Pada saat ini, tiba-tiba masuk segerombolan orang dari luar aula. Semuanya adalah tentara yang bersenjata lengkap. Aura mereka memancarkan niat membunuh yang kuat. Begitu masuk, mereka langsung mengepung Luther dan menodongkan senjatanya. Hanya menunggu perintah, mereka bersiap-siap menghabisi Luther di tempat."Jenderal Andrew, jangan sakiti dia!" teriak Ariana memohon."Nona Ariana sudah berkata demikian, tentu aku harus menurutinya." Andrew tersenyum tipis sambil menyeka darah di sudut bibirnya. Kemudian, dia melambaikan tangan dan berkata, "Bubar, biarkan dia pergi!""Baik!" teriak para tentara tersebut. Setelah itu, mereka langsung menyingkir dengan serempak. Gerakan mereka sangat kompak, jelas sekali para tentara itu dilatih secara profesional.Luther hanya menoleh dan melirik dengan tatapan kejam sekilas, lalu berjalan keluar. Saat keluar dari hotel, ternyata saat ini sedang hujan gerimis. Angin dingin menerpa, membuat hatinya terasa hampa. Pada saat ini, sebuah mobil Bentley be
Pada saat ini, Bianca benar-benar kesal dibuat oleh Ariana. Baginya, Luther benar-benar telah mengorbankan segalanya bagi Ariana. Bahkan Bianca sendiri juga merasa sangat iri. Namun, Ariana malah tidak menghargainya sama sekali.Ariana menjadi angkuh karena terlalu sering dimanjakan, sekarang bahkan berani memukul orang. Benar-benar tak tahu diri. Bianca akhirnya tidak tahan lagi dengan sikap Ariana. Terserah Ariana mau pukul siapa saja, tapi dia tidak boleh menyentuh Luther sedikit pun!"Sudahlah, Bianca. Kita pergi saja, nggak ada lagi yang perlu dibicarakan," kata Luther dengan tenang."Huh! Kamu intropeksi diri saja!" Bianca mendengus, lalu berbalik dan masuk ke mobilnya. Setelah itu, dia menginjak pedal gas dan mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi."Kenapa jadi begini? Kenapa jadi begini?" gumam Ariana setelah melihat mobil Bianca melaju. Dia terlihat putus asa. Ariana memang merasa dirinya agak gegabah tadi, tapi itu karena dia tidak ingin Luther melakukan kesalahan besar.
Bekas telapak tangan di wajah Luther masih belum mereda sampai sekarang. Namun dia hanya menjawab sambil tersenyum, "Nggak sakit, kok.""Wajahmu nggak sakit, tapi hatimu sakit, 'kan?" Bianca mengangkat alisnya dan menambahkan, "Sudah sampai seperti ini, kamu juga seharusnya sudah menyerah. Untuk apa kamu terus menyiksa diri seperti ini? Ikut aku hidup senang saja kelak, apa itu nggak bagus?""Masa pria sejati sepertiku harus bergantung pada wanita?" kata Luther menggaruk kepalanya."Memangnya kenapa kalau bergantung pada wanita? Itu juga sebuah kemampuan!" Bianca mengulurkan jarinya yang ramping untuk mencolek dagu Luther. "Lagi pula, dengan wajahmu ini, sayang sekali kalau nggak dipakai. Aku suka dengan tipe sepertimu. Mandi yang bersih hari ini, hangatkan kasur untukku."Sudut bibir Luther berkedut, dia terdiam sejenak. Kenapa rasanya seperti digoda wanita cabul?"Gimana? Sudah pikirkan dengan jelas? Mau ke rumahmu atau rumahku?" ucap Bianca sambil melemparkan pandangan penuh pesona.
Pagi keesokan harinya, di Vila Praja.Hani yang mengenakan gaun berwarna merah, melihat dirinya di cermin dengan tidak nyaman. Biasanya dia selalu mengenakan pakaian tomboi, seragam militer, ataupun baju kasual. Baru kali ini dia mengenakan gaun ketat seperti ini."Jenderal, Anda benar-benar kelihatan cantik. Lihatlah wajah dan badanmu ini, indah sekali! Pria mana yang nggak akan terpesona padamu?" kata Gaia yang melihatnya dari samping dengan tatapan berbinar.Hani memang sudah sangat cantik, tapi setelah berdandan hari ini, penampilannya jadi semakin memukau. Dipadukan dengan wibawanya, Hani tampak cantik sekaligus keren. Baik pria ataupun wanita, semua pasti akan terpukau dengan penampilannya."Kamu yakin baju ini bagus? Kenapa aku merasa kelihatannya aneh?" gumam Hani."Tentu saja bagus!" Gaia menganggukkan kepala terus-menerus. "Gaun ini kelihatan elegan dan bisa menonjolkan lekuk tubuh. Semua wanita cantik biasanya memakai gaun seperti ini. Lihatlah pinggang Anda jadi tampak ramp
"Kenapa? Nggak bagus ya?" Hani melirik sekilas penampilannya dengan gugup."Bukan nggak bagus, hanya saja kelihatannya agak kaku. Lebih cocok kalau kamu pakai baju biasanya," jawab Luther dengan terus terang. Hani memang wanita tangguh yang menguasai medan perang, bagian yang paling menarik dari dirinya adalah auranya yang berwibawa.Saat mengenakan pakaian perang, pesonanya jadi meningkat karena dia tampak cantik dan keren. Melihatnya memakai gaun wanita yang feminin ini malah terasa aneh. Memang kelihatannya cantik, tapi tidak cocok untuk Hani."Hm?" Mendengar ucapannya, Hani melemparkan pandangan tajam ke arah Gaia."Aku tuangkan teh!" Gaia terkejut dan buru-buru melarikan diri."Kak Gerald, tunggu sebentar, aku akan ganti pakaian." Hani tidak berani menunda, dia langsung kembali ke kamar. Beberapa saat kemudian, dia keluar dari kamar dengan mengenakan pakaian silat berwarna merah. Seketika, penampilannya tampak memukau."Bagus, ini lebih cocok untukmu." Luther mengangguk puas. Hani
Setelah meninggalkan Vila Praja, Luther, Hani, dan beberapa orang lainnya pergi ke tempat wisata untuk berfoto-foto dan membeli souvenir. Selanjutnya, mereka pergi ke jalanan di pusat kota yang menjual berbagai makanan. Setelah itu, mereka juga pergi ke bioskop untuk menonton film sains fiksi yang paling terkenal. Begitu keluar dari bioskop, hari pun sudah malam."Kak Luther, kita mau ke mana lagi?" tanya Hani dengan antusias saat berada di depan pintu bioskop. Ini adalah hari yang paling menyenangkan dan rileks baginya dalam 10 tahun terakhir."Jenderal, kita sudah main seharian, bagaimana kalau kita pulang sekarang?" tanya Kiera di samping. Dia dan Gaia sudah berjaga di sisi Hani seharian. Mereka terus berwaspada dan tidak berani lengah sama sekali karena takut Hani akan disergap.Sebagai dewi perang Negara Drago, kedudukan Hani memang sangat tinggi. Namun pada saat bersamaan, dia juga dianggap sebagai musuh oleh berbagai negara. Jumlah penyergapan yang dialaminya setiap tahun tidak
Bagi pria tua yang cabul, pesona Hani ini bisa dibilang sangat mematikan."Orang sepertimu nggak pantas berteman dengan majikanku, pergi sana!" bentak Kiera."Huh! Kamu meremehkanku?" Mendengar perkataan Kiera, pria kurus itu langsung kesal, "Apa kamu tahu siapa aku ini? Kamu tahu siapa ayahku? Sejujurnya saja, aku ini adalah Tuan Muda dari Sekte Hitam Putih, Franky Salim!"Begitu perkataan itu dilontarkan, ekspresi para tamu di sekitar langsung berubah."Sekte Hitam Putih? Bukankah itu adalah salah satu delapan sekte terbesar di Jiberia?""Katanya Sekte Hitam Putih punya ribuan murid, kekuasaannya juga sangat besar. Bisa dibilang mereka adalah tokoh yang sangat ditakuti di dunia persilatan!""Anehnya, kenapa orang Sekte Hitam Putih bisa datang ke Jiman?""Sepertinya datang untuk menghadiri kompetisi seni bela diri? Katanya, lokasi acaranya ada di Danau Akua di Jiman. Jaraknya nggak terlalu jauh dari provinsi, akhir-akhir ini sudah banyak seniman bela diri yang datang."Semua orang dia
"Argh!" teriak Franky. Kedua kakinya yang terluka membuatnya kesakitan hingga ekspresinya terdistorsi. Tadinya dia hanya ingin merayu wanita, tak disangka malah bertemu dengan sekelompok orang gila ini. Baru bicara beberapa patah kata saja mereka sudah bertindak sekejam ini. Jelas sekali mereka tidak menganggap serius Sekte Hitam Putih."Sialan! Siapa mereka ini! Beraninya mereka melukai orang Sekte Hitam Putih, bukankah nyali mereka ini terlalu besar?""Iya nih, padahal kelihatannya cantik sekali, tak disangka sekejam itu."Melihat Franky yang kesakitan, beberapa tamu lainnya ikut terkejut."Sudahlah, seret dia keluar. Jangan sampai mengganggu makan malam Kak Luther denganku." Hani melambaikan tangannya untuk memberi isyarat pada kedua orang itu. Sejak awal hingga akhir, Hani sama sekali tidak menoleh melihat Franky. Preman lokal seperti ini tidak pantas menyita perhatiannya."Suasana hatiku sedang senang hari ini, jadi aku akan mengampunimu. Pulang dan berterima kasih pada leluhurmu,