suara rendah dan pelan. "El sayang, kamu sangat sensitif juga walau sedang tidur."Elena tampak bingung.Nathan menunduk untuk menatap Elena yang tersipu di bawahnya. Dia mencondongkan tubuh ke dekat telinga Elena lalu berkata, "Tadi aku membantumu."Ahhh!Elena akhirnya menyada
Bourne pergi ke rumah sakit bagian urologi hari ini.Bos tidak ada, jadi Elena pulang kerja tepat waktu hari ini.Dia menerima panggilan telepon dari Jules dalam perjalanan kembali ke Victoria Residence.Ujung telepon terdengar berisik.Kemudian dia mendengar suara Jules. "Nona Elena, aku ditahan di ruang privat nomor 1 Beer Hall."Suara Jules terdengar ketakutan.Ada suara ketukan di pintu toilet, seseorang menyuruh Jules keluar bernyanyi."Aku akan pergi ke sana sebentar lagi."Elena mengerutkan kening. Apa yang terjadi? JW Label tidak mungkin membiarkan artis menjadi gadis pendamping minum.Namun, nanti Elena baru mengetahui apa masalahnya.Jules menutup telepon dengan cemas.Elena segera menelepon pengawal. Dia memutar setir ke arah Beer Hall.Dia meninggalkan pesan kepada Janine: "Janine, ada yang harus aku urus di Beer Hall. Aku mungkin nggak bisa pergi bersamamu malam ini."...Beer Hall sangat ramai di malam hari.Pria dan wanita bersenang-senang.Elena yang mengenakan gaun mer
Pandangannya menyapu Elena.Tidak terluka.Dia masuk ke dalam ruang privat, kemudian duduk di sofa.Nathan memandang Elena seraya melambaikan tangan. "El sayang, duduk sini."Elena, "...""Jadi Brandon mengajakmu minum di sini?" Elena melihat dekorasi ruangan yang ada balonnya. Bisa-bisanya Brandon merayakan ulang tahunnya di ruang privat kelab.Inara memandang pria yang duduk di sofa itu dengan bingung. Bukankah dia pacar gigolonya Elena?Beberapa orang mungkin tahu bahwa Nathan berasal dari Keluarga Ransford di ibu kota. Mereka cukup pintar untuk tidak terlibat dalam apa yang terjadi selanjutnya."Cantik, tenang, tenang. Lepaskan aku dulu, aku berjanji nggak akan membuat perhitungan denganmu." Janus tertekan. Dia takut ujung botol anggur tajam yang ada di lehernya menusuknya.Brandon hanya keluar untuk bertelepon. Ketika dia kembali, dia melihat ruangan itu sangat sunyi.Saat Inara melihat Brandon, dia seolah melihat seorang penyelamat. Dia berkata dengan cepat. "Tuan Brandon, Elena
Elena dan Nathan yang keluar dari Beer Hall tidak langsung pulang.Elena meminta pengawalnya untuk mengantar Jules pulang terlebih dahulu.Elena duduk diam di jok samping pengemudi.Nathan masuk ke jok pengemudi.Dia menyetir. "El sayang."Nathan memanggil.Elena melihat ke luar jendela mobil, mengedipkan mata kemerahannya.Ketika Elena mengingat Nicholas, dia teringat juga akan penghinaan malam itu serta janinnya yang malang.Sebenarnya, hal yang Elena inginkan selama ini sangat sederhana.Keluarga yang stabil.Namun terkadang memiliki keluarga yang stabil justru sulit."El-el, lihat aku."Nathan menghentikan mobil, kemudian menatap Elena dengan manik hitamnya.Di luar mobil adalah kota yang terang benderang, di dalam mobil ada dua orang yang diam.Bulu mata Elena bergetar. Dia menoleh, tetapi melihat ke bawah.Nathan menghela napas, kemudian melepaskan sabuk pengamannya. Dia mencondongkan tubuh untuk memegang wajah Elena.Elena bertanya dengan suara serak. "Apa?"Nathan menatap mata
Elena melihat Nathan sekilas dengan penuh tanda tanya. "Jangan-jangan kamu hanya ingin berhubungan intim denganku, nggak mau tanggung jawab?"Begitu Elena menyelesaikan kalimat ini.Nathan pun tertawa.Dia mengulurkan tangannya untuk menarik jubah mandi yang telah digulung hingga paha Elena. "Bangun, makan."Setelah beberapa saat kemudian.Nathan berkata dengan nada mengeluh. "Awalnya aku ingin memberimu kejutan, aku sudah menyiapkan cincin pertunangan dan gaun."Sekarang tidak ada lagi kejutan.Elena tidak berbaring lagi. Dia bangun, kemudian menggantung di tubuh Nathan layaknya koala.Telinganya memerah."Makan."Nathan tersenyum ketika mendengar kata itu. Dia menahan Elena sambil membawa kotak makanan dengan tangan lain, kemudian membawa koala ini ke sofa untuk makan.Nathan makan dengan cepat.Sedangkan Elena menjadi lebih jaga citra.Nathan bersandar di sandaran sofa sembari mengetik di layar ponsel. Dia sedang mengirim pesan kepada Leon.Saat ini.Nathan menoleh untuk melihat Ele
Sayangnya Glenna tidak menghargainya. "Aku nggak mau pergi ke luar negeri."Dia tidak bisa pergi ke luar negeri.Kaedyn memandang Glenna dengan acuh tak acuh. "Alasan."Glenna ragu sejenak. Saat Kaedyn hampir kehabisan kesabaran, dia memberanikan diri untuk berkata, "Aku suka Bourne. Bisakah kita berbesan dengan Keluarga Edkins?"Glenna selalu menyukai Bourne.Kaedyn menatap Glenna sejenak. "Dia nggak akan menikahimu."Kaedyn cukup memahami Bourne.Pria itu tidak akan mau menikah.Glenna mengatupkan bibirnya, ada sedikit ketidakterimaan di wajah cantiknya. "Pokoknya aku nggak akan pergi ke luar negeri, jangan berpikir untuk mengirimku ke luar negeri lagi."Kantor menjadi sunyi untuk beberapa saat.Kaedyn berujar, "Nggak masalah kalau kamu nggak pergi ke luar negeri. Jangan ganggu Elena, kurangi membela Doreen."Glenna mengerti maksud kalimat awal kakaknya, tetapi dia tidak mengerti apa maksud kalimat terakhir."Aku membantu Kak Doreen, bukankah kamu seharusnya senang?"Kaedyn begitu me
Ketika Elena tiba di perusahaan, dia melihat hasil laporan tes darahnya. Hasilnya normal.Kemudian dia memberikan laporan tes darah Bourne kepada pria itu.Elena berjalan ke kantor, lalu melihat Bourne mengerutkan kening.Jangan-jangan hasil pemeriksaan di urologi kemarin kurang bagus?Bourne tidak mengetahui tebakan Elena, jadi dia membuka laporan tes darah dengan sedikit gugup.Ketika dia melihat hasilnya, dia menghela napas lega.Untung normal.Dia meletakkan laporannya, mengangkat kelopak matanya untuk melihat Elena, seperti ingin menanyakan sesuatu."Ada apa? Ngomong-ngomong, hasil tes darahku normal."Elena tersenyum. "Selamat, memang ada satu hal. Apakah Dokter Albert oke? Apakah perlu mengganti dokter lain? Kalau memang harus, kamu bisa ke psikolog."Bourne menatap Elena dengan tak bisa berkata-kata. Bagaimana mungkin dia begitu rapuh hingga harus ke psikolog?"Nggak apa-apa. Beberapa saat kemudian akan normal."Karena Bourne sudah berkata demikian, Elena tidak bertanya lagi.E
"Besok atur pengacara datang. Aku ingin mengubah surat wasiat," kata Hugo dengan dingin.Dia memutuskan untuk meninggalkan semua hartanya untuk Aaron dan Aurora.Pada saat ini, Stella membuka pintu ruang kerja sambil memegang segelas susu.Dia kebetulan mendengar ucapan Hugo, tangannya sedikit gemetar, hatinya sangat gembira.Dia mencoba untuk tetap tenang, kemudian berjalan mendekat. Begitu meletakkan susu, dia berkata dengan lembut. "Hugo, cepat tidur, sudah sangat larut."Hugo mengangkat tatapannya, menatap Stella sekilas. "Hm, kamu tidur dulu, aku sebentar lagi."Stella mengangguk, lalu kembali ke kamar dengan tatapan gembira.Keesokan harinya.Calvin membawa pengacara ke Kediaman Ransford.Hugo menjelaskan niatnya untuk mengubah surat wasiat, pengacara mencatatnya serta menyiapkan dokumen surat wasiat baru.Hugo menandatangani surat wasiat baru.Dia secara resmi menyerahkan hartanya kepada Aaron dan Aurora....Kediaman Bronwyn.Roman dan Sherlly juga sangat sibuk selama ini. Untu
Elena duduk di sofa, mendengarkan laporan Hardy."Pada hari pertama Emmett menjabat sebagai CEO, dia menggunakan rencanamu untuk menangani karam kapal dan penyelundupan Silicon Express. Saat ini, harga saham Grup Kallias sudah stabil," lapor Hardy.Elena mengangguk. Seperti yang diharapkan. "Apakah sumber barang selundupan itu sudah ditemukan?"Hardy menjawab, "Sudah ada petunjuk awal."Elena mengangguk. "Atur tim untuk meningkatkan penyelidikan. Sampaikan kepada wanitanya Emmett kalau aku bisa membantunya."Hardy mengangguk.Nathan tidak ada di rumah hari ini. Dia pergi mencari orang tua Evelyn dan yang lainnya.Hardy pergi setelah melaporkan pekerjaan.Janine menelepon Elena, lalu mengetahui bahwa Elena di rumah sendirian. Jadi, dia diam-diam keluar untuk mencari Elena saat Edwin mandi.Kedua wanita itu duduk di sofa, masing-masing memegang sepotong semangka, memakannya sambil menikmati waktu senggang yang langka."Hmm, enak sekali," kata Janine dengan puas."Hmm, aku juga merasa beg
Mereka tiba di area perkemahan. Edwin dan Janine sudah menyiapkan bahan untuk barbekyu.Bunyi bakar terdengar dari atas panggangan, aroma barbekyu memenuhi udara.Melihat mereka datang, Janine pun menyapa mereka. "Camila, sini, cicipi daging panggangan Tante."Nathan menurunkan Camila, membiarkannya menghampiri Janine. Dia menarik Elena untuk duduk.Ketika Edwin melihat Janine hendak menyuapi Camila beberapa tusuk daging panggang, dia segera menghentikannya, kemudian menyerahkan daging yang dia panggang. "Biar Camila makan daging yang aku panggang. Daging yang kamu panggang mungkin nggak enak."Janine memelototi Edwin, tetapi dia juga khawatir kalau daging yang dia panggang tidak enak. Akhirnya, dia menerima daging Edwin untuk menyuapi Camila.Sedangkan Edwin langsung mengambil daging yang Janine panggang, kemudian memakannya. Dia mengernyit. "Janine Sayang, bumbunya terlalu banyak. Untung Camila nggak makan, rasanya terlalu kuat."Janine mencibir, "Memangnya aku menyuruhmu untuk makan
"Kenapa? Kenapa kamu nggak menelepon? Kami semua menunggu." Evelyn melihat Elena menelepon, tetapi sepertinya panggilan teleponnya tidak diangkat. Tak lama kemudian, Elena menutup telepon, kemudian melihat sesuatu, tidak lanjut menelepon.Evelyn mencibir.Berpura-puralah.Angelo menyeka keringat di dahinya, lalu berkata, "Kalau kalian nggak mau pergi, aku pergi dulu."Evelyn memelototinya. "Pergi ke mana? Semuanya tinggal untuk tertawakan dia!"Tadi Elena membaca pesan dari Roman. Ayahnya mengatakan bahwa tanggal pernikahan telah ditentukan, yaitu Jumat depan.Dia membalas pesan ayahnya terlebih dahulu.Saat Elena ingin menghubungi Nathan lagi, Nathan sudah menelepon lebih dulu.Suara Nathan terdengar dari ujung telepon. "Apakah masih ada barang yang ingin diambil, El-el?"Elena berujar dengan tenang. "Ada yang menindas anak dan istrimu."Nathan mengerutkan kening, nada suaranya langsung berubah dingin. "Aku akan segera ke sana."Setelah menutup telepon, Elena memandang Evelyn dan yang
Beberapa orang itu kebetulan mengingat situasi saat itu. Elena sepertinya adalah simpanan Nathan saat itu.Mengingat apa yang terjadi lima tahun lalu, tatapan mereka terhadap Elena pun berubah.Nasib yang tak terduga. Putri Keluarga Bronwyn pernah bercerai, kemudian menjadi simpanan orang, akhirnya dia masih bisa menikah dengan Adris, serta memperoleh saham Grup Kallias.Wanita ini sungguh hebat.Ada yang salah dengan cara mereka memandang Elena, ada campuran rasa takut dan mengejek.Kemarin, berita baru menyiarkan bahwa Elena dicopot dari jabatan CEO. Tak disangka Elena masih punya suasana hati untuk jalan-jalan.Aubrey berkata, "Ayo kita pergi."Elena sekarang adalah anggota Keluarga Bronwyn. Sedangkan Aubrey ingin menikah dengan Luther sehingga dia menengahi.Namun, sebelum mereka pergi jauh, Evelyn tiba-tiba teringat sesuatu, lalu dia berkata dengan terkejut. "Aku masih ingat Briana mengatakan sesuatu saat itu ...."Dia tidak meneruskan kata-katanya.Gadis lain menyambungkannya. Di
"Kami berencana mengajak Camila bermain di kebun buah," ujar Elena sambil tersenyum tipis.Mendengar hal itu, Sherlly tertegun sejenak, lalu tersenyum, "Begitu ya, baiklah. Udara di kebun buah bagus, baik untuk anak-anak. Kalau begitu selamat bersenang-senang. Kalau ada waktu, aku baru membawanya pergi menonton sirkus."Elena mengangguk. "Oke."Sherlly berpesan beberapa hal, dia menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri, jangan terlalu lelah, lalu mengembalikan ponsel kepada Roman.Roman juga dengan cemas menyuruh Elena untuk menjaga dirinya sendiri sebelum menutup telepon.Sherlly menghela napas dengan sedikit muram. "El masih belum memanggilku ibu sampai sekarang, padahal aku sudah berusaha untuk mendekatinya."Roman hanya bisa menghiburnya. "Tunggulah, mungkin sebentar lagi."Sherlly mengangguk, tetapi kesedihan di wajahnya tidak hilang. Dia dengan tak berdaya mengubah topik pembicaraan. "Nyonya Nora membahas Luther hari ini. Putrinya, Aubrey, tampak cukup cocok. Luther hanya tah
Pakaian berserakan di lantai.Elena meninju dada Nathan dengan berpura-pura marah, jadi tidak menggunakan tenaga, hanya dibuat-buat. "Kamu lupa, Janine dan Edwin masih menunggu kita di bawah.""Mereka bukan anak-anak," cibir Nathan. Dia membisikkan kata-kata ambigu di telinga Elena. "Bukankah kamu menginginkannya juga?"Mereka selalu sejalan dalam hal ini.Elena sangat sibuk selama ini sehingga mereka sudah lama tidak melakukan hal itu.Pipi Elena pun memerah.Nathan tersenyum.Elena melingkarkan lengannya di leher Nathan, kemudian memejamkan matanya.Kehangatan Nathan menyelimuti leher Elena, terus ke bawah. Elena mendesah beberapa kali sambil memasukkan jari-jarinya ke sela-sela rambut Nathan.Di lantai bawah.Janine melihat waktu, Elena dan Nathan telah berada di atas selama dua jam. Kenapa mereka belum turun juga? Dia mengambil remote TV untuk mengganti saluran TV. "Kenapa mereka naik begitu lama?"Edwin mengupas sebuah apel, kemudian menyodorkannya kepada Janine. Mendengar pertany
Janine berbalik tanpa melihat ke arah Edwin. "Aku mau pergi melihat Kak El."Ketika dia melihat berita tersebut, dia merasa marah memikirkan berbagai komentar sinis tentang Elena dalam video-video tersebut.Elena sama sekali tidak sudi menjadi CEO!Edwin menutup laptop, berjalan mendekat, lalu duduk di sebelah Janine. Dia mencondongkan tubuh ke dekat Janine. "Bangun, makan. Setelah makan baru pergi."Bibir Edwin mendarat di leher Janine.Napas hangat menerpa lehernya, Janine tidak tahan dengan Edwin yang mencium sembarangan.Dia berteriak dengan marah. "Apakah kamu saudaranya anjing?"Edwin menunjukkan senyuman sopan. "Guk, guk."Janine, "..."Edwin berdiri, kemudian bertanya, "Bangunlah, kamu mau makan apa?""Ikan gurame goreng, bebek panggang, kerang rebus dan ikan kakap asam manis. Itu saja." Janine bangun lalu menghela napas. "Jual diri untuk sekali makan, sangat nggak gampang."Edwin mengangkat alisnya, kemudian dia lanjut bekerja.Janine pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.
Catherine mengangguk setuju. "Benar, meskipun horoskopnya cocok, akhirnya tetap tergantung apakah dua orang ini berjodoh."Mendengarkan kata-kata ini, Aubrey pun tersenyum malu-malu. Dia berbisik, "Ibu, jangan membahas ini lagi. Aku merasa canggung sekali."Nora tersenyum, kemudian menepuk tangan putrinya. "Oke, oke, nggak bahas lagi."Catherine tertawa lalu berkata, "Aubrey sangat bagus. Nyonya Sherlly bisa menjadi mak comblang, membiarkan mereka berdua coba kencan buta."Sherlly tersenyum sembari mengangguk. "Aku akan menanyakan pendapat Luther malam ini."Pada saat ini, seseorang di meja sebelah mereka sedang menonton berita, kebetulan beritanya tentang pemecatan Elena."Wanita bernama Elena ini sangat hebat. Dia menjadi CEO di usia yang sangat muda. Sayangnya dia nggak memiliki kemampuan.""Dia sangat cantik.""Cantik nggak ada hubungannya dengan kemampuan."Sherlly bingung saat mendengar nama Elena disebut.Aubrey menyerahkan ponsel kepada Sherlly. "Tante Sherlly."Sherlly melihat