"Kamu berhasil menahannya?" Brian dan lainnya mengernyit. Ekspresi mereka menjadi sangat serius.Mereka awalnya meremehkan Luther, merasa Luther tidak pantas berteman dengan Ozias. Namun, dilihat dari situasi sekarang, sepertinya Luther bukan orang biasa.Orang lain mungkin tidak tahu, tetapi mereka tahu betul kehebatan Ever. Pesilat tingkat sejati biasa tidak akan bisa mendekatinya. Sementara itu, tindakan Luther barusan sungguh di luar nalar. Bisa dilihat, kemampuan Luther jauh di atas kemampuan Ever."Minggir!" Karena tidak bisa melepaskan diri, Ever pun murka. Dia mengeluarkan sebuah kapak dari punggungnya lagi, lalu menebaskannya ke kepala Luther. Tebasan kali ini sangat cepat dan kuat. Kekuatannya sudah cukup untuk membelah tubuh manusia menjadi 2 bagian."Dasar nggak tahu diri!" Ekspresi Luther tampak dingin. Dia menjentikkan jarinya, lalu gelas anggur sontak memelesat dan mengenai wajah Ever secara akurat."Ah!" Ever berteriak kesakitan. Dia terhempas sejauh 3 atau 4 meter, men
"Hei! Kamu sudah bisu ya? Kamu mau ditampar lagi?" bentak Ozias yang berpura-pura ingin menampar Ever lagi.Namun, Brian segera menahan dan memohon, "Kak, tolong bicara baik-baik. Jangan pukul Ever lagi. Dia sudah terluka parah. Wajahnya berlumuran darah.""Kenapa memangnya? Dia sendiri yang mencari masalah kok." Ozias mendorong Brian sambil menghardik, "Kalau kamu nggak minta maaf, akan kupatahkan kakimu hari ini.""Sudah, sudah cukup. Kita masih harus makan," ujar Luther untuk menghentikan kekacauan ini. Dia tahu semua ini hanya sandiwara, tetapi Ozias termasuk menjaga harga dirinya. Itu sebabnya, Luther tidak ingin bersikap perhitungan."Kamu memang murah hati. Aku benar-benar salut padamu." Ozias menangkupkan tangannya, lalu menatap Brian dan lainnya sambil berujar dengan tidak acuh, "Pergi sana. Jangan mengganggu kami makan.""Kak, kami diutus kemari untuk ...." Brian tampak ragu-ragu.Ozias menyela dengan ekspresi dingin, "Aku tahu apa yang harus kulakukan. Kamu nggak perlu mengi
"Sepertinya kompetisi ini akan sangat seru." Luther mengangguk dan tampak merenung.Tugas utama Luther kali ini adalah mencari energi naga. Selain itu, dia ingin melihat kehebatan harta karun penguasa Gunung Narima. Asalkan tidak mengganggu tugasnya, Luther berniat mengikuti kompetisi ini untuk mengetahui kehebatan para ahli bela diri itu."Wajar saja. Nama Riley sudah cukup untuk menarik seluruh ahli bela diri di dunia datang ke Gunung Narima." Ozias menghela napas.Sebagai tokoh legendaris yang diakui sebagai ahli bela diri terhebat di seluruh dunia, Riley memiliki pengaruh besar. Keberadaan seperti ini bisa menggemparkan seluruh dunia."Selain 3 orang yang kamu sebutkan, apa masih ada yang harus diperhatikan?" tanya Luther tiba-tiba."Tentu saja ada." Ozias mengangguk dan meneruskan. "Sebenarnya semua orang di Peringkat Genius ingin memenangkan kompetisi kali ini. Hanya saja, aku nggak bisa memastikan siapa saja yang bakal datang dan tidak. Lagi pula, masih ada 3 hari sebelum kompet
"Oh ya?" Luther berkata dengan nada misterius, "Aku nggak nyangka kamu tahu begitu banyak. Bahkan, sepertinya kamu sama misteriusnya dengan Harit."Ozias tahu begitu banyak rahasia tentang Gunung Narima. Bisa dilihat, orang ini punya kemampuan yang tidak biasa."Pujianmu berlebihan. Aku cuma suka mendengar gosip. Aku nggak bisa dibandingkan dengan para ahli bela diri itu. Kalau kamu berniat ikut serta, aku pasti akan membantumu supaya bisa menang," sahut Ozias."Kamu terlalu menilai tinggi kemampuanku. Aku ikut serta cuma untuk menambah wawasan. Aku nggak pernah berpikiran untuk menang. Lagi pula, mana mungkin kemampuanku bisa dibandingkan dengan para ahli bela diri Peringkat Genius?" balas Luther dengan tidak acuh."Jangan bersikap rendah hati. Aku sangat pintar menilai orang." Ozias tersenyum tipis dan berucap, "Kamu tampak berkarisma dan berwibawa. Meskipun dari jauh, aku bisa merasakan kehebatanmu. Aku nggak tahu identitasmu, tapi aku tahu kamu bukan orang biasa.""Aku nggak nyangk
Meskipun Ozias seorang pria, parasnya jauh lebih cantik dan menggoda daripada wanita. Ke mana pun dia pergi, tatapan orang-orang akan tertuju padanya. Contoh saja sekarang, Ozias pasti akan digoda oleh para pria kekar ini.Adapun Luther, dia berpura-pura tidak melihatnya dan hanya menikmati minumannya dengan santai."Cantik, ngapain kamu minum-minum dengannya? Gimana kalau temani kami saja? Kujamin kamu akan senang sampai lupa diri," ujar pria berjanggut itu sambil mengangkat dagu Ozias dan tersenyum cabul."Sebaiknya singkirkan tangan kotormu. Kalau nggak, jangan salahkan aku bertindak kasar," ancam Ozias sambil mengernyit. Dia sudah sering digoda oleh para pria dan wanita. Namun, tidak ada yang pernah menyentuhnya seperti ini."Astaga, masa begitu saja marah?" Pria berjanggut itu menggosok dagu Ozias sambil meneruskan, "Harus kuakui, kamu terlihat makin menggoda kalau lagi marah. Memang cantik."Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang sontak tergelak. Luther pun menyunggingkan bib
"Cari mati!" Ketika melihat Elio hendak menyerangnya, 2 pria kekar yang berdiri di belakang pria berjanggut pun maju untuk melawan. Senjata yang mereka gunakan adalah golok.Golok itu bahkan berbau amis dan mengandung energi negatif yang sulit untuk dilihat dengan mata telanjang. Ini adalah efek dari pisau yang dilumuri darah sepanjang tahun. Sayangnya, kedua pria itu baru mencoba teknik semacam itu sehingga hasilnya belum maksimal.Klang! Klang! Klang! Elio melancarkan serangan terlebih dahulu. Dia melawan 2 orang sendirian. Pertarungan sengit segera terjadi.Serangan kedua pria kekar itu sangat ganas dan kuat, tetapi kurang gesit sehingga terlihat agak kaku. Sementara itu, Elio jelas dibimbing oleh seorang guru hebat. Dia memiliki pengalaman tempur yang tidak biasa.Baik itu kecepatan, kekuatan, ataupun teknik Elio, semuanya berada di level tinggi. Sebelum Elio sempat mengerahkan 10 serangan, kedua pria kekar itu sudah dijatuhkan olehnya. Bahkan, kaki lawannya itu tampak berdarah kar
"Ah!" Elio menggertakkan giginya sambil berteriak kesakitan. Kedua tangannya menggenggam pedang dengan erat, berusaha keras menyingkirkan golok pria berjanggut itu.Sayangnya, tidak peduli bagaimana dia berusaha, golok yang menekan pedangnya itu tetap tidak bergerak sedikit pun. Sebaliknya, kekuatan pada golok itu justru makin dahsyat hingga satu per satu retakan muncul di lantai."Huh! Cuma begini kemampuanmu? Kamu masih berani menantang Geng Pembantai? Benar-benar nggak tahu diri!" cela pria berjanggut sambil terkekeh-kekeh."Kakak memang keren!""Kakak hebat!"Para anak buah itu berseru dengan takjub. Geng Pembantai termasuk terkenal di utara. Pria lemah seperti Elio tidak pantas menantang mereka!"Bocah, kamu ingin menolong wanita cantik? Ini akan menjadi kesalahan terbesar dalam hidupmu. Hari ini, aku akan memberimu pelajaran besar!" Pria berjanggut tampak menyeringai. Kemudian, goloknya berputar dan hendak menggores pergelangan tangan Elio.Klang! Tepat ketika pria berjanggut itu
Setiap serangan wanita itu akan meninggalkan luka berdarah di tubuh si pria berjanggut. Hanya dalam beberapa menit, tubuh pria itu ditikam lebih dari belasan kali. Dia tidak bisa melawan sedikit pun.Kekuatan pria berjanggut memang luar biasa, tetapi dia tidak bisa menang dari teknik wanita berpakaian hijau. Ilmu pedang yang dikuasai wanita itu sungguh menakjubkan."Argh!" Pria berjanggut berteriak kesakitan. Pembuluh darah kaki dan tangannya terpotong, jadi dia hanya bisa terduduk tak berdaya di lantai. Sekujur tubuhnya berlumuran darah. Meskipun semua cedera itu tidak fatal, dia sudah lumpuh sekarang."Kak!" Ketika melihat pria berjanggut itu jatuh, para anggota Geng Pembantai merasa terkejut dan marah. Mereka tidak menyangka kakak mereka yang tak terkalahkan akan disiksa sampai seperti itu."Sialan! Beraninya kamu melukai kakak kami! Kamu cari mati!""Semuanya, maju! Kita serang jalang itu bersama!"Sekelompok anggota Geng Pembantai berteriak dan menghunuskan golok masing-masing unt
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar
Wirya hanya bisa menelan ludah dengan ekspresi yang sangat terkejut. Dia tahu Pasukan Naga Terbang sangat hebat, tetapi dia tidak menyangka mereka akan sehebat ini. Tadi dia sudah mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Kitto dan Damian, pada akhirnya dia sendiri yang terluka parah.Namun, begitu Pasukan Naga Terbang turun tangan, Kitto dan Damian beserta puluhan Pasukan Api Merah langsung musnah. Yang paling mengerikannya adalah tidak ada satu pun korban dari pihak mereka. Jika tidak melihatnya sendiri, Wirya tidak akan percaya para elite Pasukan Api Merah ternyata begitu rapuh.Lebih tepatnya lagi, kekuatan dari Pasukan Naga Terbang ini sudah jauh melampaui dugaan mereka. Bahkan anggota biasa dalam unit ini pun sudah cukup kuat untuk menjadi seorang jenderal tangguh, apalagi komandan mereka pasti jauh lebih kuat daripada Wirya. Unit yang terbentuk dari sekelompok master ini, daya hancurnya pasti sudah tidak akan tertahankan lagi."Jenderal Wirya, tolong urus pembersihan tempat
"Sialan! Orang ini benar-benar tangguh. Kalau terus bertarung seperti ini, situasinya akan buruk," kata Kitto sambil terus mengayunkan kedua pedangnya dan setiap serangannya langsung mengincar titik vital Wirya. Namun, Wirya bergerak dengan lincah di antara kerumunan, jelas tidak ingin bertarung dengannya dan hanya ingin mengulur waktu."Jenderal Loland pasti sudah pergi jauh. Kita nggak perlu melawannya lagi, langsung mundur saja," kata Damian yang berniat untuk mundur saat melihat serangannya tidak berpengaruh. Meskipun dia tidak takut mati, dia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya dengan sia-sia. Sekarang Loland juga sudah berhasil melarikan diri, tugas mereka untuk menghalangi musuh pun termasuk sudah selesai."Kalian tahan dia, yang lainnya ikut aku mundur," kata Kitto yang segera membuat keputusan. Menyadari pertempuran ini tidak akan membuahkan hasil, dia segera memimpin pasukannya untuk melarikan diri. Hanya beberapa orang saja yang ditinggalkannya di sana sebagai tumbal un
"Orang ini benar-benar sulit dihadapi!" Kitto menoleh ke belakang dan melihat Wirya masih terus mengejar mereka tanpa henti.Pasukan yang dikirim untuk mengadang Wirya sama sekali tidak berguna, bahkan gagal melukainya sedikit pun.Yang paling membuat frustrasi adalah Wirya bukan hanya mengejar, tetapi juga terus menembakkan sinyal merah, membuat posisi mereka terlihat dengan jelas.Jika terus begini, tidak peduli ke arah mana mereka melarikan diri, pada akhirnya mereka tetap akan terjebak."Kitto, Damian! Kalian berdua turun tangan sendiri, bunuh lalat menjengkelkan itu untukku!" Loland segera memberikan perintah."Jenderal, kalau kami pergi, siapa yang akan melindungimu?" Kitto ragu sejenak.Saat ini, kondisi tubuh Loland sangat buruk. Jika mereka berdua pergi dan tiba-tiba ada ahli yang menyerang, nyawa Loland akan dalam bahaya besar."Kalau nggak membunuh lalat itu, situasiku malah akan semakin bahaya! Cepat pergi!" desak Loland dengan marah."Baik!" Kitto dan Damian saling bertuka