"Roselia, ambilkan Pil Sembilan Bunga kemari." Greta memberi isyarat mata kepada Roselia."Kak, kalau kamu kasih Pil Sembilan Bunga ke Dokter Luther, gimana dengan nasibmu kelak?" tanya Roselia. Dia tahu betapa berharganya Pil Sembilan Bunga. Itu adalah harta karun untuk menerobos tingkat master. Pesilat biasa tidak akan bisa memperolehnya. Greta malah ingin memberikan secara cuma-cuma."Aku juga nggak butuh pil itu. Berikan kepada Dokter Luther saja." Greta tersenyum. Makin besar potensi seseorang, khasiat pil akan makin besar. Dengan bakat Luther, dia pasti bisa mencapai hasil tertinggi."Jangan bengong saja. Cepat pergi ambil," desak Greta. Meskipun merasa enggan, Roselia tidak bisa membantah karena itu bukan barang miliknya. Dia terpaksa mengangguk dan mengiakan.Sesaat kemudian, Roselia kembali dengan membawa sebuah kotak kayu cendana yang indah. Dia bertanya lagi, "Kamu yakin mau dikasih ke orang, Kak?""Sudah, jangan bertele-tele. Sebagus apa pun harta karun ini, masih nggak bis
Selain kompetisi, bisnis judi Charlotte juga sangat ramai. Demi menerima lebih banyak orang, dia sampai membangun dua tempat judi terbuka. Yang satu tempat judi biasa, yang satu lagi tempat judi VIP.Tempat judi biasa menerima uang, sedangkan tempat judi VIP menerima harta karun. Dengan demikian, Charlotte bisa memenuhi keinginan pelanggan yang berbeda.Semua penonton menjadi target Charlotte. Metode yang digunakan masih sama seperti sebelumnya. Para pejudi akan mendapat keuntungan dulu, lalu baru dibuat buntung oleh Charlotte. Cara ini tidak pernah salah.Beberapa hari ini, Charlotte mendapat hasil berlimpah. Faktanya, dia adalah pemenang terbesar. Meskipun beberapa orang cerdas tahu trik Charlotte, mereka tidak berani membongkar karena identitasnya. Lagi pula, beberapa orang tetap akan berjudi setelah tahu.Ini karena para pejudi selalu menaruh harapan untuk menang. Ketika melihat seseorang mendapat keuntungan, mereka juga akan mencoba peruntungan mereka. Meskipun tahu yang untung ha
Bagi Greta yang selalu berdiam di rumah, dia tentu pernah mendengar tentang tempat judi, tetapi tidak pernah pergi. Mumpung melihatnya hari ini, dia pun ingin mencobanya."Dasar anak ini, masih ceroboh seperti biasa." Adam menggeleng dengan pasrah dan hanya bisa mengikuti. Setelah insiden yang disebabkan oleh Alvan, sekarang Adam menjadi pengawal pribadi Greta dan Roselia. Dia harus menjamin keselamatan mereka."Ayo, ayo! Siapa yang mau bertaruh! Pilih jagoan kalian! Kalian akan menang sesuai jumlah taruhan! Ini bukan penipuan! Reputasi kami boleh diadu!" seru Charlotte yang terus menarik pelanggan.Charlotte sedang berjaga di area VIP yang khusus mengumpulkan harta karun. Masih sama seperti sebelumnya, cip taruhan adalah Batu Spiritual.Pertama-tama memperkirakan harga harta karun pelanggan, lalu ditukarkan dengan Batu Spiritual sebagai cip taruhan. Jika menang, pelanggan dapat menebus harta karun mereka kembali."Paman, kamu bawa teman kemari? Ayo duduk." Ketika Luther dan lainnya me
"Tenang saja. Kalaupun kandidat nomor 12 kalah, kami nggak bakal menyalahkanmu," jelas Greta tersenyum."Ya. Kita cuma bersenang-senang kok. Kalah menang nggak penting," ujar Roselia."Baguslah kalau begitu." Luther mengangguk.Tidak masalah jika tidak kecanduan judi. Namun, begitu kecanduan, seseorang akan kehilangan akal sehat. Bukannya untung, malah buntung."Kak Adam, kamu nggak mau ikut main?" tanya Greta yang tiba-tiba menatap Adam di samping."Nggak usah, kalian main saja. Aku nggak tertarik." Adam menggeleng sambil tersenyum. Dia hanya tertarik pada kultivasi dan bertarung."Gimana denganmu, Dokter?" Greta mengalihkan pandangannya kepada Luther."Aku nonton saja," tolak Luther dengan lembut. Dia tahu bagaimana Charlotte mengendalikan hasil permainan. Sebagian besar pejudi di sini akhirnya akan kalah."Ayo, ayo! Pertandingan sudah mau mulai! Cepat tentukan jagoan kalian!" seru Charlotte mengajak lebih banyak orang bertaruh.Ketika wasit di arena meneriakkan kata mulai, taruhan a
Serangan pria kekar itu benar-benar dahsyat. Kekuatan yang terkandung pada kedua kapaknya setidaknya sebesar puluhan ribu kilogram.Ketika melihat situasi ini, Elio memfokuskan pandangannya. Dia tidak mundur, melainkan maju. Rambutnya hampir mengenai kapak pria kekar itu. Begitu serangan pria kekar itu melesat, Elio langsung menggerakkan pedangnya.Sret! Terdengar suara yang agak nyaring. Elio memanfaatkan inersia untuk menggores pinggang pria kekar itu, lalu melewatinya. Goresan itu merobek pakaian pria kekar itu, memperlihatkan zirah di dalamnya. Di atas zirah itu, muncul bekas goresan yang tipis."Hm?" Elio mengangkat alis dan cukup terkejut. Serangannya rumit, cepat, dan akurat. Dia mengira lawan akan kehilangan kemampuan untuk bertarung, tetapi ternyata zirah di dalam menghalangi serangannya."Bocah, harus kuakui kamu hebat juga." Pria kekar itu menunduk menatap pakaiannya yang robek. Dengan ekspresi serius, dia meneruskan, "Kalau aku nggak buat persiapan, mungkin aku sudah kalah.
"Aneh. Nomor 12 jelas-jelas lebih kuat dari nomor 34. Kenapa dia nggak bisa menang?" Roselia tak kuasa bertanya melihat pertarungan sengit di arena."Tentu saja karena takut." Greta memicingkan mata sambil menjelaskan, "Coba kamu perhatikan gaya bertarung nomor 34 yang ganas. Basis kultivasi nomor 12 memang lebih hebat, tapi dia nggak punya cara untuk menang karena musuhnya terlalu tak kenal takut. Orang yang lebih berani yang berada di posisi unggul."Ketika pertarungan arena berubah menjadi pertarungan hidup dan mati, maknanya jelas berbeda. Dalam pertarungan arena, kalaupun kalah, seseorang tidak akan menderita kerugian besar. Di situasi seperti ini, pesilat biasa jarang mempertaruhkan nyawanya untuk meraih kemenangan.Namun, pertarungan hidup dan mati jelas berbeda. Yang menang akan hidup, yang kalah akan mati. Itu sebabnya, kedua belah pihak akan mengerahkan segenap kekuatan untuk meraih kemenangan.Nomor 34 memiliki kesadaran dalam pertarungan hidup dan mati, sedangkan nomor 12 t
Pria kekar itu mengakui kekalahannya dengan sangat lugas. Setelah dia melompat turun dari arena, Elio yang masih murka pun tidak sempat bereaksi. Dia masih mengangkat pedangnya dan hendak menyerang pria kekar itu."Hei! Ngapain kamu? Aku sudah ngaku kalah! Kamu masih mau apa?" Pria kekar itu menghindar dengan ketakutan.Tidak ada yang menyangka Elio akan menjadi begitu gila setelah murka. Jelas sekali, dia siap untuk mati bersama musuhnya. Jika tahu hasilnya seperti ini, pria kekar itu tidak akan memprovokasinya.Ucapan pria kekar itu tidak membuat Elio menghentikan serangannya. Pedang di tangan Elio makin dekat dengan leher pria kekar itu.Ketika melihat nyawa pria kekar itu dalam bahaya, wasit akhirnya turun tangan. Dengan kedua jarinya, wasit mengapit pedang Elio dengan santai. Dia berkata, "Kandidat nomor 34 sudah mengaku kalah. Pertarungan telah berakhir. Silakan berhenti."Suara yang lantang ini seketika menyadarkan Elio yang tidak bisa berpikir jernih karena amarahnya. Garis mer
"Situasi macam apa ini? Bukannya dia pertapa? Kenapa ikut kompetisi?""Bukannya kata orang pertapa nggak peduli pada ketenaran dan kekuasaan? Kenapa tiba-tiba orang seperti ini muncul di arena? Aneh sekali.""Sebentar! Sepertinya aku kenal orang ini. Dia adalah pelanggar sila, Master Oswyn!""Apa? Master Oswyn? Dia yang membantai seluruh keluarga delapan tahun lalu karena marah itu?"Begitu mendengar nama Oswyn, semua orang heboh. Tidak banyak pertapa di dunia ini. Sementara itu, Oswyn adalah pertapa yang tidak menaati sila.Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Oswyn. Delapan tahun lalu, Oswyn tiba-tiba membunuh keluarga Ketua Sekte Apatis yang beranggotakan 17 orang.Sejak saat itu, Oswyn melanggar semua sila. Dia minum-minum, bermain wanita, dan tamak. Selain itu, dia juga pemarah. Setiap kali merasa tidak puas, dia akan langsung membunuh. Semua hal ini membuat reputasinya menjadi sangat buruk.Namun, karena Oswyn memiliki latar belakang seorang pertapa dan memiliki kekuatan yan