"Kamu ... apa yang kamu lakukan?!" Ekspresi Ariana langsung berubah, tubuhnya mulai meronta-ronta. Guncangan dadanya semakin memikat."Kamu suka bermain, 'kan? Akan kuladeni sampai selesai!" kata Luther dengan wajah acuh tak acuh."Kamu sudah gila, ya? Hentikan sekarang juga!" teriak Ariana dengan marah."Masih mau berpura-pura? Kamu nggak sadar kulit wajahmu sudah terkelupas?" kata Luther."Apa?" Ariana memicingkan matanya, dia refleks mencoba menyentuh wajahnya. Namun, saat sedang menyentuh wajahnya, Ariana tiba-tiba menyadari kesalahannya. Terlepas dari apakah kulit wajahnya terkelupas atau tidak, refleksnya ini telah membongkar kebohongannya."Kukira aktingku sudah cukup bagus, nggak kusangka akan ketahuan secepat ini," kata "Ariana". Setelah itu, dia menghentikan aksinya dan melepas topeng wajahnya.Kini, wajah yang muncul di hadapan Luther adalah wajah seorang wanita asing. Parasnya tidak jelek, tetapi memiliki warna kulit yang sangat pucat. Terutama pada bagian matanya, wanita i
Sekelompok wanita bertopeng itu langsung menaruh pisau di leher Ariana. Ujung pisau yang tajam menyayat kulitnya, dan darah segar mulai menetes. Mereka terlihat cukup tegas, jika Luther berani bergerak, Ariana bisa tewas seketika. Luther mengernyit, lalu akhirnya melepaskan tangannya. Jumlah mereka terlalu banyak, dia tidak berani mengambil risiko dengan nyawa Ariana."Bagus," kata Zain dengan nada yang meyakinkan. "Luther, guruku bisa tertarik padamu, itu adalah kehormatan bagimu. Kamu hanya perlu menyetujuinya, kita akan menjadi keluarga. Tapi, kalau kamu berani menolak, bukan hanya kamu yang akan mati, semua orang di sekitarmu juga akan mati!""Apa harus sampai begini?" tanya Luther dengan ekspresi dingin."Ini adalah prinsip kami dalam menjalankan tugas. Orang-orang sepertimu yang tak bisa kami dapatkan, harus dihancurkan," kata Zain."Memangnya kalian sanggup membunuhku?" tanya Luther."Hehe ... aku tahu kamu hebat, tapi aku datang dengan persiapan," kata Zain sambil tertawa sinis
"Ugh ...." Tubuh Zain langsung menjadi kaku. Dia melihat wajah Maple yang masih tersenyum, lalu melihat dadanya yang telah tertancap pisau. Ekspresi Zain penuh dengan ketidakpercayaan. Dia tidak pernah menyangka bahwa adik junior yang tadinya masih tersenyum beberapa detik yang lalu, kini malah membunuhnya dengan begitu tegas. Maple bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun sebelumnya."Hm?" Melihat perubahan situasi yang begitu mendadak, Luther juga menjadi kebingungan. Padahal tadinya dia tidak menaruh harapan sama sekali. Tak disangka Maple malah benar-benar menganggap serius perkataannya. Bukan hanya menganggap serius, Maple bahkan melaksanakannya dengan begitu cepat.Hanya dalam sekali tusukan, Maple membunuh kakak seniornya sendiri. Apakah wanita ini memang sekejam itu? Atau terlalu gila?"Ke ... kenapa?" tanya Zain dengan bersusah payah sambil membelalakkan matanya. Wajahnya penuh dengan rasa kaget, marah, dendam, tidak rela, dan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti mengap
"Dokter, aku bahkan rela mengkhianati perguruan dan membunuh kakak seniorku demi kamu. Bukankah perkataanmu itu terlalu kejam?" kata Maple dengan wajah sedih."Apa sebenarnya yang ingin kamu lakukan?" tanya Luther."Jangan pikir sembarangan, aku hanya ingin berteman denganmu. Nggak ada niat lainnya," kata Maple sambil tersenyum."Aku nggak sanggup berteman denganmu. Siapa tahu suatu hari nanti kamu akan menusukku dari belakang?" kata Luther terus terang."Hohoho .... Dokter, aku nggak mungkin tega menusukmu. Seharusnya kamu yang menusukku," balas Maple dengan senyum menggoda.Mendengar ucapannya, sudut bibir Luther berkedut. Kenapa wanita ini kedengarannya seperti sedang menggodanya? Luther kemudian berkata, "Kalau nggak ada urusan lain lagi, aku pergi dulu." Luther tidak ingin lagi berbicara panjang lebar dengan wanita ini. Dia hanya menggendong Ariana, bersiap-siap keluar dari tempat itu."Tunggu." Maple tiba-tiba mengeluarkan sebuah botol kecil dan menyerahkannya pada Luther. "Ini a
Keesokan paginya di Grup Warsono. Ketika Ariana perlahan-lahan bangun, dia menemukan dirinya berbaring di sofa kantor. Tubuhnya tertutup selimut tebal, dan di dekat meja ada segelas susu panas. Dia menggosok kepalanya yang terasa agak sakit. Ingatan tentang malam sebelumnya masih agak kabur.Mulutnya terasa kering, jadi dia segera mengambil susu tersebut dan meneguknya hingga habis. Setelah minum susu tersebut, perut Ariana jadi terasa hangat. Rasa tidak nyaman di tubuhnya juga mulai mereda."Ariana, kamu sudah bangun ya," kata Luther sambil membawa sarapan yang masih hangat memasuki ruangan."Kenapa kamu di sini?" Ariana langsung mengernyit dan ekspresinya terlihat dingin."Aku nggak tahu tempat tinggalmu, jadi aku membawamu kembali ke kantor semalam," kata Luther. Sambil menjawab pertanyaannya, Luther membawakan sarapan yang berisi susu, roti isi, dan telur."Kutanya sekali lagi, kenapa kamu ada di sini?" tanya Ariana dengan nada tegas."Kamu nggak ingat sama sekali dengan kejadian s
Tempat itu adalah lantai 30. Jika melompat dari tempat setinggi itu, Luther pasti akan mati. Ariana hanya ingin mengusir Luther. "Baik, aku lompat!" Luther menganggukkan kepala. Tanpa ragu-ragu, dia berlari menuju jendela, lalu menabraknya hingga pecah dan melompat dari lantai 30 itu."Eh ...." Ariana berdiri mematung di tempatnya, tidak sadar untuk beberapa saat. Dia hanya emosi sesaat tadi. Ariana tidak menyangka Luther akan benar-benar berani melompat dari lantai 30."Luther!"Setelah menyadari apa yang terjadi, Ariana berteriak kaget dan segera berlari menuju jendela yang hancur, lalu melihat ke bawah. Di luar jendela, sudah tidak terlihat jejak Luther lagi. Tidak ada manusia yang bisa selamat setelah jatuh dari tempat setinggi itu.Bruk! Kedua kaki Ariana menjadi lemas dan langsung terduduk di lantai. Dia lalu menangis terisak-isak. "Kenapa begini? Luther, kenapa kamu sebodoh itu? Kenapa harus melompat? Bagaimana nasibku kalau kamu mati? Aku harus bagaimana?"Ariana menangis teris
"Sudah, jangan menangis lagi. Aku masih hidup, 'kan?"Luther menepuk punggung Ariana dengan lembut untuk mencoba menghiburnya. Ini benar-benar pertama kalinya kedua orang itu berpelukan dengan erat seperti ini. Dalam sekejap, Luther merasa bergairah saat mencium aroma tubuh Ariana yang menggoda dan merasakan dadanya yang sangat lembut."Huh! Kamu masih berani bilang begitu? Tadi kamu hampir mati!" Ariana memukul dada Luther sekali lagi."Apa boleh buat, kamu yang menyuruhku untuk lompat," jawab Luther dengan ekspresi polos."Aku suruh lompat, kamu lompat. Kalau aku suruh kamu makan kotoran, apa kamu juga akan makan?" tanya Ariana dengan kesal."Uhuk .... Kalau ini harus dipertimbangkan dengan baik," kata Luther dengan canggung."Kamu mau mempertimbangkannya kalau makan kotoran, tapi kalau lompat nggak usah dipertimbangkan? Apa yang ada di dalam pikiranmu?" Ariana mengulurkan jari telunjuknya dan menusuk kening Luther dengan keras."Aku tadi hanya gegabah. Aku jamin nggak akan melakukan
"Putriku! Obat apa yang diberikan si berengsek ini sampai kamu begitu percaya padanya?" Helen merasa terkejut dan marah.Helen benar-benar tidak menyangka putrinya akan terjerumus seperti ini. Demi seorang pria busuk, putrinya tidak memedulikan kematian adiknya dan bahkan membela pembunuhnya. Sungguh sangat bodoh!"Aku percaya padanya karena memang ada kejanggalan dalam kasus ini. Aku nggak ingin menuduh orang yang tak bersalah," jelas Ariana."Omong kosong! Orang itu terlihat licik, pasti bukan orang baik. Hari ini aku harus menangkap dan membawanya ke pengadilan!" Helen tetap keras kepala dan bersikeras untuk bertindak."Ibu, bisakah kamu lebih tenang?" Ariana tetap menghalang di depan Luther dan menahan ibunya sendiri."Minggir kamu!"Helen sangat marah dan mencoba mendorong putrinya. Namun, Ariana tidak membiarkannya dan terus menjaga posisinya dengan tubuhnya. Kemudian, keduanya mulai saling tarik-menarik."Ibu! Dengarkan aku, masalah ini ....""Plak!"Saat Ariana akan mengatakan
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru