Status Terry di dunia persilatan bahkan diam-diam mengejar Harry. Orang sepertinya selalu dihormati ke mana pun dia pergi."Huh! Memang kenapa kalau kamu kaya? Saat bertemu dengan Keluarga Oscario, bukannya kamu juga harus tunduk?" ujar Hardy sambil tersenyum senang.Keluarga Oscario adalah keluarga seni bela diri yang mendominasi. Setelah dipermalukan kali ini, Supri pasti tidak akan diam saja."Keluarga Oscario sangat berkuasa. Tampaknya orang ini dalam masalah," ujar Tiana sambil menggeleng. Sikapnya bak orang luar yang sedang menonton pertunjukan.Kaya dan berkuasa adalah dua konsep yang berbeda. Di mata orang-orang berkuasa, beberapa orang kaya baru sama sekali tidak perlu dikhawatirkan.Supri tersenyum puas dan berkata, "Bocah, kamu takut, 'kan? Setelah tahu identitasku sekarang, kamu pasti sudah tahu harus ngapain, 'kan?"Meskipun Supri tidak mampu membayar 200 miliar, dia memiliki kakak laki-laki yang kuat dan berkuasa. Selama dia menyebut nama Terry, tidak banyak orang di selu
"Hei! Berani sekali kamu memukul orang Keluarga Oscario. Kamu sudah gila, ya?"Melihat Supri tergeletak tidak berdaya di lantai, Tiana dan yang lainnya langsung pucat ketakutan. Mereka tidak menyangka Luther berani meremehkan Keluarga Oscario."Tinggal bertarung saja, 'kan? Memangnya apa yang bakal terjadi?" balas Luther tanpa peduli.Tiana memandang Luther dengan sinis dan berkata, "Huh! Kamu benar-benar nggak takut mati! Keluarga Oscario itu salah satu dari Lima Keluarga Bangsawan. Setelah menyinggung Keluarga Oscario, kamu mungkin bakal langsung dibunuh besok pagi!""Oh ya? Aku nggak sependapat tuh," balas Luther sambil mengangkat bahu.Hardy berkata dengan nada muram, "Bung, jangan kira kamu bisa berbuat sesuka hati di ibu kota provinsi hanya karena punya sedikit uang. Kekuasaan Keluarga Oscario jauh melampaui imajinasimu. Selain itu, Terry juga selalu menjaga orang-orangnya. Dinilai dari temperamennya, dia nggak akan pernah mengampunimu setelah tahu kamu menindas adiknya!""Kalau
Keesokan paginya, sebuah Bentley perak tiba-tiba berhenti di depan pintu masuk saat Luther sedang membaca buku medis. Segera setelahnya, Belinda keluar dengan panik dari mobil."Gawat, Luther! Terjadi sesuatu pada ayahku!" seru Belinda dengan cemas begitu berjalan masuk."Jangan panik, ayahmu nggak akan mati untuk saat ini," kata sambil Luther sambil menaruh bukunya dengan perlahan. Dia sama sekali tidak tampak terkejut."Hm? Kamu tahu dari mana?" ujar Belinda terkejut."Bukannya aku sudah bilang kemarin? Ayahmu terkena guna-guna dan nggak akan bertahan lebih dari tiga hari. Hari ini hari kedua, jadi dia masih punya satu hari lagi," kata Luther dengan tenang."Jadi, kita harus gimana? Apa kamu bisa menyembuhkan ayahku?" tanya Belinda.Luther menjawab, "Tentu saja, tapi aku punya syarat.""Syarat apa?" tanya Belinda lagi."Aku ingin Keluarga Caonata mengikuti keinginan kakakmu untuk membatalkan perjanjian nikah dengan Keluarga Sunaryo," ujar Luther.Belinda mengernyit dan berkata, "Memb
Siang itu, di vila milik Keluarga Caonata.Luther naik mobil Belinda yang melaju masuk dengan mulus. Sebagai salah satu dari Lima Keluarga Bangsawan, markas utama Keluarga Caonata ini sangatlah mewah. Ada danau buatan, taman, peternakan, kilang anggur, dan beberapa bangunan vila terpisah yang megah.Selain itu, juga ada ratusan pengawal yang berjaga baik di dalam maupun di luar bangunan. Pelayan di sana setidaknya berjumlah puluhan orang. Keluarga ini benar-benar layak disebut keluarga bangsawan. Luther mengagumi pemandangan di taman sambil memikirkan tentang pertemuan tahunan Keluarga Caonata besok."Sudah sampai," ujar Belinda.Saat ini, Bentley perak Belinda perlahan berhenti di depan pintu vila utama. Saat Luther dan Belinda keluar dari mobil, Susan dan dua orang pelayan sudah berdiri di depan pintu, sepertinya mereka sudah menunggu lama.Susan mengamati Luther dari atas ke bawah, lalu berkata dengan dingin, "Kamu sudah datang? Kemarin, kamu bilang suamiku diguna-guna. Apa itu bena
Patrick menyilangkan tangannya dan bertanya dengan nada angkuh, "Jadi, kamu setuju?"Luther mengangguk dan menjawab, "Tentu, karena kamu sangat percaya diri, aku mau lihat seberapa hebatnya kamu. Kuharap kamu nggak menyesalinya nanti.""Bagus! Hari ini, aku akan membuatmu melihat perbedaan antara pengobatan tradisional dan pengobatan Barat!" ujar Patrick sambil tersenyum percaya diri.Kemudian, Patrick membuka kotak obatnya dan mengeluarkan tabung obat berwarna hijau seraya menjelaskan, "Ini adalah obat penawar racun terbaru yang dikembangkan oleh tim medis kami. Dengan obat ini, pasien akan sadar dalam waktu kurang dari 30 menit.""Semoga beruntung," balas Luther dengan singkat."Buka matamu lebar-lebar dan saksikan sendiri kehebatan sains!" ujar Patrick sambil perlahan menyuntikkan obat berwarna hijau itu ke dalam tubuh Kevin.Sepuluh menit kemudian, Kevin yang tidak sadarkan diri tiba-tiba bereaksi. Dahinya mulai berkeringat dan seluruh tubuhnya perlahan menjadi hangat. Wajahnya yan
Saat ini, wajah Susan menjadi sangat masam."Aneh banget! Obat penawar yang kami kembangkan ini sudah diverifikasi banyak departemen. Seharusnya nggak mungkin gagal," kata Patrick yang menjadi sedikit gugup."Jadi, kita harus gimana sekarang?" tanya Susan sambil mengernyit."Lingkungan dan peralatan di sini terlalu bobrok. Aku nggak punya solusi yang lebih baik," ujar Patrick dengan serius.Wajah Susan menjadi teramat masam saat dia berkata, "Jadi, pada akhirnya kamu sama sekali nggak bisa membantu?" Awalnya, dia berpikir seorang penyelamat sudah datang untuk menolong suaminya. Namun, ternyata orang itu hanya dokter payah!"Tuan Patrick, gimana kalau kamu pikirkan cara lain?" desak Ken yang masih tidak mau menyerah."Nggak ada gunanya. Fasilitas medis di negara kalian terlalu buruk. Pasien mungkin cuma bisa disembuhkan di negaraku," jawab Patrick sambil menggeleng. Dia masih saja terdengar membanggakan negara asalnya."Kalau nggak mampu, bilang saja begitu. Jangan salahkan peralatan me
Kevin sudah siuman. Tidak lama setelah muntah darah hitam, dia akhirnya sadar. Tubuhnya masih sangat lemah, tetapi setidaknya nyawanya sudah terselamatkan.Setelah melihat Kevin siuman, Patrick pun mengaku kalah dan meminta maaf pada Luther dengan tulus. Dia mengakui dirinya telah tinggi hati dan meremehkan kehebatan pengobatan tradisional. Pulang nanti, dia akan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai profesor dan mulai belajar pengobatan tradisional.Luther tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Patrick memang sombong, tetapi saat menghadapi orang yang benar-benar lebih hebat, dia akan menghormati orang itu dari lubuk hati terdalamnya.Sementara itu, Juno dan keluarganya berbasa-basi sejenak setelah melihat Kevin selamat. Setelah itu, mereka langsung berpamitan. Namun, Ken sempat melempar tatapan tajam pada Luther sebelum pergi."Gimana perasaan Ayah? Apa ada yang nggak nyaman?" tanya Belinda sambil mendekati ranjang Kevin dengan membawa segelas air hangat."Cukup baik, tapi per
"Hm?" Kevin mendongak dan menoleh pada Susan.Susan memberanikan diri berkata, "Kondisimu sangat kritis, aku juga sedang panik mencari perawatan medis. Waktu kudengar kalau Luther bisa menyembuhkanmu, aku pun mengizinkan dia bertemu Bianca.""Sudahlah, kamu juga berniat baik," ujar Kevin, tidak mempermasalahkannya lebih jauh. Kemudian, dia menoleh pada Luther dan berkata dengan tenang, "Kalian boleh bertemu, tapi sebaiknya kamu nggak macam-macam. Aku akan mengutus seseorang untuk mengawasimu, mengerti?""Nggak masalah!" sahut Luther."Belinda, bawa dia menemui kakakmu," perintah Kevin."Oke!" jawab Belinda dengan riang.Bianca sudah menunggu-nunggu kesempatan ini. Sekarang, akhirnya dia akhirnya bisa bertemu dengan Luther.Saat Luther hendak keluar, dia tiba-tiba berhenti melangkah, lalu berbalik dan berkata, "Paman Kevin, guna-guna ini sangat serius. Orang yang melakukan ini padamu pasti nggak berniat baik. Paman harus lebih berhati-hati terhadap orang-orang di sekitar!""Ya, aku meng
Setelah membuat keputusan, Gema tidak ragu-ragu lagi. Dia segera meminta sopirnya untuk berbalik arah dan langsung menuju lokasi pertemuan.Tempat pertemuan berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari istana. Perjalanan kembali hanya memakan waktu sekitar 10 menit.Saat Gema dan Loki melangkah masuk ke restoran, mereka langsung menyadari bahwa tempat itu kosong. Selain beberapa pegawai penyambut tamu, tidak ada satu pun pelanggan.Jelas sekali, restoran ini telah dikosongkan."Silakan, Jenderal Loland sudah menunggu di lantai atas."Begitu memasuki ruangan, pemilik restoran sendiri yang menyambut mereka dan mengantar Gema serta Loki ke ruang privat di lantai dua.Saat ini, di dalam ruangan, Loland, Weker, serta Trisno sedang menikmati teh dengan santai.Mereka bertiga mengobrol dengan akrab dan penuh semangat. Namun, begitu Gema dan Loki memasuki ruangan, mereka segera menghentikan pembicaraan dan mengalihkan perhatian mereka kepada Gema.Ketiganya sangat penasaran, siapa sebenarnya
"Apa? Siapa itu?" tanya Trisno segera."Jangan-jangan wakil jenderal yang masuk saat siang tadi?"Loland mengerutkan alisnya. "Aku sudah menyelidiki orang itu. Nggak punya latar belakang, nggak punya dukungan, cuma orang biasa. Jadi, nggak ada yang perlu dikhawatirkan.""Bukan dia, tapi ada hubungannya dengannya." Weker tiba-tiba merendahkan suara. "Masih ingat apa yang dikatakan Pangeran Huston siang tadi? Saat memanggil wakil jenderal itu, Pangeran Huston secara khusus menyebut Keluarga Paliama.""Keluarga Paliama?" Trisno menunjukkan ekspresi terkejut. "Maksudmu Keluarga Paliama dari Midyar sudah bertemu dengan Raja?""Itu belum. Tapi menurut informasiku, seseorang bernama Gema mengobrol dengan Pangeran Huston selama 4 jam hari ini. Mereka berbincang dan tertawa seperti sahabat. Bahkan, Pangeran Huston secara khusus mengundangnya untuk makan malam di istana."Wajah Weker sedikit muram. "Semuanya, coba pikirkan baik-baik. Pada saat genting seperti ini, Keluarga Paliama mengirim seseo
Setelah berbicara sejenak di aula pertemuan, Huston mengundang Gema untuk mulai berkeliling di Kediaman Raja Atlandia. Kediaman itu sangat luas dan memiliki berbagai fasilitas, orang yang tidak mengenal tempat itu akan sangat mudah tersesat.Gema yang merasa dirinya sudah melihat banyak hal pun tetap merasa sangat terkejut saat diajak untuk melihat keadaan Kediaman Raja Atlandia yang sebenarnya. Berbeda dengan kemewahan dari rumah orang kaya baru, kediaman ini bisa dibilang mewah dan berwibawa. Setiap sudut yang terlihat memancarkan aura yang sangat kuat.Yang membuat Gema paling terkesan adalah ada aula pahlawan dengan sembilan lantai di dalam kediaman itu dan terlihat seperti sebuah pagoda kuno dari luar. Isi di dalamnya adalah makam simbolis untuk puluhan ribu para pahlawan yang gugur di medan perang dan memenuhi seluruh ruangan.Para pahlawan itu memiliki batu peringatan dengan catatan jelas kehidupan mereka agar generasi berikutnya bisa mengenangnya. Keluarga Paliama juga memiliki
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa