“Ini benar-benar gila. Kenapa wanita itu bisa seperti itu dan kenapa dia tidak langsung dipecat saja, Dim?”Evan mengomel kesal pada Dimas yang sudah resmi menjadi sekretarisnya. Bukannya menuruti kata-katanya juga permintaan sang mama untuk memecat wanita itu, Dimas malah hanya memindahkan Mira ke divisi lain saja.Dimas mendengarkan semua omelan Evan. Ia baru akan menerangkan kenapa ia memberi kesempatan pada wanita licik itu untuk bertahan di perusahaan setelah semua unek-unek Evan keluar semuanya.“Bagaimana kalau mama sampai tahu soal ini?” Evan kembali menyambung ucapannya. “Mama sudah memintaku untuk memecat wanita itu karena dia berbahaya. Aku juga punya misi untuk mengejar mantan istriku kembali. Gimana, sih?”Dimas menatap sahabatnya dengan sorot serius. Mulutnya pun dengan santai bertanya. “Sudah selesai belum, Van?”Evan mendengus kesal melihat sikap sang sahabat yang menurutnya kurang ajar padanya. Meskipun Dimas adalah sahabatnya, tetap saja ia adalah atasannya di perusah
“Dari sekian banyak hotel, kenapa kita harus datang kemari, sih?”Evan menggerutu kesal pada Dimas, sang sekretaris yang langsung mengajaknya menemui seorang klien pasca memberi ultimatum pada Mira tadi pagi. Klien itu berniat menjalin kerja sama dengan perusahaannya di mana pengusaha itu mengusulkan proyek pembangunan tempat wisata berupa danau buatan yang terintegrasi dengan penginapan, resort mewah, supermarket, fasilitas gym, taman dan sebagainya yang memang didesain khusus untuk para wisatawan dalam negeri yang ingin menghabiskan akhir pekan mereka.Lokasi pembangunan tempat wisata tersebut cukup luas dan ketika semuanya selesai, pastinya akan memberikan keuntungan yang begitu luar biasa untuk kedua belah pihak. Karena itulah, tanpa ragu Evan segera menyetujui proposal salah satu klien tersebut. Namun yang membuatnya kesal, kenapa kliennya tersebut harus mengajak meeting di hotel kakak tirinya?“Bukan kita yang minta, Van. Mereka yang sudah mereservasi restoran di hotel ini terl
“Kenapa dia harus meeting di sini, sih?”Zaya tidak bisa tidak menggerutu kesal saat melihat mantan suaminya yang saat ini sedang sibuk dengan seorang klien bersama Dimas, sahabat plus manajer utama di perusahaan suaminya. Hatinya gundah karena merasa diperhatikan sejak tadi.Arga menarik kursinya mendekati Zaya, berniat memanasi adik tirinya yang memang sejak tadi memperhatikan mejanya. Klien yang akan menyewa salah satu venue di hotelnya sudah pergi beberapa menit lalu dan momen itu akan dimanfaatkan oleh Arga sebaik-baiknya untuk menunjukkan pada adik tirinya kalau dirinyalah yang pantas bagi Zaya.“Nggak usah dilihat, Za.” Arga melingkarkan tangannya di kursi wanita cantik itu sehingga tampak dari kejauhan seolah sedang merangkul Zaya. Bibirnya pun tersenyum, merasa begitu gembira bisa melakukan hal yang pastinya akan membuat Evan panas hati.Zaya menoleh pada Arga lalu mengerucutkan bibirnya. Sedetik kemudian omelan kesal kembali meluncur dari bibirnya. “Bagaimana bisa, Ga? Mejan
“Kamu kerjain sisanya, ya! Aku tak mau terlambat.”Evan buru-buru memakai jasnya kembali lalu meraih tas dan kunci mobilnya, bersiap meninggalkan kantor secepatnya.Dimas mencekal tangan sahabatnya. Pria itu penasaran melihat sang CEO tampak terburu-buru. “Mau ke mana kamu? Ini baru jam 4.30.”“Aku mau stalking mantan istriku. Tadi anak buah kita melapor padamu kalau Zaya pulang sendiri hari ini, kan?” Evan mengonfirmasi sambil menepis pelan tangan Dimas.Kepala Dimas sontak mengangguk. Bibirnya mengamini pernyataan Evan. “Iya, Ben bilang Zaya sudah mulai sibuk dengan mobilnya sejak sore. Anak buah kita menyimpulkan bahwa ada kemungkinan mantan istrimu itu akan pulang sendiri mulai hari ini.”Senyum puas langsung tersungging di bibir Evan. Akhirnya, ia punya kesempatan untuk bersama dengan wanita yang ia cintai tanpa bayang-bayang Arga, sang kakak tiri yang menyebalkan itu.Sejak tadi siang, ia berusaha sekuat tenaga menahan bara api di hatinya saat membayangkan lagi betapa berlebihan
“Tuh ‘kan apa aku bilang?”Zaya yang baru membuka pintu rumah Gea saat akan pergi bekerja pagi itu, langsung dikejutkan oleh pertanyaan berbau sindiran yang meluncur dari bibir Arga. Pria itu terlihat menatapnya dengan sorot kecewa. Pria itu pasti kesal karena tawarannya untuk mengantarnya kemarin, ia tolak mentah-mentah. Zaya juga yakin Arga semakin kesal saat mengetahui dirinya pulang naik taksi, alih-alih menunggu kedatangannya. Zaya memang sempat menghubungi Arga ketika dia berada di dalam taksi seusai berdebat dengan Evan untuk memanggil mobil derek. Mau bagaimana lagi, niatnya memang menunggu Arga kalau mantan suaminya tidak cari masalah dengannya kemarin sore. Namun, nyatanya, ia terpaksa naik taksi untuk menghindari Evan.“Pagi-pagi udah nyindir aja,” seru Zaya cemberut.Arga langsung menarik tangan Zaya ke mobilnya lalu mulai menggerutu, menunjukkan kegelisahannya. “Bukannya menyindir, Za. Kamu itu dibilangin bandel, sih. Gimana kalau terjadi apa-apa sama kamu? Apalagi lokasi
“Sial, aku terlambat datang! harusnya aku datang lebih pagi lagi biar aku bisa menjemput Zaya dan mengantarnya ke hotel.”Evan harus menahan kesal melihat kemesraan mantan istrinya dengan Arga. Semula, Evan berniat memata-matai sang istri. Ia rela bangun pagi-pagi dan bergegas menjemput wanita cantik itu di rumah Gea karena pria itu tahu, mobil Zaya masih belum selesai diperbaiki. Namun, semua usahanya kalah satu langkah dari kakak tirinya yang telah lebih dulu menjemput mantan istrinya. Pria itu hanya bisa mengepalkan tangannya, memukul kemudi sambil menggerutu kesal melihat sang istri yang tiba-tiba ditarik oleh Arga masuk ke dalam mobil.Begitu luwesnya mereka berdua bercengkerama, membuat Evan geram. Zaya pun terlihat menerima semua perlakuan manis Arga dan itu sukses membuat Evan semakin sakit hati. Semalaman, pria itu memikirkan apa yang harus ia lakukan pada Zaya. Putus asa, itu yang ia rasakan karena setiap kali, Evan datang dan mendekati mantan istrinya tersebut, ia selalu s
“Ini laporan barang-barang harus diganti di kamar hotel antara lain ada yang rusak, ada juga beberapa item yang dicuri di beberapa kamar dan ada juga yang harus dilakukan pengecatan ulang karena ada tamu yang membawa anak kecil yang membuat dinding menjadi kotor.”Zaya menyodorkan sebuah map pada Arga yang sedang duduk di depan mejanya sore itu setelah memantau keseluruhan hotel.Arga yang tadinya sedang sibuk berkomunikasi dengan para klien, menghentikan aktivitasnya sejenak. Pria itu mengangkat kepalanya lalu melempar senyum indahnya, kemudian mengambil map yang disodorkan Zaya. CEO tampan itu segera membaca laporan itu sekilas, kemudian menutup map itu karena fokusnya saat ini adalah wanita cantik yang sedang menatapnya dengan tatapan serius. “Makasih atas laporannya, Za.”Zaya menunduk pelan sambil tersenyum. Sedetik kemudian, wanita berparas ayu itu menyampaikan agenda Arga berikutnya. “Oh, ya, Ga, ada dua orang klien yang harus kita temui besok. Mereka berniat menyewa venue yang
Arga sungguh bahagia melihat wanita yang pernah hadir dalam hidupnya bergonta-ganti gaun dan menunjukkannya padanya. Sungguh, pria itu rasanya ingin membelikan aneka gaun indah itu untuk wanitanya tersebut, tapi ia tahu kalau yang akan ia lakukan sia-sia saja nantinya.Kenapa? Karena Zaya tidak akan mungkin pernah menerima pemberiannya kalau bukan terkait urusan perusahaan. Tidak akan mungkin wanita itu mau menerima hadiah darinya.“Gaun ini cocok nggak, Ga? Nggak terbuka, kan?” Zaya keluar dari ruang ganti lalu berlenggak-lenggok di depan Arga yang sedang duduk di kursi, memamerkan gaun berwarna merah hati dengan hiasan batu zirkon di area dada yang membuat penampilan wanita itu tampak begitu luar biasa.Tentu saja semua yang dipakai oleh Zaya terlihat cantik karena wanita memiliki kecantikan yang luar biasa. Evan begitu bodoh bisa tergoda oleh ular betina dan melepaskan wanita cantik itu. Namun, Arga juga bahagia wanita yang ia cintai itu sudah lepas dari tangan adik tirinya. “Sebe