Setelah meninggalkan Vila Praja, Luther, Hani, dan beberapa orang lainnya pergi ke tempat wisata untuk berfoto-foto dan membeli souvenir. Selanjutnya, mereka pergi ke jalanan di pusat kota yang menjual berbagai makanan. Setelah itu, mereka juga pergi ke bioskop untuk menonton film sains fiksi yang paling terkenal. Begitu keluar dari bioskop, hari pun sudah malam."Kak Luther, kita mau ke mana lagi?" tanya Hani dengan antusias saat berada di depan pintu bioskop. Ini adalah hari yang paling menyenangkan dan rileks baginya dalam 10 tahun terakhir."Jenderal, kita sudah main seharian, bagaimana kalau kita pulang sekarang?" tanya Kiera di samping. Dia dan Gaia sudah berjaga di sisi Hani seharian. Mereka terus berwaspada dan tidak berani lengah sama sekali karena takut Hani akan disergap.Sebagai dewi perang Negara Drago, kedudukan Hani memang sangat tinggi. Namun pada saat bersamaan, dia juga dianggap sebagai musuh oleh berbagai negara. Jumlah penyergapan yang dialaminya setiap tahun tidak
Bagi pria tua yang cabul, pesona Hani ini bisa dibilang sangat mematikan."Orang sepertimu nggak pantas berteman dengan majikanku, pergi sana!" bentak Kiera."Huh! Kamu meremehkanku?" Mendengar perkataan Kiera, pria kurus itu langsung kesal, "Apa kamu tahu siapa aku ini? Kamu tahu siapa ayahku? Sejujurnya saja, aku ini adalah Tuan Muda dari Sekte Hitam Putih, Franky Salim!"Begitu perkataan itu dilontarkan, ekspresi para tamu di sekitar langsung berubah."Sekte Hitam Putih? Bukankah itu adalah salah satu delapan sekte terbesar di Jiberia?""Katanya Sekte Hitam Putih punya ribuan murid, kekuasaannya juga sangat besar. Bisa dibilang mereka adalah tokoh yang sangat ditakuti di dunia persilatan!""Anehnya, kenapa orang Sekte Hitam Putih bisa datang ke Jiman?""Sepertinya datang untuk menghadiri kompetisi seni bela diri? Katanya, lokasi acaranya ada di Danau Akua di Jiman. Jaraknya nggak terlalu jauh dari provinsi, akhir-akhir ini sudah banyak seniman bela diri yang datang."Semua orang dia
"Argh!" teriak Franky. Kedua kakinya yang terluka membuatnya kesakitan hingga ekspresinya terdistorsi. Tadinya dia hanya ingin merayu wanita, tak disangka malah bertemu dengan sekelompok orang gila ini. Baru bicara beberapa patah kata saja mereka sudah bertindak sekejam ini. Jelas sekali mereka tidak menganggap serius Sekte Hitam Putih."Sialan! Siapa mereka ini! Beraninya mereka melukai orang Sekte Hitam Putih, bukankah nyali mereka ini terlalu besar?""Iya nih, padahal kelihatannya cantik sekali, tak disangka sekejam itu."Melihat Franky yang kesakitan, beberapa tamu lainnya ikut terkejut."Sudahlah, seret dia keluar. Jangan sampai mengganggu makan malam Kak Luther denganku." Hani melambaikan tangannya untuk memberi isyarat pada kedua orang itu. Sejak awal hingga akhir, Hani sama sekali tidak menoleh melihat Franky. Preman lokal seperti ini tidak pantas menyita perhatiannya."Suasana hatiku sedang senang hari ini, jadi aku akan mengampunimu. Pulang dan berterima kasih pada leluhurmu,
Melihat ini, Gaia dan Kiera sontak murka. Mereka ingin menyerang lagi, tetapi Hani menghentikan mereka. "Kalian bukan lawannya, biar aku saja."Hani berdiri dengan perlahan. Tatapannya yang dingin melirik sekilas kerumunan itu. Orang-orang yang tadinya tertawa seketika bergidik ngeri. Suara mereka pun menjadi lirih. Entah mengapa, mereka tiba-tiba merasa diri sendiri telah diincar oleh malaikat maut."Oh? Aku nggak nyangka, ternyata ada cewek secantik ini di sini. Aku benar-benar beruntung hari ini," ucap pria berpakaian putih dengan mata berbinar-binar. Kemudian, dia menunjukkan senyuman cabul."Sepertinya, kalian sangat merendahkan wanita, ya?" tanya Hani dengan ekspresi datar. Tidak terlihat ekspresi apa pun pada sorot matanya. Dia meneruskan, "Kuberi kalian 1 kesempatan. Kalau kalian bisa bertahan dari 3 seranganku, kuampuni nyawa kalian.""Mengampuni nyawa kami?" Begitu mendengar perkataan ini, mereka pun tertegun sebelum tergelak."Cantik, kamu belum menyadari posisimu, ya? Kalia
"Lepaskan dia atau kamu akan mati!" ancam Hani saat melihat Luther disandera. Wajah cantiknya pun menjadi dingin, bahkan aura suram seketika menyebar dari tubuhnya.Dalam sekejap, angin dingin berembus kencang. Suhu di sekeliling turun drastis, bahkan lampu mulai berkedap-kedip.Para murid Sekte Hitam Putih bak disambar petir melihat situasi ini. Sekujur tubuh mereka gemetaran tak terkendali.Sebelumnya, Hani hanya memberi pelajaran kepada orang-orang ini. Akan tetapi, sekarang dia benar-benar ingin membunuh mereka.Bagaimanapun, tindakan si pria berpakaian putih yang mengancamnya dengan Luther telah berada di luar batas toleransinya. Kalaupun melarikan diri ke ujung dunia, Hani tidak akan melepaskan bajingan seperti ini!"Biar kuperingatkan dulu, jangan sembarangan bergerak atau aku akan membunuhnya!" ancam si pria berpakaian putih dengan galak.Pria ini tentu tahu Hani bukan tandingannya. Itu sebabnya, dia menyandera Luther untuk membalikkan situasi."Kalau kamu melepaskannya, aku ng
"Ka ... kamu ... beraninya kamu mempermalukanku? Kamu kira aku nggak bisa mengalahkanmu, ya? Hari ini, aku akan menunjukkan kehebatan ahli bela diri Peringkat Langit padamu! Matilah kamu!" seru pria berpakaian putih itu dengan murka.Begitu ucapan ini dilontarkan, pria itu melayangkan pukulan ke arah punggung Luther. Sementara itu, ekspresi Hani dan lainnya sontak berubah drastis. Mereka ingin menghentikan, tetapi sudah terlambat. "Jangan!"Mereka hanya bisa menyaksikan pukulan dahsyat si pria berpakaian putih mengenai punggung Luther. Bam!Luther yang dipukul justru bergeming. Sebaliknya, pria berpakaian putih itu terhempas hingga belasan meter. Pada akhirnya, kepala pria itu pun menghantam jendela hingga pecah dan mendarat di samping Franky dan rombongannya."Kak?" Semua orang terperanjat menatap pria berpakaian putih yang tiba-tiba terhempas itu. Mereka pun bergegas memapahnya. Bukannya kakak senior mereka seharusnya melindungi mereka di dalam? Kenapa tiba-tiba terhempas keluar?"Ka
Sementara itu, di Restoran Luna, semua orang terperangah saat melihat pria berpakaian putih yang terhempas begitu saja. Jelas-jelas pria itu adalah murid utama Sekte Hitam Putih, bahkan ahli bela diri Peringkat Langit.Menurut logika, serangan dari orang sehebat itu seharusnya mampu menghancurkan apa pun dengan mudah. Luther pun seharusnya cacat kalau tidak mati. Tanpa diduga, situasi malah berbalik.Yang dipukuli terlihat baik-baik saja, yang memukul justru terluka parah hingga memuntahkan darah. Situasi macam apa ini?"Kak, kamu baik-baik saja?" Setelah termangu sesaat, Hani bergegas berlari ke depan dan memeriksa kondisi Luther."Sudah kubilang, bajingan seperti itu nggak akan bisa melukaiku. Tenang saja," timpal Luther sembari tersenyum."Tadi itu benar-benar mengejutkanku, aku kira ...." Hani tidak meneruskan perkataannya karena takut salah berbicara."Kamu ... kenapa kamu bisa sehebat itu?" tanya Gaia yang membelalak dengan tidak percaya. Dia tahu seberapa hebatnya pria berpakaia
"Tentu saja boleh kalau kamu punya waktu," sahut Luther yang tersenyum dan mengangguk."Hore!" seru Hani sembari tersenyum berseri-seri. Tujuannya tentu bukan menonton kompetisi, tetapi menghabiskan lebih banyak waktu bersama Luther. Lagi pula, dia tidak tahu sampai kapan bisa berada di sini.....Keesokan paginya, setelah bertemu dengan Hani dan lainnya, Luther pun berangkat ke cabang Aliansi Bela Diri bersama mereka.Cabang Aliansi Bela Diri ini terletak di pinggiran kota. Ada sebuah bangunan besar yang menjadi pusat tempat ini. Segala fasilitas di dalamnya pun sudah canggih.Aliansi Bela Diri memiliki 2 sumber pendapatan utama. Yang pertama adalah merekrut murid dengan biaya tinggi, yang kedua adalah mempublikasikan misi dan mengambil komisi yang ada.Di dunia ini, baik orang kaya maupun pejabat, mereka semua membutuhkan perlindungan. Karena ada begitu banyak ahli bela diri di sini, tempat ini pun menjadi pilihan utama orang-orang.Lantaran imbalannya besar, banyak pesilat yang bers
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar