"Hm?" Kevin mendongak dan menoleh pada Susan.Susan memberanikan diri berkata, "Kondisimu sangat kritis, aku juga sedang panik mencari perawatan medis. Waktu kudengar kalau Luther bisa menyembuhkanmu, aku pun mengizinkan dia bertemu Bianca.""Sudahlah, kamu juga berniat baik," ujar Kevin, tidak mempermasalahkannya lebih jauh. Kemudian, dia menoleh pada Luther dan berkata dengan tenang, "Kalian boleh bertemu, tapi sebaiknya kamu nggak macam-macam. Aku akan mengutus seseorang untuk mengawasimu, mengerti?""Nggak masalah!" sahut Luther."Belinda, bawa dia menemui kakakmu," perintah Kevin."Oke!" jawab Belinda dengan riang.Bianca sudah menunggu-nunggu kesempatan ini. Sekarang, akhirnya dia akhirnya bisa bertemu dengan Luther.Saat Luther hendak keluar, dia tiba-tiba berhenti melangkah, lalu berbalik dan berkata, "Paman Kevin, guna-guna ini sangat serius. Orang yang melakukan ini padamu pasti nggak berniat baik. Paman harus lebih berhati-hati terhadap orang-orang di sekitar!""Ya, aku meng
Saat ini, di taman belakang Kediaman Caonata, seorang wanita yang sangat cantik sedang duduk di jembatan lengkung di atas kolam.Wanita itu tengah diam-diam memandangi gerakan lincah ikan koi yang berenang di dalam air. Kedua kakinya yang lembut dan putih menggantung di udara, serta berayun maju dan mundur. Jari kakinya yang bak permata itu sesekali merendam ke dalam air dan menciptakan riak gelombang.Di bawah sinar matahari, kecantikan wanita itu seolah-olah bersinar. Dia terlihat seperti peri yang sangat memukau. Meskipun taman ini dipenuhi dengan berbagai macam bunga yang mekar, semuanya menjadi tak berarti di hadapan wanita itu.Tak, tak, tak ....Wanita itu meraih sejumput makanan ikan dan melemparkannya ke dalam kolam. Dalam sekejap, ribuan ikan koi melompat-lompat dalam air dan menyemburkan semburan air di mana-mana. Pemandangan ikan koi berwarna-warni yang bersaing satu sama lain untuk makanan ini, tampak seperti sebuah lukisan alami."Aku sangat iri pada kalian yang nggak mem
Dengan kepribadian Bianca, kawin lari dengan Luther bukanlah tindakan yang mustahil dilakukan olehnya. Namun, pertemuan tahunan Keluarga Caonata akan segera berlangsung sehingga tidak boleh ada kesalahan sedikit pun."Baiklah, kamu tinggal di sini saja," ucap Bianca yang terlalu malas untuk perhitungan dengannya. Kemudian, dia mengajak Luther pergi ke gazebo yang terletak di tengah kolam.Wati hendak mengikuti mereka, tetapi Belinda sontak menghentikannya dengan berkata, "Bibi Wati, ayahku hanya memerintahkanmu untuk mengawasi, bukan untuk mengintip setiap pergerakan mereka. Mereka ingin membicarakan sesuatu secara pribadi, jadi untuk apa kamu mendekat?"Wati merenung sejenak, lalu akhirnya menghentikan langkahnya. Lagi pula, Bianca dan Luther masih dalam jangkauan pandangnya. Dia bisa melihat setiap gerak-gerik mereka dengan jelas.Di dalam gazebo, Bianca bertanya terlebih dahulu sambil menuangkan dua cangkir teh, "Sayang, bagaimana kamu bisa masuk ke sini? Dengan kepribadian ayahku,
Setelah bertemu dengan Bianca, Luther tidak langsung pergi. Sebaliknya, dia tinggal di Kediaman Caonata dengan alasan ingin merawat Kevin. Tentunya, untuk mencegah Luther dan Bianca kawin lari, Wati selalu mengawasi mereka dengan ketat.Setiap kali mereka melakukan sesuatu yang terlalu intim, Wati akan segera menghentikannya. Terutama setelah matahari terbenam, mereka sama sekali tidak diizinkan untuk bertemu. Luther juga tidak berdaya dalam situasi ini. Malam ini pun berlalu dengan tenang.Keesokan paginya, pertemuan tahunan Keluarga Caonata resmi dimulai. Baik keturunan langsung maupun anggota keluarga lainnya mulai berdatangan satu per satu. Sejumlah mobil mewah senilai miliaran terparkir begitu saja di lapangan. Sebagai salah satu dari Lima Keluarga Bangsawan, keluarga Caonata memang sangat besar dan berpengaruh.Di antara mereka yang hadir, jumlah orang-orang yang bermarga Caonata mungkin lebih dari 100 orang. Nyatanya, selain keturunan Keluarga Caonata, beberapa anggota inti peru
"Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini?" tanya Bianca. Melihat orang-orang yang tumbang satu per satu, dia tampak mengernyit dengan ekspresi penuh dengan ketegangan. Jika hanya satu atau dua orang yang terkena racun, masalah ini masih bisa diatasi. Namun, kini ratusan orang telah terkena racun secara bersamaan. Konsekuensinya benar-benar sangat serius! Orang yang meracuni jelas ingin membantai semua anggota Keluarga Caonata!"Ayah! Ibu! Paman Juno! Paman Billy!" seru Belinda. Melihat keluarganya tumbang satu per satu, dia yang panik segera berlari mendekati mereka. Namun, sebelum mendekati mereka, Belinda tiba-tiba muntah darah dan jatuh ke lantai."Belinda!" seru Bianca yang ekspresinya sudah berubah drastis. Akan tetapi, sebelum menghampiri Belinda, dia dihentikan oleh Luther. Kekasihnya itu berkata, "Jangan mendekat! Racunnya bukan dalam anggur, tapi di udara!""Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita harus menemukan cara untuk menyelamatkan mereka, 'kan?" tanya Bianca yang sa
Setelah berjuang selama setengah jam, lebih dari 100 orang akhirnya berhasil minum penawar. Meskipun masih lemah dan pucat, setidaknya nyawa mereka telah diselamatkan. Setelah selesai mengurusnya, Bianca sangat lelah hingga berbaring di lantai. Luther juga merasa lega. Untungnya, dia membawa berbagai jenis obat-obatan. Jika tidak, dengan adanya begitu banyak orang yang keracunan, Luther tidak akan mampu merawat semuanya."Luther, untung ada kamu di sini. Kalau nggak, riwayat Keluarga Caonata benar-benar tamat," ucap Kevin sambil berdiri perlahan. Dia menunjukkan ekspresi yang sangat berterima kasih. Hanya sedikit lagi, Keluarga Caonata sudah runtuh."Paman Kevin, kamu nggak perlu sungkan. Ini sudah sepantasnya kulakukan," jawab Luther sambil melambaikan tangan. Saat itu, Ken tiba-tiba berkata, "Paman Kevin, apa kamu nggak merasa ada yang aneh? Kenapa orang ini bisa punya penawar dari racun kita?""Apa maksudmu?" tanya Kevin seraya mengernyit. "Paman, orang-orang yang hadir di pertemua
Melihat wajah-wajah yang memusuhinya di sekelilingnya, Luther tanpa sadar tersenyum sinis. Dia jelas-jelas sudah membantu mereka, tetapi malah terjadi salah paham. Jika tahu akan begini sejak awal, dia seharusnya tidak ikut campur menyelamatkan mereka. Sekarang bukan hanya tidak mendapat pujian, malah mendapat masalah besar. Benar-benar sial!"Luther, kenapa kamu diam saja? Apa kamu merasa bersalah jadi nggak berani berbicara?"Ken tetap mendesak Luther, seolah-olah ingin mengungkapkan segalanya hingga tuntas.Luther tersenyum sinis. "Kamu sudah mengatakan semuanya, apa lagi yang bisa kukatakan? Aku menyelamatkan nyawa kalian, tapi kalian malah bersikeras menuduhku meracuni kalian. Aku nggak pernah bertemu dengan orang yang begitu nggak tahu berterima kasih seperti kalian."Tatapan Ken memancarkan aura yang dingin. "Huh! Masih berani membantah? Kalau bukan kamu yang meracuni kami, coba jelaskan kenapa kamu bisa memiliki penawar racun itu?""Benar sekali! Kenapa kamu bisa memiliki penaw
"Kalau ada yang harus berkorban, kamu yang berkorban. Hari ini, tidak ada yang boleh menyakiti Luther!" kata Bianca sama sekali tidak memberi kesempatan.Bagi Bianca, prianya lebih penting daripada apa pun. Jangankan hanya difitnah, meskipun Luther benar-benar bersalah, dia juga akan melindunginya.Billy langsung menjadi marah dan berteriak, "Lancang! Ini adalah urusan keluarga besar, sejak kapan seorang junior boleh membuat keributan di sini? Panggil orang untuk membawa Nona Besar kembali ke kamarnya!""Baik!"Wati dan yang lainnya tidak berani ragu dan mencoba menarik Bianca keluar dari ruang pesta. Melihat kejadian ini, Luther mengernyitkan alisnya dan beberapa kali ingin bertindak, tetapi pada akhirnya menahan dirinya. Tindakan Keluarga Caonata telah membuatnya merasa marah.Ken melangkah maju dan tertawan dengan nada pelan. "Luther, sekarang tidak ada yang bisa membantumu lagi. Aku sebelumnya sudah menyuruhmu untuk segera pergi, tapi kamu tidak mau dengar. Bagaimana sekarang? Meny
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un