Keesokan paginya, di ruang privat Gedung Phoenix."Tuan Luther, terima kasih atas perlindunganmu. Ini adalah Rumput Hati Naga yang kamu minta, silakan diperiksa."Bianca menempatkan sebuah kotak kayu yang cantik di atas meja dan sedikit mendorongnya ke depan."Hm?" Luther membukanya dan melihat isinya. Di dalam kotak kayu tersebut, terdapat sebuah tanaman obat berwarna merah seperti darah. Bentuk tanaman tersebut berliku-liku, mirip seperti seekor naga dan terlihat sangat unik.Luther mengendusnya perlahan, tercium aroma khas dari tanaman tersebut."Ini memang Rumput Hati Naga! Terima kasih banyak, Nona Bianca!" Luther tersenyum senang.Selama bertahun-tahun, dia selalu mencari berbagai macam obat langka yang berharga. Sekarang, dia akhirnya menemukan satu tanaman lagi. Kini, hanya tinggal lima tanaman lagi. Jika dia bisa menemukan yang terakhir, nyawa orang itu bisa terselamatkan!"Tidak perlu berterima kasih, kamu pantas mendapatkan imbalan ini. Sebenarnya, aku yang seharusnya berter
Siang hari di kantor Presdir Grup Pesona.Ariana melihat-lihat dokumennya dengan tidak fokus. Benaknya terus memikirkan masalah Luther. Dia merasa khawatir, jika Luther sampai ditangkap oleh Tuan Adi, bukankah nasibnya akan berakhir tragis?"Julie!" Setelah merenung dalam pikiran yang kacau beberapa saat, Ariana akhirnya tidak bisa menahannya lagi."Bu Ariana, ada instruksi apa?" tanya Julie setelah memasuki ruangan."Bantu aku menyiapkan sebuah hadiah besar, aku ingin pergi ke Grup Prosper," ujar Ariana."Grup Prosper? Bukankah itu wilayah Tuan Adi?" tanya Julie dengan kaget."Benar, aku ingin berdiskusi dengan Tuan Adi." Ariana mengangguk."Untuk apa? Apakah ini karena masalah Luther?" Julie menjadi cemas dan berkata, "Bu Ariana, jangan bertindak gegabah! Tuan Adi sedang marah besar. Kalau Anda pergi sekarang, apa bedanya dengan bunuh diri?""Bagaimanapun, aku harus mencobanya!" seru Ariana dengan tegas."Tunggu! Bukankah kita masih ada bantuan dari Tuan Wandy? Dia pernah bilang mau
Di dalam Klinik Damai, Luther sedang minum anggur bersama pria tua bermata satu.Pada saat ini, tiba-tiba ponselnya berdering. Begitu teleponnya diangkat, terdengar suara Julie yang berteriak, "Halo, Luther! Bu Ariana sedang dalam bahaya, cepat datang ke sini untuk menyelamatkannya!""Bahaya? Ada apa sebenarnya?" tanya Luther sambil mengernyit."Semua ini gara-gara kamu! Bu Ariana mengkhawatirkan keselamatanmu. Jadi, dia langsung mengunjungi Tuan Adi untuk bernegosiasi dan sampai sekarang masih belum keluar juga. Kemungkinan besar dia dalam bahaya!" ujar Julie dengan napas tergesa-gesa."Sembarangan! Sudah kubilang ini urusanku, untuk apa dia ikut campur?" teriak Luther dengan wajah murung.Julie memarahinya dengan kesal, "Luther, kamu masih punya hati nurani nggak? Bu Ariana ke sana juga demi menyelamatkanmu!""Di mana dia sekarang?" tanya Luther."Di Grup Prosper.""Aku segera ke sana!" Tanpa berbasa-basi, Luther langsung menutup telepon dan bergegas ke tempat tujuan.....Di sisi la
"Sialan, kenapa masih bengong saja? Cepat lepaskan dia!" bentak Eril dengan marah.Sudut mata Adi berkedut, ekspresinya juga menjadi sangat murung.Jika Eril membicarakannya dengan baik, mungkin Adi masih bisa menghargainya. Masalahnya adalah, begitu tiba, Eril langsung membentak-bentak dirinya dan bahkan menamparnya. Jika dia melepaskan Luther dan Ariana sekarang, bagaimana Adi bisa mempertahankan reputasinya di masa depan?"Pak Eril, orang ini melukai putraku dan menerobos ke wilayahku. Kalau aku membebaskannya hari ini, bagaimana reputasiku nantinya?" ucap Adi dengan suara berat."Putramu memang pantas dipukul!" Eril mendengus dan berkata, "Kalau kamu nggak membebaskannya hari ini, aku akan menghancurkan Grup Prosper tanpa menyisakan siapa pun!""Pak Eril, aku nggak bisa melawan pengusaha besar sepertimu. Tapi, jangan lupa, aku juga punya orang di belakangku!" ancam Adi dengan tegas."Maksudmu Darwin?" Eril tersenyum sinis. "Terus terang saja, meskipun Darwin ada di sini hari ini, d
"Aku tahu, pasti karena bantuan dari Tuan Wandy!" Seolah-olah teringat dengan sesuatu, Julie tiba-tiba berceletuk, "Sebelumnya, aku menelepon polisi, lalu menghubungi Tuan Wandy juga. Pasti dia yang menyuruh Pak Eril datang!""Wandy?" gumam Ariana dengan ragu-ragu sambil mengangkat alisnya."Benar, orang yang bisa membantu kita dan sanggup meminta bantuan dari Pak Eril, hanya Tuan Wandy seorang!" ujar Julie yang sok membuat kesimpulan."Kalau kamu bilang begitu, sepertinya masuk akal juga." Ariana juga menyetujui kesimpulannya.Ketika kedua orang itu sedang asyik berbincang, tiba-tiba muncul sebuah mobil Ferrari berwarna merah yang berhenti di tepi jalan.Begitu pintu mobil terbuka, muncul Wandy yang berpakaian warna cerah."Ariana, kamu baik-baik saja? Aku buru-buru datang begitu menerima teleponnya!" tanya Wandy dengan penuh perhatian."Tuan Wandy, untung saja ada bantuanmu. Kalau tidak, Bu Ariana pasti sudah berada dalam bahaya," ujar Julie buru-buru berterima kasih."Bantuan?" Wand
"Jadi, ini yang mau kamu katakan padaku?" Ariana berdiri mematung dan memandang Luther dengan tatapan tidak percaya.Melihat ekspresi Luther yang dingin, Ariana merasa asing terhadap pria itu. Hatinya menyimpan kesedihan dan kesakitan yang mendalam."Benar, itu yang mau kukatakan!" Luther sama sekali tidak sungkan-sungkan. "Ingat, ini urusanku, kamu tidak perlu ikut campur. Hidupku tidak ada hubungannya denganmu. Kita berdua sudah tidak ada hubungan apa pun lagi sekarang. Paham?"Serangkaian kalimat yang ketus itu membuat Ariana terperangah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa niat baiknya malah dibalas dengan kritikan dan keluhan. Sejak kapan hubungan mereka berubah menjadi begitu tidak harmonis?"Hei, Luther! Kamu ini manusia atau bukan?" Julie yang berdiri di sampingnya tidak bisa lagi menahan diri. Dia langsung memaki, "Bu Ariana berbaik hati ingin membantumu, tapi sikap macam apa ini? Apa hati nuranimu sudah hilang?""Lalu, sikap apa yang kamu harapkan dariku? Aku harus memuji k
Sejak memasuki gedung ini, Luther membantai semua orang yang ditemuinya dari lantai dasar hingga ke lantai teratas. Selama itu, tidak ada satu pun orang yang bisa mengalahkannya."Kamu mau membalas dendam padaku, tapi kamu bahkan tidak tahu siapa aku?" Luther perlahan mendekatinya dengan tatapan dingin."Sebaiknya kamu menjauh atau akan kutembak kamu!" Adi tiba-tiba mengeluarkan sebuah pistol dari laci. Namun, sebelum dia mengangkat tangannya, Luther telah maju dan meraih ujung pistol tersebut. Kemudian, dia mencengkeram pistol itu sekuat tenaga.Kretak.Seiring dengan suara gemerincing logam, Adi yang ketakutan menyadari bahwa pistolnya telah penyok dicengkeram oleh Luther. Pistol itu terbuat dari baja, mana mungkin manusia biasa bisa menghancurkan pistol dengan tangan kosong?"Luther, ini semua cuma salah paham! Kalau kamu pergi sekarang, aku bisa menjamin bahwa kami tidak akan mengganggumu lagi!" Dahi Adi telah dibanjiri keringat dingin. Pada akhirnya, dia memilih untuk mengalah.Ke
"Dia adalah ayahku." Sebuah kalimat yang sederhana ini membuat Luther tercengang. Awalnya, dia mengira hubungan kedua orang ini hanya sebatas kerabat. Tak disangka, ternyata mereka adalah ayah dan anak."Dari yang kudengar, nama anak Adi adalah Aidan. Lalu, siapa kamu?" tanya Luther dengan penasaran."Namaku Stalin Devano, anak haram Adi."Pria itu menjelaskan sambil menundukkan kepalanya, "Saat itu, Adi menodai ibuku dan melahirkan aku. Demi menutupi perbuatan memalukan itu, dia tidak pernah mengakuiku secara publik. Dia hanya memberiku status sebagai anak angkatnya.""Jadi, kamu membencinya?" tanya Luther dengan penuh makna."Tentu saja!" Stalin menggertakkan giginya dan berkata dengan marah, "Dia mencampakkan kami dan membiarkan kami hidup melarat. Sampai sekarang juga dia hanya menjadikanku sebagai pion untuk membantu Aidan. Aku tidak rela harga diriku diinjak-injak orang. Jadi, aku harus merebut kembali apa yang menjadi hakku!""Bagus sekali." Luther mengangguk puas dan berkata, "