Setiap serangan wanita itu akan meninggalkan luka berdarah di tubuh si pria berjanggut. Hanya dalam beberapa menit, tubuh pria itu ditikam lebih dari belasan kali. Dia tidak bisa melawan sedikit pun.Kekuatan pria berjanggut memang luar biasa, tetapi dia tidak bisa menang dari teknik wanita berpakaian hijau. Ilmu pedang yang dikuasai wanita itu sungguh menakjubkan."Argh!" Pria berjanggut berteriak kesakitan. Pembuluh darah kaki dan tangannya terpotong, jadi dia hanya bisa terduduk tak berdaya di lantai. Sekujur tubuhnya berlumuran darah. Meskipun semua cedera itu tidak fatal, dia sudah lumpuh sekarang."Kak!" Ketika melihat pria berjanggut itu jatuh, para anggota Geng Pembantai merasa terkejut dan marah. Mereka tidak menyangka kakak mereka yang tak terkalahkan akan disiksa sampai seperti itu."Sialan! Beraninya kamu melukai kakak kami! Kamu cari mati!""Semuanya, maju! Kita serang jalang itu bersama!"Sekelompok anggota Geng Pembantai berteriak dan menghunuskan golok masing-masing unt
"Eh?" Ucapan Ozias ini membuat ketiga orang itu tercengang. Mereka sampai tidak tahu harus bagaimana bereaksi untuk sesaat.Terutama Elio yang berusaha menyanjung Ozias. Senyumannya membeku, matanya memelotot, tangannya tergantung di udara. Bagaimana mungkin? Ternyata targetnya adalah seorang pria?"Pri ... pria? Kamu nggak bercanda, 'kan?" Wanita berpakaian merah itu mengamati Ozias dari atas hingga bawah. Ekspresinya dipenuhi ketidakpercayaan.Orang ini jelas-jelas begitu cantik dan memesona, tetapi nyatanya adalah seorang pria? Wanita berpakaian hijau itu tidak tahu harus mengatakan apa. Itu artinya, yang dilecehkan oleh Geng Pembantai adalah seorang pria? Sepertinya selera mereka agak istimewa ...."Aku nggak bercanda kok. Aku benar-benar seorang pria." Ozias mengangguk dengan sungguh-sungguh. Ini bukan pertama kalinya dia dikira sebagai wanita."Tapi, penampilanmu ...." Gadis berpakaian merah itu tampak ragu."Wajahku saja yang mirip dengan wanita. Gimana lagi?" Ozias mengedikkan
Setelah minum beberapa gelas, sekelompok orang itu pun mulai mengobrol."Kak Elsa, kudengar kalian dari Sekte Pedang? Kalian datang ke Gunung Narima untuk ikut kompetisi seni bela diri ya?" tanya Ozias."Ya, bisa dibilang begitu." Elsa mengangguk. Kepribadiannya memang cuek, jadi tidak suka berbicara panjang lebar."Jujur saja, kami datang karena diutus sekte." Yuki yang memiliki kepribadian aktif tersenyum sambil menambahkan, "Kompetisi seni bela diri yang diadakan Master Riley menggemparkan seluruh dunia. Bukan cuma Sekte Pedang, tapi banyak sekte lain yang mengutus murid elite mereka.""Jadi, Sekte Pedang cuma mengutus kalian bertiga ya?" tanya Ozias dengan penasaran."Nggak kok. Kami cuma datang untuk bersenang-senang, jadi bukan kami yang bakal berkompetisi nanti." Yuki menggeleng.Yuki dan Elio baru mencapai tingkat sejati tahap lanjutan, sedangkan Elsa baru mencapai tingkat semi-master. Apabila dibandingkan dengan para genius Sekte Pedang, mereka masih kalah sehingga tidak panta
Luther melirik Ozias yang duduk di samping. Memang cantik, tetapi dia tidak mungkin menyukai seorang pria."Uhuk, uhuk, uhuk ...." Ozias juga tersedak. Dia tersenyum getir sambil bertanya, "Kak, sebenarnya kamu memujiku atau mengejekku?""Tentu saja memujimu. Pria mana yang nggak jatuh cinta melihat wajahmu ini?" sahut Elsa dengan serius."Eee ...." Ozias seketika tidak bisa berkata-kata. Kalaupun hasilnya seperti itu, Elsa tidak perlu bicara begitu, 'kan? Kedengarannya aneh sekali."Kalau nggak percaya, kamu tanyakan saja pada Elio," ucap Elsa tiba-tiba.Saat ini, Elio sedang menatap Ozias lekat-lekat. Ketika mendengar Elsa berbicara begitu, dia sontak termangu dan segera mengalihkan tatapannya. Ekspresinya tampak panik, seolah-olah dia ketahuan berbuat jahat."Eh? Aku?" Ekspresi Elio tampak canggung. "Jangan bercanda, Kak. Apa hubungannya aku dengan hal ini?""Kak Elio, kamu kelihatan aneh." Yuki mengangkat alisnya sambil memandang ke kanan dan kiri. Dia tersenyum nakal sambil meneru
"Memangnya faktanya bukan seperti itu?" tanya Yuki sambil memiringkan kepalanya."Gunung Narima nggak pernah ikut campur urusan dunia persilatan, tapi kali ini mereka tiba-tiba mengadakan kompetisi seni bela diri. Pasti ada maksud lain di balik semua ini," jelas Elio.Merekrut genius berbakat, meraih kehormatan untuk negara. Jika dewan militer yang melakukannya, orang-orang mungkin masih bisa percaya. Jika Gunung Narima, itu tidak mungkin terjadi."Jadi, apa alasannya dong?" tanya Yuki."Aku juga nggak tahu. Aku cuma menikmati keseruan yang ada," balas Elio yang mengedikkan bahu. Dia tahu betul statusnya sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang berlebihan."Ozias, karena kamu yang bertanya, kamu pasti tahu alasannya, 'kan?" tanya Elsa yang mengalihkan pandangannya kepada Ozias."Aku cuma mendengar beberapa informasi, entah benar atau nggak. Setahuku, belakang Gunung Narima adalah area terlarang. Belakangan ini, ada harta karun yang muncul di sana. Harta karun ini bukan cuma berdampak
Saat ini, sudah ada banyak orang berkumpul di lapangan. Sebagian besar adalah pesilat. Pemuda yang dikerumuni tampak memakai baju samurai, bakiak, dan bersanggul.Pemuda itu duduk di sebuah bangku panjang. Di depannya adalah sebuah meja. Hanya ada 2 macam barang di atas meja, yaitu seteko arak dan sebilah pedang.Pemuda itu menikmati araknya dengan santai tanpa peduli pada gosip orang-orang. Di belakangnya, tampak seorang pria paruh baya yang terlihat seperti kepala pelayan. Dia memakai setelan rapi dan sarung tangan berwarna putih.Ketika menghadapi pemuda itu, sikap pria paruh baya itu tampak sangat rendah diri. Namun, ketika berhadapan dengan kerumunan, dia akan membusungkan dadanya dan tampak angkuh."Semuanya, dengar baik-baik." Setelah orang yang berkumpul makin banyak, pria paruh baya itu berujar dengan lantang, "Ini adalah tuan mudaku, Haruto Kusama. Kami dari Negara Dikara. Kami datang ke Gunung Narima untuk menantang ahli bela diri Negara Drago.""Kami akan mendirikan arena d
"Aku Karif, Pelindung Organisasi Mondial!" timpal Karif sambil meletakkan kedua tangannya di belakang punggung."Apa? Dia Karif?""Organisasi Mondial adalah pemimpin sekte di dunia persilatan. Mereka punya 10 pelindung. Aku nggak nyangka akan bertemu Tuan Karif di sini.""Tuan Karif sudah menjadi pelindung selama bertahun-tahun. Dia punya posisi tinggi. Aku yakin dia bisa membuat kedua pesilat Negara Dikara itu kalah telak!"Semua orang bergosip sambil menatap Karif dengan tatapan penuh hormat. Meskipun tidak pernah melihat Karif, mereka tahu reputasinya.Sebagai salah satu dari 10 pelindung Organisasi Mondial, Karif adalah tokoh terkemuka di dunia persilatan. Baik itu kemampuan, pengalaman, ataupun prestisenya, semuanya luar biasa."Ternyata kamu ahli bela diri Organisasi Mondial. Aku sudah lama mendengar tentangmu," ujar pria berjas itu sambil mengangguk ringan. Kalau dibandingkan dengan sebelumnya, sikapnya tidak termasuk begitu angkuh lagi.Sebagai pesilat Negara Dikara, mereka ten
"Aku murid Sekte Pedang! Biar aku yang menghadapi bajingan itu!" Tiba-tiba, terdengar teriakan dari belakang kerumunan. Orang yang berbicara tidak lain adalah Elio. Mereka baru tiba.Mereka awalnya hanya ingin mencari tahu, tetapi malah mendengar pesilat Negara Dikara berbicara selancang ini. Sebagai murid Sekte Pedang dan pemuda yang berantusias, dia tidak mungkin tahan melihat situasi ini."Elio, aura orang itu terlihat sangat kuat. Dia nggak mudah dihadapi. Jangan bertindak gegabah." Elsa yang berdiri di samping segera memperingatkan.Meskipun Elio termasuk berbakat, dia baru bergabung dengan Sekte Pedang beberapa tahun dan masih membutuhkan banyak pelatihan. Elio bisa mengalahkan pesilat tingkat sejati dengan mudah, tetapi akan kewalahan menghadapi ahli bela diri yang sesungguhnya."Kak, cuma orang asing kok. Nggak usah takut. Ilmu pedangku kalah darimu, tapi pasti cukup untuk melawan orang seperti dia," sahut Elio.Meskipun baru bergabung dengan dunia persilatan, Elio punya ambisi