Ketika melihat urin yang berserakan di lantai, semua orang di ruang privat sontak tertegun. Mereka memperlihatkan ekspresi terkejut yang berbeda-beda.Terutama pemuda berhidung mancung itu, dia hanya bisa membeku di tempat dengan wajah pucat. Dia sungguh tidak menyangka bahwa dirinya akan pipis di celana hanya karena 2 titik akupunkturnya ditekan. Yang paling memalukan adalah ada banyak orang di sekeliling."Ah!" Setelah termangu sesaat, pria berhidung mancung itu berteriak histeris sembari melarikan diri dengan menutupi selangkangannya.Setiap langkahnya pun meninggalkan jejak kaki yang dinodai oleh urin. Semua orang menatap dengan ekspresi aneh. Benar-benar memalukan!"Luther, tipu muslihat apa yang kamu mainkan! Kenapa Cosmo bisa sampai seperti itu!" bentak Irish seraya menggebrak meja. Berani sekali seorang dokter kampungan mempermainkan keturunan kaya seperti mereka, sungguh lancang!"Sudah kubilang ginjalnya lemah, tapi kalian nggak percaya dan ngotot meminta bukti. Nah, sekarang
Luther malas meladeni orang-orang yang selalu mengira diri sendiri benar.Melihatnya hanya diam, Irish pun meledek, "Kenapa diam saja? Sudah ketahuan berbohong, ya? Aku sudah sering bertemu penipu sepertimu. Kamu bisa menipu Lufita, tapi nggak akan bisa menipuku!""Kak Irish, Kak Luther benar-benar bukan penipu! Aku percaya padanya!" seru Lufita untuk membela Luther."Lufita, kamu terlalu polos, jadi mudah ditipu. Kamu harus berhati-hati pada orang yang asal-usulnya nggak jelas seperti ini," nasihat Irish yang sengaja melirik Luther. Jelas, ucapannya ini ditujukan untuk Luther.Menurut Irish, Luther tidak ada bedanya dengan para pria yang tergila-gila pada Lufita. Mereka terus menghalalkan segala cara untuk menyenangkan hati Lufita, berharap bisa menaikkan status sendiri. Untungnya, Lufita memiliki teman cerdas sepertinya sehingga tidak terjebak."Kak Irish, kamu sudah salah paham! Kak Luther ini orang baik lho!" seru Lufita sembari mengernyit. Dia baru mendapati bahwa teman-temannya i
Begitu melihat situasi ini, semua orang terkejut. Tidak ada yang menyangka bahwa Luther akan kembali lagi. Bahkan, pria ini langsung menjatuhkan gelas di tangan Irish."Hei! Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah gila, ya?" Setelah tertegun sesaat, Irish sontak berdiri dan menggebrak meja. Ekspresinya dipenuhi kekesalan. Tangannya terasa perih, bahkan agak bengkak karena pukulan Luther."Kurang ajar! Beraninya kamu memukul Kak Irish! Sepertinya kamu sudah bosan hidup!" Orang lain yang berada di sana ikut menghardik dengan geram."Bocah, kalau kamu nggak memberi penjelasan, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini!" ancam Nowy yang bangkit dengan perlahan, lalu mulai memancarkan auranya."Ada racun di anggur itu, aku sedang menyelamatkan kalian," jelas Luther dengan dingin."Ada racun?" Begitu ucapan ini dilontarkan, semuanya bertatapan dengan ragu. Mereka mengira pria ini ingin membalas dendam, tetapi ternyata menyelamatkan mereka?"Huh! Aku nggak akan percaya semudah itu! Gimana aku bisa
"Kak Irish? Omong kosong apa yang kamu katakan? Kak Luther yang sudah menolong kita!" pekik Lufita."Lufita, jangan mau dibohongi pria ini. Dia jelas-jelas punya niat jahat!" jelas Irish. Kemudian, wanita ini mulai menganalisis, "Dia yang menaruh racun di anggur kita! Dia pura-pura pergi, lalu muncul di saat-saat kritis sebagai pahlawan supaya kita percaya padanya. Aku nggak akan termakan trik seperti ini!"Begitu mendengar analisis ini, semua orang memperlihatkan ekspresi curiga. Memang benar ada kemungkinan seperti ini. Bagaimanapun, mereka lebih memercayai Irish daripada Luther yang masih asing ini."Hei, kamu sudah terlalu percaya diri. Aku bukan orang kurang kerjaan yang punya waktu untuk merekayasa adegan semacam itu," ujar Luther dengan tidak acuh. Dia berniat baik menolong orang-orang ini, tetapi malah difitnah. Dasar tidak tahu diri!"Huh! Masih nggak mau ngaku, ya? Oke, biar kutanya, kenapa kamu bisa bertemu pelayan itu dan memungut botol racunnya? Kamu mau bilang semua ini h
"Hah?" Kejadian mendadak ini membuat orang-orang terperanjat, terutama Irish yang hanya bisa membeku di tempatnya.Irish menunduk menatap luka di dadanya. Terlihat keterkejutan, kebingungan, ketakutan, beserta ketidakpercayaan di wajahnya. Dia tidak menyangka dirinya akan tertembak, bahkan semua terjadi dengan begitu mendadak tanpa pertanda apa pun.Setelah termangu sesaat, Irish yang tersadar dari keterkejutannya sontak berteriak histeris. Sesudah itu, dia terjatuh ke lantai."Ada pembunuh! Cepat tiarap!" seru Nowy yang bereaksi duluan. Begitu mendengarnya, orang-orang buru-buru menempelkan diri ke lantai.Pada saat yang sama, terlihat beberapa pembunuh yang memakai topeng sontak menendang pintu dan menerobos masuk. Semuanya memiliki pistol peredam. Begitu masuk, mereka menembak tanpa belas kasihan sedikit pun.Dor, dor, dor .... Seiring dengan suara tembakan ini, terlihat 2 orang yang tertembak. Nowy sungguh murka melihat ini. Dia tidak mundur, melainkan maju dan menendang meja untuk
"Pembunuh tingkat emas apanya? Aku rasa kamu ini hanya anjing gila!""Aku nggak peduli siapa kamu, kamu pasti akan mati karena bertemu Tuan Muda Nowy hari ini!"Beberapa pemuda berseru dengan angkuh sambil menatap Lionel. Mereka telah melihat kehebatan Nowy tadi. Hanya dalam beberapa menit, Nowy berhasil membunuh para pembunuh yang memiliki pistol. Jadi, Lionel yang hanya tangan kosong ini sudah pasti bukan tandingan Nowy."Orang ini jelas mengandalkan kekuatan fisik saat bertarung, kekuatannya pasti luar biasa. Dia harus dibunuh secepat mungkin," gumam Nowy setelah mengamati Lionel sesaat.Saat berikutnya, Nowy menekuk lututnya sedikit dan mulai mengumpulkan kekuatan. Begitu berjinjit, dia sontak menerjang ke depan secepat kilat."Rasakan ini!" seru Nowy dengan murka. Dia mengerahkan seluruh energi internal dalam tubuhnya untuk melayangkan pukulan ini.Bam! Terdengar suara benturan keras. Tinju Nowy berhasil mengenai perut Lionel yang kekar, tetapi pria ini justru bergeming seperti ti
"Ini ...." Semua orang tidak bisa berkata-kata melihat Lionel yang terhempas begitu jauh. Satu per satu membelalakkan mata, mengira ada yang salah dengan penglihatan mereka.Lionel memiliki tinggi badan lebih dari 2 meter, bahkan tubuhnya begitu kekar. Sementara itu, Luther tampak sangat kurus jika dibandingkan dengan lawannya.Dengan kesenjangan sebesar ini, Lionel seharusnya menang jika mereka bertarung. Namun, mengapa hasilnya malah terbalik seperti ini?"Wow, siapa sebenarnya pria ini? Kok bisa hebat sekali?" tanya semua orang yang bertatapan dengan terkejut. Nowy saja bukan lawan Lionel, tetapi dokter kampungan ini berhasil mengalahkannya?"Kak Luther! Kamu hebat sekali!" Setelah termangu sejenak, Lufita pun berseru kegirangan. Jika tidak ada bantuan Luther, mungkin dirinya sudah tewas sekarang."Lain kali jangan gegabah begitu. Kalau bertemu situasi begini, kamu seharusnya melindungi nyawa sendiri," nasihat Luther. Gadis ini benar-benar bodoh, dia mengorbankan nyawa sendiri hanya
"Kamu!" Irish geram hingga menggertakkan giginya. Namun, karena tidak berdaya, dia terpaksa menerima semua ini.Kini, Irish hanya bisa berharap Luther bertindak lebih cepat. Dia bisa merasakan dengan jelas bahwa tubuhnya makin lemah karena darah yang terus mengalir keluar.Tiga menit kemudian, Luther selesai mengobati pria kedua itu. Asalkan menghentikan pendarahan, mereka tidak akan mati untuk sementara waktu ini."Sudah giliranku, 'kan? Cepat, cepat obati aku!" desak Irish yang sudah tidak sabar.Namun, Luther malah terlihat begitu santai. Dia menyeka tangannya, lalu meregangkan pinggang dan menyesap teh dengan perlahan."Hei! Apa yang kamu lakukan? Cepat hentikan pendarahanku!" seru Irish yang benar-benar murka. Darahnya terus mengalir, tetapi pria ini malah meminum teh dengan santai? Lancang sekali!"Nggak usah terburu-buru, kamu nggak akan mati," ucap Luther sambil meliriknya sekilas. Dia masih duduk diam di tempatnya."Apa maksudmu? Kamu nggak lihat aku tertembak? Kamu nggak puny
"Ini .... Ada beberapa hal yang nggak bisa dikatakan, tapi aku yakin kamu pasti mengerti," kata Trisno dengan serius."Aku ini bodoh, jadi nggak tahu apa yang Tuan Trisno maksud. Mohon Tuan Trisno memakluminya," jawab Gema dengan tenang."Kamu!" teriak Trisno yang mulai marah. Melihat sikap Gema saat masuk, dia mengira Gema menyadari situasinya dan pandai membaca keadaan. Namun, dia tidak menyangka Gema malah berpura-pura bodoh, jelas tidak menghargainya."Sudahlah, Trisno. Biar aku saja yang bertanya."Loland mengambil alih pembicaraan dan bertanya dengan terus terang, "Gema, 'kan? Kami nggak akan bertele-tele lagi denganmu. Kami sudah tahu maksud kedatanganmu ke sini, sekarang kami hanya ingin tahu informasi apa saja yang sudah kamu dapatkan.""Informasi tentang apa yang dimaksud Tuan Loland?" tanya Gema lagi.Bang!Loland tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan ekspresi muram, "Anak muda, jangan berpura-pura bodoh denganku, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu nggak menjawab denga
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N