Di dalam Klinik Damai, Luther sedang minum anggur bersama pria tua bermata satu.Pada saat ini, tiba-tiba ponselnya berdering. Begitu teleponnya diangkat, terdengar suara Julie yang berteriak, "Halo, Luther! Bu Ariana sedang dalam bahaya, cepat datang ke sini untuk menyelamatkannya!""Bahaya? Ada apa sebenarnya?" tanya Luther sambil mengernyit."Semua ini gara-gara kamu! Bu Ariana mengkhawatirkan keselamatanmu. Jadi, dia langsung mengunjungi Tuan Adi untuk bernegosiasi dan sampai sekarang masih belum keluar juga. Kemungkinan besar dia dalam bahaya!" ujar Julie dengan napas tergesa-gesa."Sembarangan! Sudah kubilang ini urusanku, untuk apa dia ikut campur?" teriak Luther dengan wajah murung.Julie memarahinya dengan kesal, "Luther, kamu masih punya hati nurani nggak? Bu Ariana ke sana juga demi menyelamatkanmu!""Di mana dia sekarang?" tanya Luther."Di Grup Prosper.""Aku segera ke sana!" Tanpa berbasa-basi, Luther langsung menutup telepon dan bergegas ke tempat tujuan.....Di sisi la
"Sialan, kenapa masih bengong saja? Cepat lepaskan dia!" bentak Eril dengan marah.Sudut mata Adi berkedut, ekspresinya juga menjadi sangat murung.Jika Eril membicarakannya dengan baik, mungkin Adi masih bisa menghargainya. Masalahnya adalah, begitu tiba, Eril langsung membentak-bentak dirinya dan bahkan menamparnya. Jika dia melepaskan Luther dan Ariana sekarang, bagaimana Adi bisa mempertahankan reputasinya di masa depan?"Pak Eril, orang ini melukai putraku dan menerobos ke wilayahku. Kalau aku membebaskannya hari ini, bagaimana reputasiku nantinya?" ucap Adi dengan suara berat."Putramu memang pantas dipukul!" Eril mendengus dan berkata, "Kalau kamu nggak membebaskannya hari ini, aku akan menghancurkan Grup Prosper tanpa menyisakan siapa pun!""Pak Eril, aku nggak bisa melawan pengusaha besar sepertimu. Tapi, jangan lupa, aku juga punya orang di belakangku!" ancam Adi dengan tegas."Maksudmu Darwin?" Eril tersenyum sinis. "Terus terang saja, meskipun Darwin ada di sini hari ini, d
"Aku tahu, pasti karena bantuan dari Tuan Wandy!" Seolah-olah teringat dengan sesuatu, Julie tiba-tiba berceletuk, "Sebelumnya, aku menelepon polisi, lalu menghubungi Tuan Wandy juga. Pasti dia yang menyuruh Pak Eril datang!""Wandy?" gumam Ariana dengan ragu-ragu sambil mengangkat alisnya."Benar, orang yang bisa membantu kita dan sanggup meminta bantuan dari Pak Eril, hanya Tuan Wandy seorang!" ujar Julie yang sok membuat kesimpulan."Kalau kamu bilang begitu, sepertinya masuk akal juga." Ariana juga menyetujui kesimpulannya.Ketika kedua orang itu sedang asyik berbincang, tiba-tiba muncul sebuah mobil Ferrari berwarna merah yang berhenti di tepi jalan.Begitu pintu mobil terbuka, muncul Wandy yang berpakaian warna cerah."Ariana, kamu baik-baik saja? Aku buru-buru datang begitu menerima teleponnya!" tanya Wandy dengan penuh perhatian."Tuan Wandy, untung saja ada bantuanmu. Kalau tidak, Bu Ariana pasti sudah berada dalam bahaya," ujar Julie buru-buru berterima kasih."Bantuan?" Wand
"Jadi, ini yang mau kamu katakan padaku?" Ariana berdiri mematung dan memandang Luther dengan tatapan tidak percaya.Melihat ekspresi Luther yang dingin, Ariana merasa asing terhadap pria itu. Hatinya menyimpan kesedihan dan kesakitan yang mendalam."Benar, itu yang mau kukatakan!" Luther sama sekali tidak sungkan-sungkan. "Ingat, ini urusanku, kamu tidak perlu ikut campur. Hidupku tidak ada hubungannya denganmu. Kita berdua sudah tidak ada hubungan apa pun lagi sekarang. Paham?"Serangkaian kalimat yang ketus itu membuat Ariana terperangah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa niat baiknya malah dibalas dengan kritikan dan keluhan. Sejak kapan hubungan mereka berubah menjadi begitu tidak harmonis?"Hei, Luther! Kamu ini manusia atau bukan?" Julie yang berdiri di sampingnya tidak bisa lagi menahan diri. Dia langsung memaki, "Bu Ariana berbaik hati ingin membantumu, tapi sikap macam apa ini? Apa hati nuranimu sudah hilang?""Lalu, sikap apa yang kamu harapkan dariku? Aku harus memuji k
Sejak memasuki gedung ini, Luther membantai semua orang yang ditemuinya dari lantai dasar hingga ke lantai teratas. Selama itu, tidak ada satu pun orang yang bisa mengalahkannya."Kamu mau membalas dendam padaku, tapi kamu bahkan tidak tahu siapa aku?" Luther perlahan mendekatinya dengan tatapan dingin."Sebaiknya kamu menjauh atau akan kutembak kamu!" Adi tiba-tiba mengeluarkan sebuah pistol dari laci. Namun, sebelum dia mengangkat tangannya, Luther telah maju dan meraih ujung pistol tersebut. Kemudian, dia mencengkeram pistol itu sekuat tenaga.Kretak.Seiring dengan suara gemerincing logam, Adi yang ketakutan menyadari bahwa pistolnya telah penyok dicengkeram oleh Luther. Pistol itu terbuat dari baja, mana mungkin manusia biasa bisa menghancurkan pistol dengan tangan kosong?"Luther, ini semua cuma salah paham! Kalau kamu pergi sekarang, aku bisa menjamin bahwa kami tidak akan mengganggumu lagi!" Dahi Adi telah dibanjiri keringat dingin. Pada akhirnya, dia memilih untuk mengalah.Ke
"Dia adalah ayahku." Sebuah kalimat yang sederhana ini membuat Luther tercengang. Awalnya, dia mengira hubungan kedua orang ini hanya sebatas kerabat. Tak disangka, ternyata mereka adalah ayah dan anak."Dari yang kudengar, nama anak Adi adalah Aidan. Lalu, siapa kamu?" tanya Luther dengan penasaran."Namaku Stalin Devano, anak haram Adi."Pria itu menjelaskan sambil menundukkan kepalanya, "Saat itu, Adi menodai ibuku dan melahirkan aku. Demi menutupi perbuatan memalukan itu, dia tidak pernah mengakuiku secara publik. Dia hanya memberiku status sebagai anak angkatnya.""Jadi, kamu membencinya?" tanya Luther dengan penuh makna."Tentu saja!" Stalin menggertakkan giginya dan berkata dengan marah, "Dia mencampakkan kami dan membiarkan kami hidup melarat. Sampai sekarang juga dia hanya menjadikanku sebagai pion untuk membantu Aidan. Aku tidak rela harga diriku diinjak-injak orang. Jadi, aku harus merebut kembali apa yang menjadi hakku!""Bagus sekali." Luther mengangguk puas dan berkata, "
Dia adalah wanita yang biasanya membuat pria jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, pria ini malah melupakannya begitu saja hanya dalam waktu semalam? Apakah dia begitu tidak berkesan?"Uh ... kelihatannya tidak asing, sepertinya kita pernah bertemu," ujar Luther mencoba mengingat."Kemarin! Di rumah sakit! Kamu yang mengobati kakekku! Sudah ingat sekarang?" Gadis itu menggertakkan giginya dengan geram."Oh, aku ingat sekarang. Kamu adik Bianca, namamu Belina, bukan?" Luther baru sadar sekarang."Belina apaan? Namaku Belinda! Be-lin-da!" Gadis itu langsung marah.Ingin sekali rasanya Belinda menginjak pedal gas dan menabrak pria di hadapannya ini. Dia belum pernah mengalami hal seperti ini seumur hidupnya. Ini benar-benar penghinaan besar!"Maaf, Nona Belinda, ada urusan apa mencariku?" Luther dengan cerdik mengubah topik pembicaraan."Tentu saja ada urusan! Memangnya aku kurang kerjaan cari kamu kalau nggak ada kepentingan?" Belinda memutar bola matanya dan berkata, "Naiklah, kaka
"Maaf, aku bukan sengaja."Luther langsung bereaksi mendorong Bianca dengan wajah yang sangat canggung. Insiden yang tak terduga itu terjadi begitu tiba-tiba, membuat Luther tidak sempat bereaksi."Itu kesalahanku. Mungkin efek obat terlalu kuat dan aku tidak bisa mengendalikan diriku tadi," kata Bianca dengan nada manja.Sambil berbicara, dia juga melemparkan pandangan tajam pada Belinda.Padahal, Bianca punya kesempatan untuk melepas status lajangnya tadi. Kenapa adiknya ini tidak bisa membaca situasi sama sekali dan malah berteriak tidak karuan? Lantaran merasa kesal, Bianca diam-diam merencanakan untuk mengurangi uang jajan adiknya selama sebulan!"Belinda, bantu kakakmu berbaring di tempat tidur," perintah Luther."Huh! Tentu saja aku yang akan membantunya. Tidak mungkin aku membiarkanmu mengambil kesempatan." Belinda menggelengkan kepala, lalu memapah Bianca yang sedang kurang sehat itu kembali ke tempat tidur."Nona Bianca, lepaskan pakaianmu dan berbaring tengkurap," ujar Luthe
Nivan baru saja hendak memberi penghormatan pada Gema yang wafat, tetapi pandangannya langsung tertuju pada Naim dan Nolan yang berada di altar duka. Dia segera memberi hormat dengan sopan dan berkata, "Oh? Aku nggak menyangka Kak Naim dan Kak Nolan juga ada di sini. Hormat pada Kak Naim dan Kak Nolan."Dia sebenarnya sudah memperkirakan situasi ini sebelum datang ke sini, sehingga dia tidak terkejut saat melihat Naim dan Nolan ada di sana. Dia berniat untuk merekrut semua delapan keluarga bangsawan dan empat keluarga kerajaan. Namun, saat ini Keluarga Paliama masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung siapa pun, dia tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan ini."Nivan, aku dengar kamu sedang keluar kota untuk urusan dinas. Kenapa kamu bisa kembali begitu cepat?" tanya Naim dengan ambigu."Itu hanya urusan kecil, jadi aku segera kembali begitu mendengar berita tentang kematian Jenderal Gema. Aku berniat untuk mengantarnya di perjalanan terakhir kalinya," jawab Nivan dengan te
"Hormat pada Pangeran Naim!"Melihat tamu terhormat datang, Gusdur pun tidak berlarut-larut dalam kesedihan lagi. Dia segera memimpin seluruh anggota Keluarga Paliama untuk maju dan membungkuk untuk memberi hormat pada Naim.Namun, Gusdur dan yang lainnya baru saja membungkuk sampai setengah, Naim sudah mengangkat tangan untuk menghentikannya. "Orang yang wafat paling penting, nggak perlu terlalu formal."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke foto mendiang yang terpasang di altar dan menghela napas. "Jenderal Gema bisa meninggal di usia muda sungguh merupakan kerugian besar bagi Negara Drago. Relakanlah yang sudah tiada, yang hidup harus tetap kuat. Aku turut berdukacita."Gusdur memberi hormat dengan mata yang berkaca-kaca dan berkata, "Terima kasih atas perhatian Pangeran Naim. Adikku bisa mengalami musibah ini, seluruh anggota Keluarga Paliama sangat sedih."Naim menganggukkan kepala dan melihat sekeliling sekilas, lalu bertanya dengan perhatian, "Aku dengar Adipa
Kekacauan di Atlandia akhirnya mereda setelah Loland ditangkap. Para pejabat yang selama ini punya hubungan dekat dengannya pun langsung diperiksa satu per satu.Dalam pembersihan besar-besaran ini, lebih dari 300 pejabat Atlandia dicopot dari jabatannya. Sebagian besar ditahan dan sebagian kecil yang dosanya terlalu berat langsung dieksekusi.Setelah Huston menunjukkan kemampuannya, situasi di kalangan birokrasi Atlandia berubah drastis. Segala praktik kolusi, korupsi, dan permainan di balik layar seolah-olah tersapu bersih oleh badai besar.Rakyat mulai merasakan perbedaan nyata. Mengurus urusan di kantor pemerintahan kini jauh lebih mudah, tidak lagi dihambat atau diminta sogokan. Urusan-urusan rakyat yang sempat terbengkalai kini mulai dibereskan secara tertib oleh para pejabat baru. Berbagai bidang mengalami perbaikan signifikan.Anehnya, alih-alih ketakutan, rakyat justru menyambut gebrakan ini dengan tepuk tangan dan rasa syukur. Para "hama" yang sudah terlalu lama menggerogoti
Melihat ekspresi penuh keraguan di wajah kakaknya, wajah Huston juga menjadi serius. Dia tahu kakaknya bukan orang yang berbicara tanpa alasan.Di wilayah barat ada banyak makhluk aneh, seperti ras vampir dan manusia serigala. Makhluk-makhluk seperti itu memiliki daya hidup yang luar biasa kuat. Sekalipun kepala mereka dipenggal, belum tentu mereka benar-benar mati.Apakah Poseidon memiliki kemampuan seperti itu? Gerald tidak yakin. Ini karena informasi tentang para raja dewa dari Kuil Dewa sangat minim di Atlandia.Namun, demi berjaga-jaga, akan jauh lebih aman jika mereka bisa menemukan kepala Poseidon.Dodi memimpin pasukan dan armada kapal, sibuk menyisir permukaan laut untuk mencari kepala Poseidon.Sementara itu, di dermaga, perhatian orang-orang mulai beralih ke Loland dan Tiano serta para pengikut mereka. Mereka semua telah diikat erat, lalu dibawa ke hadapan Luther dan Huston.Saat ini wajah Loland sudah pucat, tetapi matanya tetap menunjukkan keteguhan. Dia tahu riwayatnya su
Beberapa saat kemudian, permukaan laut yang tadinya bergelora akhirnya menjadi tenang.Hanya uap air yang masih menyelimuti sekeliling, bagaikan monster raksasa yang perlahan-lahan menyebar, seolah menceritakan betapa dahsyatnya pertempuran yang baru saja terjadi.Luther berdiri di atas permukaan laut dengan wajah serius, menggenggam Pedang Cakrawala dengan erat di tangan. Pakaian di tubuhnya telah compang-camping, tubuhnya penuh luka, dan darah segar terus menetes dari luka-lukanya, mewarnai laut di bawahnya menjadi merah.Plop! Tiba-tiba, sesosok tubuh tanpa kepala muncul dari dalam air. Tubuh itu dipenuhi sisik biru, dengan sepasang sayap biru yang sudah hancur di punggungnya. Di seluruh tubuhnya pun terdapat luka menganga. Darah biru tua bercampur dengan air laut, perlahan menghilang tanpa jejak.Itu adalah tubuh Poseidon!"Ma ... mati ...? Kok bisa?" Melihat jasad tanpa kepala yang mengambang di atas laut, Loland dan Tiano membelalakkan mata mereka. Wajah mereka dipenuhi ekspresi
Saat itu, Poseidon perlahan bangkit dari dalam laut, lukanya telah pulih. Tatapannya menyiratkan sedikit kegilaan. Luka parah yang baru saja dideritanya bukannya membuatnya mundur, justru membangkitkan semangat juangnya yang lebih kuat."Gerald, kamu memang memberiku kejutan. Tapi hari ini, kamu nggak akan lolos dari kematian!" Poseidon menyeringai dingin, trisula di tangannya mulai berputar dengan ganas. Dalam sekejap, permukaan laut yang sebelumnya sudah bergolak menjadi semakin mengamuk.Air laut mulai berputar dengan liar, berpusat pada Poseidon, membentuk pusaran air raksasa yang sangat dahsyat.Pusaran itu terus meluas, diameternya dengan cepat mencapai ratusan meter. Air laut di sekitarnya tersedot secara gila-gilaan, bahkan Loland dan Tiano yang menyaksikan dari kejauhan pun merasakan isapan kuat. Hal ini memaksa mereka mengerahkan energi untuk bertahan."Hm?" Luther mengerutkan kening, wajahnya menjadi serius. Dia merasakan tekanan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kek
"Huh, sombong sekali," kata Poseidon sambil mendengus.Air laut di sekeliling langsung bergejolak, lalu berubah menjadi tombak-tombak air yang tajam dan memelesat ke arah Luther. Tombak itu memantulkan cahaya dingin saat berada di bawah sinar matahari dan memenuhi setiap inci ruangan di sekitar Luther.Tatapan Luther menjadi tajam, lalu mengayunkan Pedang Cakrawala di tangannya dengan lembut dan aura pedang hitam pun memelesat. Semua tombak air langsung hancur dan berubah menjadi percikan air yang bertebaran di udara di semua tempat yang dilewati aura pedang itu.Namun, Poseidon masih belum menyerah dan terus melancarkan gelombang-gelombang serangan tanpa berhenti. Dia mengayunkan trisulanya dengan kedua tangan dan menciptakan lingkaran cahaya biru di depannya. Lingkaran itu membesar dengan cepat, lalu menghantam ke arah Luther.Hanya dengan menggerakkan badannya sedikit, Luther sudah menghilang dari tempatnya dengan cepat dan sudah berada di luar jangkauan lingkaran cahaya saat muncul
Poseidon perlahan-lahan membuka tangannya dan matanya yang biru penuh dengan aura membunuh. "Gerald, aku mengakui kamu ini memang luar biasa sampai bisa memaksaku sampai ke titik ini. Untuk menghormatimu, untuk selanjutnya aku akan bertarung dengan kekuatan penuh. Biar kamu bisa melihat kekuatanku yang sebenarnya."Setelah mengatakan itu, Poseidon mengangkat satu tangannya dan menunjuk ke udara. Setelah terdengar suara yang bergema, trisula yang sudah jatuh ke dasar laut langsung memelesat ke permukaan laut dan kembali ke telapak tangannya.Sikap Poseidon yang awalnya terlihat meremehkan, sekarang menjadi sangat serius. Bukan hanya karena kekuatan Luther yang luar biasa, tetapi karena potensinya yang sangat besar juga sampai bisa memiliki kekuatan seperti ini di usia dua puluhan tahun. Jika dibiarkan terus berkembang, Luther pasti akan menjadi ancaman besar bagi Kuil Dewa. Oleh karena itu, hari ini dia harus membunuh Luther."Perhatikan baik-baik," kata Poseidon sambil perlahan-lahan m
Satu pihaknya adalah genius terhebat dari Negara Drago, sedangkan pihak yang lainnya adalah raja dewa dari Kuil Dewa yang terkenal. Mereka bertarung dengan sengit, setiap gerakan dan teknik yang dikeluarkan memiliki daya hancur yang mengerikan. Seiring dengan pertarungan yang makin dahsyat, wilayah sejauh 100 mil pun menjadi hancur berantakan.Setiap tebasan dari pedang panjang Luther yang terbuat dari energi sejati memancarkan cahaya yang menyilaukan, seolah-olah akan membelah langit. Sebaliknya, Poseidon yang memegang trisula mampu memanggil angin dan hujan, sehingga setiap serangannya menciptakan gelombang raksasa. Saat aura pedang dan gelombang air saling beradu, seluruh medan pedang langsung menjadi kacau.Sementara itu, Loland dan yang lainnya fokus ke medan perang di depan, berusaha memahami apa yang sedang terjadi. Namun, kecepatan Luther dan Poseidon sudah jauh melampaui batas penglihatan mereka, sehingga mereka tidak bisa melihat dengan jelas. Mereka hanya melihat dua bayanga