Berita kematian Keenan membuat beberapa orang itu merasa sangat terpukul. Kenapa orang yang begitu sehat walafiat kemarin bisa mati begitu saja hanya dalam waktu semalam?"Nggak mungkin! Mana mungkin adikku bisa tiba-tiba mati?" Ariana menggeleng keras dan memasang wajah tidak percaya. "Dokter! Kumohon, selamatkanlah adikku! Aku rela bayar berapa pun asal kamu bisa menyelamatkannya!""Maaf, kami benar-benar sudah berusaha sebaik mungkin. Turut berduka." Dokter menggeleng dengan tak berdaya."Kenapa bisa begitu? Kenapa bisa begitu?" Air mata Ariana mengucur deras. Tubuhnya sampai terhuyung karena tidak percaya adiknya akan mati begitu saja."Keenan! Putraku!" Saat jenazah Keenan didorong keluar, Helen menangis histeris. Hatinya benar-benar terasa perih bagaikan disayat pisau. Dia hanya punya seorang putra. Selama ini, dia selalu menganggap putra satu-satunya itu adalah harta. Seburuk apa pun kesalahan yang dilakukan Keenan, Helen selalu melindunginya. Namun, dia tidak menyangka kini put
Sementara itu, Ariana duduk sendirian di ranjang pasien sambil bengong. Wajahnya terlihat sangat kuyu. Dia kelelahan karena menangis seharian. Pikirannya sekarang sangat kacau bagaikan tak bernyawa. Cobaan hari ini terasa terlalu berat baginya."Ariana ...." Pada saat ini, Luther tiba-tiba masuk ke kamar pasien dan bertanya dengan perhatian, "Katanya kamu masuk rumah sakit, bagian mana yang nggak nyaman? Apa perlu kuobati?"Melihat Ariana tidak merespons sama sekali, Luther kembali bertanya, "Ariana, kenapa kamu?" Luther melambaikan tangannya di depan wajah Ariana. Pada akhirnya, dia baru menyadari bahwa tatapan Ariana kosong tanpa emosi sama sekali.Dilihat sekilas, Ariana tampak seperti sebuah boneka yang tak bernyawa. Umumnya, hanya orang yang telah berada dalam keputusasaan baru bisa menunjukkan ekspresi seperti ini. Luther mengerutkan alisnya, lalu memeriksa denyut nadi Ariana.Setelah diperiksa, Luther baru mengetahui bahwa ternyata denyut nadi Ariana sangat lemah, seakan-akan bi
"Kamu masih mau menyangkal? Wajah adikku dipenuhi bekas tamparanmu, kepalanya juga terbentur keras. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang melakukan hal itu?""Kenapa? Kenapa kamu harus sampai sekejam itu? Kalaupun adikku bersalah, kamu nggak perlu sampai membunuhnya, 'kan?" Sambil bicara, Ariana terus-menerus memukul dada Luther. Seiring dengan pukulannya, air mata telah mengucur deras membasahi wajah Ariana."Ariana, kematian adikmu terlalu mendadak. Aku merasa ada yang aneh dari kejadian ini. Percayalah padaku, aku nggak mungkin membunuh adikmu!" kata Luther dengan serius."Percaya padamu? Kenyataan sudah di depan mata, mau bagaimana lagi aku percaya padamu?" tanya Ariana. Faktanya adalah Luther memang memukul adiknya hingga terluka parah. Lagi pula, dokter juga sudah mengatakan bahwa kepala Keenan mengalami benturan keras hingga tidak bisa diselamatkan lagi.Seluk-beluk masalah ini sangat jelas. Bisa dibilang, buktinya sudah kuat! Jika dilihat dari sudut pandang yang lebih jauh, bahkan
Jelas sekali, ada orang yang sengaja menjebak dan melemparkan kesalahan pada Luther atas kematian Keenan. Luther berpikir keras tentang kemungkinan pelakunya. Keluarga Oscario, Keluarga Sunaryo, atau mungkin ada musuh lain yang tidak terlihat? Selain itu, mengapa mereka melakukan ini? Apakah tujuan orang itu untuk memisahkan dirinya dan Ariana?Saat melihat jarum hitam di tangannya, Luther ingin menjelaskan semuanya kepada Ariana, tetapi akhirnya dia menahan diri. Dengan emosinya saat ini, Ariana tidak mungkin akan memercayai perkataannya. Lagi pula, hanya sebuah jarum saja tidak bisa menjadi bukti yang kuat. Hanya bisa menemukan pelaku sebenarnya, dia baru bisa membersihkan namanya.Kring kring kring ....Pada saat itu, ponsel Luther berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat ternyata itu adalah panggilan dari Ronald."Halo. Ronald, kebetulan aku butuh bantuanmu ...."Setelah menerima panggilan, bahkan sebelum Luther sempat menyelesaikan perkataannya sudah terdengar suara Ronal
Melani tersenyum sinis. "Berengsek! Kamu nggak sangka balasanku akan datang begitu cepat, 'kan? Aku sudah peringatkan jangan menyinggungku. Kalau nggak, kamu akan mati mengenaskan. Bagaimana sekarang? Sudah merasa takut, kan?"Setelah pulang kemarin, Melani langsung menyuruh orang untuk menyelidiki identitas Luther. Awalnya dia tidak menganggap serius, setelah diselidiki baru terungkap Luther sebenarnya telah menguasai Faksi Draco.Perlu diketahui, Faksi Draco selalu dikuasai oleh kakak sepupunya, Terry. Bukankah sama saja Luther ini mencuri milik orang? Melani segera mencari Terry dan menceritakan semua keluhannya dengan penuh dramatis. Kemudian, hasilnya situasinya menjadi seperti yang sedang terjadi saat ini."Sepertinya pelajaran kemarin masih belum cukup, jadi sekarang datang untuk dipukuli lagi. 'kan?" kata Luther dengan tenang."Dipukul? Huh .... Buka matamu dan lihat dengan jelas, di sekeliling ini semua adalah ahli bela diri dari Keluarga Oscario!" kata Melani dengan tegas.Ke
"Bocah, kamu tadi seharusnya dengarkan nasihat mereka dan kabur. Sayangnya, sekarang kamu sudah nggak punya kesempatan lagi."Bernard makin mendekat dan sudah berada dalam jarak lima meter. Ini adalah jarak terbaiknya untuk menyerang, Luther juga tidak akan bisa melarikan diri."Aku ada bilang mau kabur?" tanya Luther dengan ekspresi tenang."Kenapa? Sudah dengar namaku, kamu masih ingin melawan?" kata Bernard dengan tatapan yang meremehkan."Melawan? Nggak, kamu salah paham. Aku hanya ingin menjatuhkanmu saja," kata Luther dengan lebih serius."Menjatuhkanku? Hehehe ...."Bernard tersenyum dan ekspresinya terlihat menyindir. "Baik, aku beri kamu kesempatan. Aku akan berdiri di sini tak bergerak, aku biarkan kamu pukul tiga kali dulu. Kalau kamu bisa membuatku mundur selangkah, aku akan melepaskanmu."Begitu mendengar perkataan itu, Melani dan yang lainnya tersenyum sinis. Semua orang Bernard memiliki tubuh yang tangguh, sulit ditembus oleh senjata tajam. Di antara para ahli bela diri
"Eh?" Melihat Bernard yang tiba-tiba terlempar ke udara dan jatuh dengan keras, semua orang langsung membeku. Mereka melihat kejadian itu dengan mata membelalak dan ekspresi yang sangat ketakutan.Tidak ada yang menyangka Bernard yang tadi masih berdiri dengan kukuh, malah terjatuh begitu saja dan bahkan hanya dengan satu pukulan saja. Bukankah Bernard memiliki kulit dan tulang besi? Bukankah Bernard sangat kuat? Mengapa bisa tidak tahan satu pukulan saja?"Tidak ... mungkin!"Pada saat ini, senyuman di wajah Melina sudah hilang, berubah menjadi kaget. Bukankah orang itu adalah Bernard, si orang gila? Ahli bela diri tingkat sejati, salah satu pilar utama di bawah kepemimpinan Terry, dan seorang sosok yang menakuti banyak ahli hanya dengan namanya? Bagaimana mungkin pesilat ulung seperti itu bisa dikalahkan Luther hanya dengan satu pukulan? Tidak mungkin!"Ini ... apa ini kekuatan Tuan Luther? Sungguh mengerikan!" Roland menatap dengan mata membelalak dan ekspresinya terlihat tidak perc
"Apa kamu masih belum menyadari situasinya? Sekarang, kalianlah yang tidak bisa kabur lagi," kata Luther memperingatkan.Pada saat ini, para murid Faksi Draco sudah mulai berdiri satu per satu. Sebelumnya, mereka merasa tertekan karena kehebatan Bernard. Namun sekarang, Bernard sudah dikalahkan, mereka merasa bersemangat untuk bertarung."Kenapa? Apa kamu masih berani menantang Keluarga Oscario?" teriak Melani."Kenapa kalau berani? Lagi pula sudah kepalang basah." Luther sama sekali tidak takut."Kamu!"Melani menggertakkan giginya. Dia tidak menyangka Luther begitu ganas, sama sekali tidak menghormati Keluarga Oscario."Nona, tidak aman untuk tinggal lebih lama di tempat ini. Sebaiknya kita mundur dulu, baru rencanakan langkah berikutnya lagi setelah pulang nanti," bisik salah seorang ahli di sebelahnya.Faksi Draco memiliki banyak orang, ditambah lagi ada Luther yang begitu kuat yang memimpin serangan, mereka sama sekali tidak bisa menandinginya."Mundur!" Melani menarik napas dalam