Sore hari, di dapur belakang hotel. Luther berdiri di depan tungku, menggunakan energi sejatinya untuk mengontrol suhu api dengan hati-hati.Misandari mengumpulkan bahan obat dengan sangat cepat. Hanya dalam sejam, semuanya sudah terkumpul, bahkan menyuruh orang mengantar tungku berkualitas tinggi.Luther menggunakan teknik kuno meracik pil untuk mematahkan sihir di tubuh Greta. Ilmu sihir dan serangga guna-guna hampir sama, tetapi lebih misterius dan sulit diprediksi.Untung saja, Luther punya pencapaian besar di bidang ini. Ditambah lagi dia gemar membaca, jadi menguasai banyak teknik rahasia. Tidak sulit baginya untuk meracik penawar racun.Ketika Luther sedang fokus meracik obat, Misandari tiba-tiba menghampiri. "Luther, ini gawat. Aku baru dapat kabar. Katanya kondisi Greta memburuk. Sekarang dia makin lemah. Kita harus ke sana!""Memburuk? Kok bisa?" Luther mengernyit. "Bukannya Teknik Akupunktur Revolusi telah menahan sihir di tubuhnya? Kalau jarumnya nggak dicabut, dia bisa ber
Saat ini, di vila. Greta masih tidak sadarkan diri. Napasnya makin lemah. Alvan dan Roselia panik sampai tidak bisa duduk. Adapun Shaka, dia terus bercucuran keringat saking gugupnya.Shaka terus menggunakan Teknik Akupunktur Surgawi untuk memperpanjang umur Greta. Namun, hasilnya tidak terlalu signifikan.Teknik Akupunktur Surgawi hanya bisa mengulur waktu kematian Greta. Kondisinya sama sekali tidak membaik. Jika Greta benar-benar meninggal, riwayat Shaka akan tamat!"Gimana kondisi Greta sekarang?" tanya Alvan dengan tidak sabar saat melihat Shaka basah kuyup karena berkeringat."Aku sedang berusaha ...." Shaka menyeka keringatnya. Karena terlalu gugup, dia menjadi agak kikuk. Jika pasien biasa, dia tidak perlu secemas ini. Namun, Roselia telah menyatakan dengan jelas bahwa dirinya akan mati jika gagal menyelamatkan Greta.Tidak mungkin Shaka tidak takut setelah diancam begitu, 'kan? Namun, sekarang dia tidak punya cara apa pun. Dia hanya bisa berusaha memperpanjang waktu Greta."Bi
Setelah Alvan mundur, Luther baru maju dan memulai pengobatan untuk Greta. Lantaran Shaka tidak tahu penyebab penyakit dan mendiagnosis secara sembarangan, sihir pun menyebar ke seluruh tubuh Greta.Pil yang diracik Luther saja tidak cukup untuk mengatasinya. Luther harus menggunakan akupunktur untuk memancing sihir. Sihir memiliki spiritualitas dan tahu menghindari bahaya. Jadi, tidak mudah untuk memancingnya dengan akupunktur. Cara terbaik adalah menggunakan tubuh sebagai umpan.Luther harus menggunakan tubuhnya sebagai umpan. Dia akan menyerap sihir di tubuh Greta. Prosesnya sangat bahaya, tetapi tidak ada pilihan lain untuk sekarang. Kalau ingin menolong Greta, mereka hanya bisa mencobanya."Sasha, aku akan menusuk titik akupunkturku nanti. Ini bisa memaksa sihir di tubuh Greta pindah ke tubuhku. Aku akan menyerap sebagian besar sihirnya. Nggak boleh ada kesalahan sedikit pun. Kamu harus melindungiku. Jangan ada yang mengganggu konsentrasiku," pesan Luther menoleh menatap Misandari
Ketika Alvan dan Shaka bergosip, Roselia mondar-mandir dengan cemas. Dia berkali-kali ingin bertanya, tetapi berusaha menahan diri.Meskipun merasa cemas, Roselia takut mengganggu konsentrasi Luther. Ini akan berdampak buruk pada pengobatan kakaknya. Adapun Misandari, dia terus berjaga di samping demi melindungi Luther dari gangguan apa pun.Seiring berjalannya waktu, ekspresi Greta terlihat makin kesakitan. Keringatnya makin deras. Kabut hitam menyelimutinya beserta Luther.Entah berapa lama kemudian, Luther sontak membuka mata dan menarik napas dalam-dalam. Saat berikutnya, segumpal energi sejati terbentuk di udara. Seluruh kabut hitam itu pun masuk ke tubuh Luther.Wajah Luther menjadi makin pucat. Alisnya berkerut. Luther menyerap sebagian besar sihir di tubuh Greta secara paksa. Sekalipun fisik Luther kuat, dia tetap kesulitan untuk menerimanya.Luther menepuk punggung Greta dengan kedua tangan. Seketika, kepala Greta terangkat, lalu dia menyemburkan darah berwarna hitam sebelum t
Seiring pertarungan sihir di dalam tubuh Greta yang makin sengit, darah yang mengalir keluar pun makin banyak.Luther duduk dengan tenang di ranjang. Kedua telapak tangannya terus menekan punggung Greta untuk menyalurkan energi sejati. Meridian Greta terus dirusaki dan Luther terus memperbaikinya. Proses ini telah berlangsung selama 30 menit.Tiga puluh menit kemudian, kedua sihir di tubuh Greta punah. Ekspresi Greta menjadi lebih tenang. Dia tidak lagi terlihat kesakitan dan darah berhenti mengalir dari hidungnya.Meskipun wajah Greta masih pucat, denyut nadi dan napasnya telah stabil. Jelas, dia telah melewati masa kritisnya. Luther pun perlahan-lahan menurunkan tangan dan menghentikan pengobatan."Sihir di tubuhnya telah dimusnahkan. Dia sudah aman. Untuk sementara ini, dia harus istirahat baik-baik dan jangan berkultivasi," pesan Luther yang tampak berkeringat dan pucat. Energinya terkuras banyak."Kakakku ... benaran sudah aman?" tanya Roselia dengan cemas."Kamu periksa saja send
"Biar kuperjelas dulu. Pertama, aku nggak butuh pengakuan atau imbalan darimu. Kedua, kamu nggak berhak mengaturku saat aku mengobati pasien. Kalau kamu nggak puas, kamu boleh coba sendiri. Aku ingin lihat, sehebat apa murid Organisasi Mondial."Nada bicara Luther terdengar datar. Usai berbicara, tebersit kilatan dingin di matanya. Dia bukanlah orang yang perhitungan. Namun, Alvan terus mencari masalah dengannya, jadi dia tidak tahan lagi. Sekalipun energi sejatinya terkuras habis, Luther tetap bisa memberinya pelajaran."Kenapa? Kamu marah karena ketahuan bohong ya? Aku tahu kamu cuma penipu! Bocah, beraninya kamu menipu Organisasi Mondial. Sepertinya kamu harus diberi pelajaran supaya kapok!" Ekspresi Alvan tampak galak. Saat berikutnya, dia langsung menjulurkan tangan untuk mencengkeram leher Luther."Berhenti!" Roselia hendak menghentikan, tetapi sudah terlambat. Kemampuan Alvan di atasnya, apalagi Alvan melancarkan serangan secara mendadak. Dia tidak sempat bereaksi."Dasar nggak
Ucapan Luther membuat Roselia dilema. Meskipun percaya pada kemampuan medis Luther, dia tetap mencemaskan kesehatan kakaknya. Bagaimana kalau kakaknya tidak bisa siuman?"Roselia, aku yang mengundang Dokter Luther kemari. Aku bisa jadi penjaminnya. Kakakmu butuh istirahat. Kalau dipaksa bangun, tubuhnya bisa rusak," nasihat Misandari dengan sungguh-sungguh."Huh! Kalian berkomplot, makanya bisa bicara begitu! Roselia, jangan percaya omongan mereka. Selama kakakmu belum siuman, berarti kondisinya belum aman!" tutur Alvan."Benar. Kondisi pasien belum stabil. Meskipun semuanya terlihat aman, tetap ada kemungkinan memburuk. Ini bukan masalah sepele. Aku rasa kita lebih baik berhati-hati," ujar Shaka.Sebagai dokter terkenal di dunia persilatan, Shaka merasa kesal karena kalah dari seorang pemuda. Asalkan ada kesempatan untuk menginjak-injaknya, Shaka tidak akan melewatkannya."Dokter Luther, apa ... kamu bisa membuat kakakku siuman lebih cepat?" tanya Roselia setelah ragu sesaat. Sikap Al
Ekspresi Alvan terlihat sangat aneh. Dia memang terkejut melihat Greta siuman, tetapi dia lebih merasa malu. Terutama ketika melihat Luther dan Misandari yang menatapnya seperti menatap idiot.Karena Greta sudah siuman, keributan yang dibuat Alvan terlihat seperti lelucon besar. Ini pertama kalinya dia dipermalukan seperti ini. Seketika, kebenciannya terhadap Luther dan Misandari pun mencapai puncaknya."Kak, gimana? Apa ada yang sakit?" tanya Roselia dengan penuh perhatian sambil menuju ke ranjang."Kepalaku agak sakit ...." Greta mengernyit sambil memijat pelipis. Kemudian, dia bertanya, "Roselia, kenapa aku di sini? Apa yang terjadi?"Greta merasa sangat pusing sekarang. Pikirannya hampa. Dia benar-benar bingung dengan keadaan sekarang."Kak, kamu terkena sihir. Kondisimu sangat parah. Untungnya, ada Dokter Luther yang menolongmu. Kalau nggak, kamu mungkin sudah mati." Roselia tidak menyembunyikan apa pun dan menceritakan semuanya secara singkat.Setelah mendengarnya, Greta menatap
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu
Nolan berkata dengan ambigu, "Kak Naim, kata-katamu ini salah. Keluarga Luandi memang mendukungku, tapi aku masih kurang banyak hal untuk bisa naik takhta. Selain itu, Nivan juga punya banyak pendukung yang kuat, jadi aku nggak mudah untuk mengalahkannya. Kalau Kak Naim membantuku, aku setidaknya punya 80% peluang untuk menang."Menurut Nolan, Naim jauh lebih berharga daripada Keluarga Paliama yang merupakan keluarga kerajaan. Jika dia bisa meyakinkan Naim untuk membantunya, peluangnya yang tadinya hanya 60% pun bisa langsung meningkat sampai 80% peluangnya. Masalahnya sekarang adalah apakah Naim bisa menahan ambisinya sendiri dan mempertaruhkan segalanya untuk mendukungnya."Nolan, kamu juga tahu aku ini orangnya nggak ambisius dan nggak tertarik dengan kekayaan. Aku nggak akan terlibat dengan perebutan takhta ini, jadi aku harap kamu bisa mengerti," kata Naim.Setelah mempertimbangkannya sejenak, Naim akhirnya memilih untuk menolak. Dia tahu peluangnya untuk menang sangat kecil, teta
Ketiga pangeran itu bukan orang bodoh, mereka tentu saja mengerti maksud tersembunyi dari perkataan Ezra. Kali ini, mereka memang beralasan datang untuk memberikan penghormatan terakhir, tetapi mereka juga berniat untuk merekrut Keluarga Paliama. Jika berhasil, hal ini tentu akan sangat baik. Namun, jika tidak, mereka setidaknya bisa menambah kesan baik.Namun, bagi ketiga pangeran itu, yang paling penting adalah Keluarga Paliama belum memihak siapa pun dan tidak menjadi musuh mereka. Sebelum semua itu terjadi, mereka masih memiliki ruang untuk berunding. Oleh karena itu, mereka merasa tidak perlu terburu-buru."Adipati Ezra terlalu merendah. Kami hanya datang karena menghargai kesetiaan dan keberanian Jenderal Gema, jadi datang untuk memberi penghormatan terakhir. Kami nggak punya maksud lain," kata Naim yang pertama kali membuka mulut."Benar, Adipati Ezra. Keluarga Paliama masih sangat sibuk dan kamu juga sudah berumur, sebaiknya jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak bekerja. Kam
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
"Hormat pada Pangeran Naim!"Melihat tamu terhormat datang, Gusdur pun tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi. Dia segera memimpin seluruh anggota Keluarga Paliama untuk maju dan membungkuk untuk memberi hormat pada Naim.Namun, Gusdur dan yang lainnya baru saja membungkuk sampai setengah, Naim sudah mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Orang yang wafat paling penting, nggak perlu terlalu formal."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke foto mendiang yang terpasang di altar dan menghela napas. "Jenderal Gema bisa meninggal di usia muda sungguh merupakan kerugian besar bagi Negara Drago. Relakanlah yang sudah tiada, yang hidup harus tetap kuat. Aku turut berdukacita."Gusdur memberi hormat dengan mata yang berkaca-kaca dan berkata, "Terima kasih atas perhatian Pangeran Naim. Adikku bisa mengalami musibah ini, seluruh anggota Keluarga Paliama sangat sedih."Naim menganggukkan kepala dan melihat sekeliling sekilas, lalu bertanya dengan perhatian, "Aku dengar Adipa
Kekacauan di Atlandia akhirnya mereda setelah Loland ditangkap. Para pejabat yang selama ini punya hubungan dekat dengannya pun langsung diperiksa satu per satu.Dalam pembersihan besar-besaran ini, lebih dari 300 pejabat Atlandia dicopot dari jabatannya. Sebagian besar ditahan dan sebagian kecil yang dosanya terlalu berat langsung dieksekusi.Setelah Huston menunjukkan kemampuannya, situasi di kalangan birokrasi Atlandia berubah drastis. Segala praktik kolusi, korupsi, dan permainan di balik layar seolah-olah tersapu bersih oleh badai besar.Rakyat mulai merasakan perbedaan nyata. Mengurus urusan di kantor pemerintahan kini jauh lebih mudah, tidak lagi dihambat atau diminta sogokan. Urusan-urusan rakyat yang sempat terbengkalai kini mulai dibereskan secara tertib oleh para pejabat baru. Berbagai bidang mengalami perbaikan signifikan.Anehnya, alih-alih ketakutan, rakyat justru menyambut gebrakan ini dengan tepuk tangan dan rasa syukur. Para "hama" yang sudah terlalu lama menggerogoti