Luther melangkah masuk dengan ekspresi yang terlihat sangat menakutkan. Begitu melihat pesan dari Ariana, dia sudah merasa ada yang tidak beres sehingga buru-buru kemari."Ke ... kenapa kamu ada di sini?" tanya Supri yang membelalakkan mata. Dia ketakutan hingga mundur beberapa langkah."Bukannya kamu meneleponku untuk menyuruhku kemari? Aku sudah sampai, kamu mau apa?" ujar Luther sambil perlahan-lahan mendekat."Pengawal! Tolong aku!" teriak Supri. Anehnya, tidak ada respons apa pun di luar, seolah-olah mereka tidak pernah ada."Hei! Kalian sudah mati, ya! Di mana kalian semua?" teriak Supri dengan murka. Namun, tidak peduli bagaimana dia berteriak, tetap tidak ada yang menanggapinya."Sudah kuperingatkanmu sebelumnya, jangan pernah mengusikku lagi. Kalau nggak, kamu akan mati tragis. Kamu anggap perkataanku sebagai angin lalu, ya?" tanya Luther seraya berjalan selangkah demi selangkah."Ini wilayah kekuasaanku! Jangan sembarangan! Kalau nggak, kamu nggak akan bisa keluar dari sini!"
"Asalkan kamu berjanji nggak membunuhku, aku akan memberitahumu kebenarannya," ujar Supri yang berusaha untuk bernegosiasi dengan Luther."Nggak perlu, sebaiknya kamu mati saja." Begitu melontarkan kalimat itu, Luther langsung menginjak kepala Supri dengan kejam."Jangan ...." Supri berteriak dengan histeris, tetapi tidak ada gunanya. Pada akhirnya, dia tetap tewas."Tuan Luther, semua sudah teratasi di luar." Tiba-tiba, 2 orang pesilat bertopeng dan berpakaian hitam berjalan masuk untuk melapor. Mereka tidak lain adalah elite dari tim pengawal rahasia."Bagus, bersihkan semuanya dan angkut jenazah ini ke kediaman Keluarga Oscario," perintah Luther."Baik." Kedua pesilat itu bertatapan sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Luther tidak berbasa-basi. Dia menggendong Ariana yang tidak sadarkan diri, lalu berjalan keluar dari kasino ini.Begitu keluar, Luther mendapati sebuah sosok yang tampak mencurigakan di sebuah sudut. Orang itu tidak lain adalah Keenan yang melarikan diri barusan."Kel
Melihat sikap sombong Keenan, wajah Luther menjadi sangat muram. Dia sama sekali tidak menduga bahwa Keenan akan membalikkan fakta dan melemparkan semua kesalahan pada dirinya. Perilaku seperti ini benar-benar menjengkelkan!"Luther, nggak kusangka kamu akan pakai cara selicik ini karena nggak bisa mendekati putriku! Benar-benar serigala berbulu domba!" Helen mulai mengutuk."Huh! Sudah lama aku melihat kemunafikanmu! Bukan hanya menipu uang kami, sekarang kamu bahkan mencelakai Kak Ariana. Sikapmu ini lebih buruk daripada binatang!" maki Roselyn sambil memelototi Luther."Sampai saat ini, kamu masih belum mau bertobat?" Luther mengerutkan dahinya."Mau bertobat apanya? Jelas-jelas kamu yang salah! Kamu yang mencelakai kakakku!" Keenan bersikeras. Dengan adanya dukungan dari Helen, dia tidak takut sama sekali."Dasar bajingan! Jangan sentuh putriku!" Helen mendorong Luther dengan kasar dan segera merebut kembali Ariana yang tak sadarkan diri."Ibu! Orang ini benar-benar jahat. Bukan ha
Ariana akhirnya mengingat kembali apa yang telah terjadi. Setelah minum dua gelas anggur di kasino kemarin, dia langsung pingsan dan tidak ingat apa-apa setelahnya. Namun, sekarang sepertinya dia telah diselamatkan."Huh! Semua ini salah Luther berengsek itu! Kalau bukan karena niat buruknya, kalian berdua nggak akan menderita seperti ini," kata Helen dengan marah."Luther? Apa hubungannya dengan dia?" Ariana sedikit bingung."Kamu belum tahu ya? Dia yang bersekongkol dengan pemilik kasino untuk meracunimu dan berencana untuk melakukan hal buruk. Untungnya Keenan berjuang mati-matian untuk menyelamatkanmu," kata Helen."Ibu, kamu pasti keliru. Luther nggak mungkin mencelakaiku, apalagi menggunakan cara rendahan seperti itu. Kalian pasti salah paham padanya," kata Ariana sambil tersenyum."Nak, kamu ini terlalu polos, makanya bisa sampai ditipu olehnya. Jangan hanya melihat dari penampilannya, siapa tahu dia menyimpan niat jahat di balik semua itu!" kata Helen dengan serius."Aku yakin
Berita kematian Keenan membuat beberapa orang itu merasa sangat terpukul. Kenapa orang yang begitu sehat walafiat kemarin bisa mati begitu saja hanya dalam waktu semalam?"Nggak mungkin! Mana mungkin adikku bisa tiba-tiba mati?" Ariana menggeleng keras dan memasang wajah tidak percaya. "Dokter! Kumohon, selamatkanlah adikku! Aku rela bayar berapa pun asal kamu bisa menyelamatkannya!""Maaf, kami benar-benar sudah berusaha sebaik mungkin. Turut berduka." Dokter menggeleng dengan tak berdaya."Kenapa bisa begitu? Kenapa bisa begitu?" Air mata Ariana mengucur deras. Tubuhnya sampai terhuyung karena tidak percaya adiknya akan mati begitu saja."Keenan! Putraku!" Saat jenazah Keenan didorong keluar, Helen menangis histeris. Hatinya benar-benar terasa perih bagaikan disayat pisau. Dia hanya punya seorang putra. Selama ini, dia selalu menganggap putra satu-satunya itu adalah harta. Seburuk apa pun kesalahan yang dilakukan Keenan, Helen selalu melindunginya. Namun, dia tidak menyangka kini put
Sementara itu, Ariana duduk sendirian di ranjang pasien sambil bengong. Wajahnya terlihat sangat kuyu. Dia kelelahan karena menangis seharian. Pikirannya sekarang sangat kacau bagaikan tak bernyawa. Cobaan hari ini terasa terlalu berat baginya."Ariana ...." Pada saat ini, Luther tiba-tiba masuk ke kamar pasien dan bertanya dengan perhatian, "Katanya kamu masuk rumah sakit, bagian mana yang nggak nyaman? Apa perlu kuobati?"Melihat Ariana tidak merespons sama sekali, Luther kembali bertanya, "Ariana, kenapa kamu?" Luther melambaikan tangannya di depan wajah Ariana. Pada akhirnya, dia baru menyadari bahwa tatapan Ariana kosong tanpa emosi sama sekali.Dilihat sekilas, Ariana tampak seperti sebuah boneka yang tak bernyawa. Umumnya, hanya orang yang telah berada dalam keputusasaan baru bisa menunjukkan ekspresi seperti ini. Luther mengerutkan alisnya, lalu memeriksa denyut nadi Ariana.Setelah diperiksa, Luther baru mengetahui bahwa ternyata denyut nadi Ariana sangat lemah, seakan-akan bi
"Kamu masih mau menyangkal? Wajah adikku dipenuhi bekas tamparanmu, kepalanya juga terbentur keras. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang melakukan hal itu?""Kenapa? Kenapa kamu harus sampai sekejam itu? Kalaupun adikku bersalah, kamu nggak perlu sampai membunuhnya, 'kan?" Sambil bicara, Ariana terus-menerus memukul dada Luther. Seiring dengan pukulannya, air mata telah mengucur deras membasahi wajah Ariana."Ariana, kematian adikmu terlalu mendadak. Aku merasa ada yang aneh dari kejadian ini. Percayalah padaku, aku nggak mungkin membunuh adikmu!" kata Luther dengan serius."Percaya padamu? Kenyataan sudah di depan mata, mau bagaimana lagi aku percaya padamu?" tanya Ariana. Faktanya adalah Luther memang memukul adiknya hingga terluka parah. Lagi pula, dokter juga sudah mengatakan bahwa kepala Keenan mengalami benturan keras hingga tidak bisa diselamatkan lagi.Seluk-beluk masalah ini sangat jelas. Bisa dibilang, buktinya sudah kuat! Jika dilihat dari sudut pandang yang lebih jauh, bahkan
Jelas sekali, ada orang yang sengaja menjebak dan melemparkan kesalahan pada Luther atas kematian Keenan. Luther berpikir keras tentang kemungkinan pelakunya. Keluarga Oscario, Keluarga Sunaryo, atau mungkin ada musuh lain yang tidak terlihat? Selain itu, mengapa mereka melakukan ini? Apakah tujuan orang itu untuk memisahkan dirinya dan Ariana?Saat melihat jarum hitam di tangannya, Luther ingin menjelaskan semuanya kepada Ariana, tetapi akhirnya dia menahan diri. Dengan emosinya saat ini, Ariana tidak mungkin akan memercayai perkataannya. Lagi pula, hanya sebuah jarum saja tidak bisa menjadi bukti yang kuat. Hanya bisa menemukan pelaku sebenarnya, dia baru bisa membersihkan namanya.Kring kring kring ....Pada saat itu, ponsel Luther berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat ternyata itu adalah panggilan dari Ronald."Halo. Ronald, kebetulan aku butuh bantuanmu ...."Setelah menerima panggilan, bahkan sebelum Luther sempat menyelesaikan perkataannya sudah terdengar suara Ronal
"Buku catatan?"Melihat buku catatan berwarna merah di bawah kakinya, Rigen menyipitkan matanya dan ekspresinya mulai terlihat panik. Dia benar-benar tidak menyangka buku catatan yang sudah disembunyikannya malah bisa ditemukan oleh Tim Penegak Hukum. Buku catatan ini berisi detail tentang semua transaksi ilegal dan korupsi dengan berbagai pejabat yang dilakukannya selama bertahun-tahun ini.Awalnya, Rigen menyimpan buku catatan ini agar para pejabat yang bekerja sama dengannya tidak berkhianat, tetapi sekarang ini malah menjadi buku kematiannya. Harta bisa disita dan anak-anak bisa diabaikan, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya mengelak dari buku penuh dengan tulisan tangannya sendiri.Rigen mengernyitkan alisnya dan keringat dingin mengalir sampai punggungnya basah kuyup."Tuan Rigen, kenapa kamu berkeringat begitu banyak? Apa cuacanya terlalu panas? Apa perlu aku menyuruh orang untuk mengipasimu?" sindir Wirya sambil tersenyum. Bukti yang sudah terkumpul kali ini cukup untuk mem
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras