Pada saat ini, Bianca benar-benar kesal dibuat oleh Ariana. Baginya, Luther benar-benar telah mengorbankan segalanya bagi Ariana. Bahkan Bianca sendiri juga merasa sangat iri. Namun, Ariana malah tidak menghargainya sama sekali.Ariana menjadi angkuh karena terlalu sering dimanjakan, sekarang bahkan berani memukul orang. Benar-benar tak tahu diri. Bianca akhirnya tidak tahan lagi dengan sikap Ariana. Terserah Ariana mau pukul siapa saja, tapi dia tidak boleh menyentuh Luther sedikit pun!"Sudahlah, Bianca. Kita pergi saja, nggak ada lagi yang perlu dibicarakan," kata Luther dengan tenang."Huh! Kamu intropeksi diri saja!" Bianca mendengus, lalu berbalik dan masuk ke mobilnya. Setelah itu, dia menginjak pedal gas dan mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi."Kenapa jadi begini? Kenapa jadi begini?" gumam Ariana setelah melihat mobil Bianca melaju. Dia terlihat putus asa. Ariana memang merasa dirinya agak gegabah tadi, tapi itu karena dia tidak ingin Luther melakukan kesalahan besar.
Bekas telapak tangan di wajah Luther masih belum mereda sampai sekarang. Namun dia hanya menjawab sambil tersenyum, "Nggak sakit, kok.""Wajahmu nggak sakit, tapi hatimu sakit, 'kan?" Bianca mengangkat alisnya dan menambahkan, "Sudah sampai seperti ini, kamu juga seharusnya sudah menyerah. Untuk apa kamu terus menyiksa diri seperti ini? Ikut aku hidup senang saja kelak, apa itu nggak bagus?""Masa pria sejati sepertiku harus bergantung pada wanita?" kata Luther menggaruk kepalanya."Memangnya kenapa kalau bergantung pada wanita? Itu juga sebuah kemampuan!" Bianca mengulurkan jarinya yang ramping untuk mencolek dagu Luther. "Lagi pula, dengan wajahmu ini, sayang sekali kalau nggak dipakai. Aku suka dengan tipe sepertimu. Mandi yang bersih hari ini, hangatkan kasur untukku."Sudut bibir Luther berkedut, dia terdiam sejenak. Kenapa rasanya seperti digoda wanita cabul?"Gimana? Sudah pikirkan dengan jelas? Mau ke rumahmu atau rumahku?" ucap Bianca sambil melemparkan pandangan penuh pesona.
Pagi keesokan harinya, di Vila Praja.Hani yang mengenakan gaun berwarna merah, melihat dirinya di cermin dengan tidak nyaman. Biasanya dia selalu mengenakan pakaian tomboi, seragam militer, ataupun baju kasual. Baru kali ini dia mengenakan gaun ketat seperti ini."Jenderal, Anda benar-benar kelihatan cantik. Lihatlah wajah dan badanmu ini, indah sekali! Pria mana yang nggak akan terpesona padamu?" kata Gaia yang melihatnya dari samping dengan tatapan berbinar.Hani memang sudah sangat cantik, tapi setelah berdandan hari ini, penampilannya jadi semakin memukau. Dipadukan dengan wibawanya, Hani tampak cantik sekaligus keren. Baik pria ataupun wanita, semua pasti akan terpukau dengan penampilannya."Kamu yakin baju ini bagus? Kenapa aku merasa kelihatannya aneh?" gumam Hani."Tentu saja bagus!" Gaia menganggukkan kepala terus-menerus. "Gaun ini kelihatan elegan dan bisa menonjolkan lekuk tubuh. Semua wanita cantik biasanya memakai gaun seperti ini. Lihatlah pinggang Anda jadi tampak ramp
"Kenapa? Nggak bagus ya?" Hani melirik sekilas penampilannya dengan gugup."Bukan nggak bagus, hanya saja kelihatannya agak kaku. Lebih cocok kalau kamu pakai baju biasanya," jawab Luther dengan terus terang. Hani memang wanita tangguh yang menguasai medan perang, bagian yang paling menarik dari dirinya adalah auranya yang berwibawa.Saat mengenakan pakaian perang, pesonanya jadi meningkat karena dia tampak cantik dan keren. Melihatnya memakai gaun wanita yang feminin ini malah terasa aneh. Memang kelihatannya cantik, tapi tidak cocok untuk Hani."Hm?" Mendengar ucapannya, Hani melemparkan pandangan tajam ke arah Gaia."Aku tuangkan teh!" Gaia terkejut dan buru-buru melarikan diri."Kak Gerald, tunggu sebentar, aku akan ganti pakaian." Hani tidak berani menunda, dia langsung kembali ke kamar. Beberapa saat kemudian, dia keluar dari kamar dengan mengenakan pakaian silat berwarna merah. Seketika, penampilannya tampak memukau."Bagus, ini lebih cocok untukmu." Luther mengangguk puas. Hani
Setelah meninggalkan Vila Praja, Luther, Hani, dan beberapa orang lainnya pergi ke tempat wisata untuk berfoto-foto dan membeli souvenir. Selanjutnya, mereka pergi ke jalanan di pusat kota yang menjual berbagai makanan. Setelah itu, mereka juga pergi ke bioskop untuk menonton film sains fiksi yang paling terkenal. Begitu keluar dari bioskop, hari pun sudah malam."Kak Luther, kita mau ke mana lagi?" tanya Hani dengan antusias saat berada di depan pintu bioskop. Ini adalah hari yang paling menyenangkan dan rileks baginya dalam 10 tahun terakhir."Jenderal, kita sudah main seharian, bagaimana kalau kita pulang sekarang?" tanya Kiera di samping. Dia dan Gaia sudah berjaga di sisi Hani seharian. Mereka terus berwaspada dan tidak berani lengah sama sekali karena takut Hani akan disergap.Sebagai dewi perang Negara Drago, kedudukan Hani memang sangat tinggi. Namun pada saat bersamaan, dia juga dianggap sebagai musuh oleh berbagai negara. Jumlah penyergapan yang dialaminya setiap tahun tidak
Bagi pria tua yang cabul, pesona Hani ini bisa dibilang sangat mematikan."Orang sepertimu nggak pantas berteman dengan majikanku, pergi sana!" bentak Kiera."Huh! Kamu meremehkanku?" Mendengar perkataan Kiera, pria kurus itu langsung kesal, "Apa kamu tahu siapa aku ini? Kamu tahu siapa ayahku? Sejujurnya saja, aku ini adalah Tuan Muda dari Sekte Hitam Putih, Franky Salim!"Begitu perkataan itu dilontarkan, ekspresi para tamu di sekitar langsung berubah."Sekte Hitam Putih? Bukankah itu adalah salah satu delapan sekte terbesar di Jiberia?""Katanya Sekte Hitam Putih punya ribuan murid, kekuasaannya juga sangat besar. Bisa dibilang mereka adalah tokoh yang sangat ditakuti di dunia persilatan!""Anehnya, kenapa orang Sekte Hitam Putih bisa datang ke Jiman?""Sepertinya datang untuk menghadiri kompetisi seni bela diri? Katanya, lokasi acaranya ada di Danau Akua di Jiman. Jaraknya nggak terlalu jauh dari provinsi, akhir-akhir ini sudah banyak seniman bela diri yang datang."Semua orang dia
"Argh!" teriak Franky. Kedua kakinya yang terluka membuatnya kesakitan hingga ekspresinya terdistorsi. Tadinya dia hanya ingin merayu wanita, tak disangka malah bertemu dengan sekelompok orang gila ini. Baru bicara beberapa patah kata saja mereka sudah bertindak sekejam ini. Jelas sekali mereka tidak menganggap serius Sekte Hitam Putih."Sialan! Siapa mereka ini! Beraninya mereka melukai orang Sekte Hitam Putih, bukankah nyali mereka ini terlalu besar?""Iya nih, padahal kelihatannya cantik sekali, tak disangka sekejam itu."Melihat Franky yang kesakitan, beberapa tamu lainnya ikut terkejut."Sudahlah, seret dia keluar. Jangan sampai mengganggu makan malam Kak Luther denganku." Hani melambaikan tangannya untuk memberi isyarat pada kedua orang itu. Sejak awal hingga akhir, Hani sama sekali tidak menoleh melihat Franky. Preman lokal seperti ini tidak pantas menyita perhatiannya."Suasana hatiku sedang senang hari ini, jadi aku akan mengampunimu. Pulang dan berterima kasih pada leluhurmu,
Melihat ini, Gaia dan Kiera sontak murka. Mereka ingin menyerang lagi, tetapi Hani menghentikan mereka. "Kalian bukan lawannya, biar aku saja."Hani berdiri dengan perlahan. Tatapannya yang dingin melirik sekilas kerumunan itu. Orang-orang yang tadinya tertawa seketika bergidik ngeri. Suara mereka pun menjadi lirih. Entah mengapa, mereka tiba-tiba merasa diri sendiri telah diincar oleh malaikat maut."Oh? Aku nggak nyangka, ternyata ada cewek secantik ini di sini. Aku benar-benar beruntung hari ini," ucap pria berpakaian putih dengan mata berbinar-binar. Kemudian, dia menunjukkan senyuman cabul."Sepertinya, kalian sangat merendahkan wanita, ya?" tanya Hani dengan ekspresi datar. Tidak terlihat ekspresi apa pun pada sorot matanya. Dia meneruskan, "Kuberi kalian 1 kesempatan. Kalau kalian bisa bertahan dari 3 seranganku, kuampuni nyawa kalian.""Mengampuni nyawa kami?" Begitu mendengar perkataan ini, mereka pun tertegun sebelum tergelak."Cantik, kamu belum menyadari posisimu, ya? Kalia
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru