"Aku tahu, pasti karena bantuan dari Tuan Wandy!" Seolah-olah teringat dengan sesuatu, Julie tiba-tiba berceletuk, "Sebelumnya, aku menelepon polisi, lalu menghubungi Tuan Wandy juga. Pasti dia yang menyuruh Pak Eril datang!""Wandy?" gumam Ariana dengan ragu-ragu sambil mengangkat alisnya."Benar, orang yang bisa membantu kita dan sanggup meminta bantuan dari Pak Eril, hanya Tuan Wandy seorang!" ujar Julie yang sok membuat kesimpulan."Kalau kamu bilang begitu, sepertinya masuk akal juga." Ariana juga menyetujui kesimpulannya.Ketika kedua orang itu sedang asyik berbincang, tiba-tiba muncul sebuah mobil Ferrari berwarna merah yang berhenti di tepi jalan.Begitu pintu mobil terbuka, muncul Wandy yang berpakaian warna cerah."Ariana, kamu baik-baik saja? Aku buru-buru datang begitu menerima teleponnya!" tanya Wandy dengan penuh perhatian."Tuan Wandy, untung saja ada bantuanmu. Kalau tidak, Bu Ariana pasti sudah berada dalam bahaya," ujar Julie buru-buru berterima kasih."Bantuan?" Wand
"Jadi, ini yang mau kamu katakan padaku?" Ariana berdiri mematung dan memandang Luther dengan tatapan tidak percaya.Melihat ekspresi Luther yang dingin, Ariana merasa asing terhadap pria itu. Hatinya menyimpan kesedihan dan kesakitan yang mendalam."Benar, itu yang mau kukatakan!" Luther sama sekali tidak sungkan-sungkan. "Ingat, ini urusanku, kamu tidak perlu ikut campur. Hidupku tidak ada hubungannya denganmu. Kita berdua sudah tidak ada hubungan apa pun lagi sekarang. Paham?"Serangkaian kalimat yang ketus itu membuat Ariana terperangah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa niat baiknya malah dibalas dengan kritikan dan keluhan. Sejak kapan hubungan mereka berubah menjadi begitu tidak harmonis?"Hei, Luther! Kamu ini manusia atau bukan?" Julie yang berdiri di sampingnya tidak bisa lagi menahan diri. Dia langsung memaki, "Bu Ariana berbaik hati ingin membantumu, tapi sikap macam apa ini? Apa hati nuranimu sudah hilang?""Lalu, sikap apa yang kamu harapkan dariku? Aku harus memuji k
Sejak memasuki gedung ini, Luther membantai semua orang yang ditemuinya dari lantai dasar hingga ke lantai teratas. Selama itu, tidak ada satu pun orang yang bisa mengalahkannya."Kamu mau membalas dendam padaku, tapi kamu bahkan tidak tahu siapa aku?" Luther perlahan mendekatinya dengan tatapan dingin."Sebaiknya kamu menjauh atau akan kutembak kamu!" Adi tiba-tiba mengeluarkan sebuah pistol dari laci. Namun, sebelum dia mengangkat tangannya, Luther telah maju dan meraih ujung pistol tersebut. Kemudian, dia mencengkeram pistol itu sekuat tenaga.Kretak.Seiring dengan suara gemerincing logam, Adi yang ketakutan menyadari bahwa pistolnya telah penyok dicengkeram oleh Luther. Pistol itu terbuat dari baja, mana mungkin manusia biasa bisa menghancurkan pistol dengan tangan kosong?"Luther, ini semua cuma salah paham! Kalau kamu pergi sekarang, aku bisa menjamin bahwa kami tidak akan mengganggumu lagi!" Dahi Adi telah dibanjiri keringat dingin. Pada akhirnya, dia memilih untuk mengalah.Ke
"Dia adalah ayahku." Sebuah kalimat yang sederhana ini membuat Luther tercengang. Awalnya, dia mengira hubungan kedua orang ini hanya sebatas kerabat. Tak disangka, ternyata mereka adalah ayah dan anak."Dari yang kudengar, nama anak Adi adalah Aidan. Lalu, siapa kamu?" tanya Luther dengan penasaran."Namaku Stalin Devano, anak haram Adi."Pria itu menjelaskan sambil menundukkan kepalanya, "Saat itu, Adi menodai ibuku dan melahirkan aku. Demi menutupi perbuatan memalukan itu, dia tidak pernah mengakuiku secara publik. Dia hanya memberiku status sebagai anak angkatnya.""Jadi, kamu membencinya?" tanya Luther dengan penuh makna."Tentu saja!" Stalin menggertakkan giginya dan berkata dengan marah, "Dia mencampakkan kami dan membiarkan kami hidup melarat. Sampai sekarang juga dia hanya menjadikanku sebagai pion untuk membantu Aidan. Aku tidak rela harga diriku diinjak-injak orang. Jadi, aku harus merebut kembali apa yang menjadi hakku!""Bagus sekali." Luther mengangguk puas dan berkata, "
Dia adalah wanita yang biasanya membuat pria jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, pria ini malah melupakannya begitu saja hanya dalam waktu semalam? Apakah dia begitu tidak berkesan?"Uh ... kelihatannya tidak asing, sepertinya kita pernah bertemu," ujar Luther mencoba mengingat."Kemarin! Di rumah sakit! Kamu yang mengobati kakekku! Sudah ingat sekarang?" Gadis itu menggertakkan giginya dengan geram."Oh, aku ingat sekarang. Kamu adik Bianca, namamu Belina, bukan?" Luther baru sadar sekarang."Belina apaan? Namaku Belinda! Be-lin-da!" Gadis itu langsung marah.Ingin sekali rasanya Belinda menginjak pedal gas dan menabrak pria di hadapannya ini. Dia belum pernah mengalami hal seperti ini seumur hidupnya. Ini benar-benar penghinaan besar!"Maaf, Nona Belinda, ada urusan apa mencariku?" Luther dengan cerdik mengubah topik pembicaraan."Tentu saja ada urusan! Memangnya aku kurang kerjaan cari kamu kalau nggak ada kepentingan?" Belinda memutar bola matanya dan berkata, "Naiklah, kaka
"Maaf, aku bukan sengaja."Luther langsung bereaksi mendorong Bianca dengan wajah yang sangat canggung. Insiden yang tak terduga itu terjadi begitu tiba-tiba, membuat Luther tidak sempat bereaksi."Itu kesalahanku. Mungkin efek obat terlalu kuat dan aku tidak bisa mengendalikan diriku tadi," kata Bianca dengan nada manja.Sambil berbicara, dia juga melemparkan pandangan tajam pada Belinda.Padahal, Bianca punya kesempatan untuk melepas status lajangnya tadi. Kenapa adiknya ini tidak bisa membaca situasi sama sekali dan malah berteriak tidak karuan? Lantaran merasa kesal, Bianca diam-diam merencanakan untuk mengurangi uang jajan adiknya selama sebulan!"Belinda, bantu kakakmu berbaring di tempat tidur," perintah Luther."Huh! Tentu saja aku yang akan membantunya. Tidak mungkin aku membiarkanmu mengambil kesempatan." Belinda menggelengkan kepala, lalu memapah Bianca yang sedang kurang sehat itu kembali ke tempat tidur."Nona Bianca, lepaskan pakaianmu dan berbaring tengkurap," ujar Luthe
"Apakah Anda punya solusi, Tuan Luther?" tanya Bianca."Aku harus memahami situasinya terlebih dahulu untuk membuat strategi. Nona Bianca, tolong jawab pertanyaanku. Ke mana dan bertemu siapa saja Anda hari ini?" balas Luther."Hari ini aku bertemu dengan Darwin, dia mengajakku untuk membicarakan masalah bisnis. Kemudian, kami membahas masalah mitra usaha, tetapi aku menolaknya," jawab Bianca dengan jujur."Oh? Jadi, apakah Anda meminum minuman yang dituangkannya?" tanya Luther lebih lanjut."Tentu saja tidak! Darwin adalah orang yang ambisius, dia selalu mengincar harta keluargaku. Aku sangat waspada terhadapnya. Jadi, mana mungkin aku makan atau minum sembarangan?" Bianca menggelengkan kepala."Kak, kalau didengar dari ceritamu, sepertinya agak aneh. Kalau kamu nggak makan atau minum, lalu kenapa kamu bisa terkena racun?" tanya Belinda dengan heran."Mana kutahu?" Bianca memutar bola matanya."Nona Bianca, saat kalian ketemuan tadi, apakah kamu mencium sesuatu atau menyentuh sesuatu
Siang harinya, Luther naik mobil menuju kediaman Keluarga Warsono. Kediaman itu terletak di sebuah sudut terpencil di tengah kota. Ukurannya tidak luas dan memiliki halaman kecil yang ditanami berbagai jenis bunga dan tanaman.Saat Luther turun dari mobil, dia langsung melihat Ariana yang berada di depan pintu. Awalnya, Luther bermaksud pura-pura tidak melihatnya, tetapi Ariana memanggilnya sebelum Luther masuk ke dalam rumah."Berhenti! Aku ingin bicara denganmu!" seru Ariana."Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Luther. Keduanya saling membelakangi."Kondisi kesehatan Kakek belakangan ini kurang baik. Aku masih belum memberitahunya masalah perceraian kita agar dia tidak stres.""Menurutmu, apa hal seperti ini bisa disembunyikan?" tanya Luther lagi.Ariana menjawab, "Nanti aku akan mencari kesempatan untuk memberi tahu Kakek, tapi bukan hari ini!""Ya, aku mengerti. Ada lagi yang ingin kamu sampaikan?" balas Luther dengan nada dingin."Tidak ada lagi," jawab Ariana. Setelah melontarka
"Oh? Benarkah? Kalau begitu, serahkan buktinya agar semua orang bisa melihatnya dengan jelas," kata Huston sambil tersenyum."Gulp ...." Mendengar laporan itu, Rigen langsung menelan ludahnya dan keringat dingin mulai mengalir. Hanya dalam waktu setengah hari saja, tidak mungkin semua rahasianya bisa terbongkar.Wirya mengeluarkan setumpuk dokumen dan meletakkannya di atas meja, lalu berkata dengan tegas, "Pertama, aku sudah menyelidiki masalah keuangan Tuan Rigen. Gaya hidup Tuan Rigen jauh melampaui gaji resminya. Dia punya 18 rumah mewah, puluhan kereta mewah, emas, barang antik, lukisan terkenal, dan lainnya. Total asetnya mencapai puluhan triliun.""Dengan gaji resmi Tuan Rigen, setidaknya perlu berhemat dan bekerja keras selama ribuan tahun untuk mengumpulkan puluhan triliun ini. Jadi, aku penasaran, dari mana semua harta ini berasal?"Begitu mendengar perkataan itu, semua mata langsung tertuju pada Rigen. Mereka tahu dia memang korupsi, tetapi mereka tidak menyangka jumlahnya ak
Huston melirik Rigen, lalu mengalihkan pandangannya pada para penasihat lainnya dan berkata sambil tersenyum dingin, "Aku juga akan menyelidiki kalian satu per satu dengan teliti. Lebih baik kalian memastikan diri kalian bersih. Kalau aku menemukan kesalahan atau kejahatan kalian sedikit saja, aku akan menindak kalian sesuai hukum. Nggak ada ampun."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang langsung menjadi panik. Mereka saling menatap dengan bingung dan jantung berdebar. Setelah menyadari Huston benar-benar marah, mereka semua memilih untuk diam dan hanya Rigen yang terus berteriak dengan marah. Mereka tidak menyangka kini malah mereka yang terkena dampaknya.Hampir semua pejabat memiliki catatan yang buruk setelah menjabat di pemerintahan, Raja biasanya hanya berpura-pura tidak tahu dan tidak mempermasalahkan hal ini dengan mereka. Namun, sekarang Huston ini jelas tidak ingin memberi mereka muka lagi. Jika Huston benar-benar menyelidiki mereka sampai ke akar, sebagian besar dari me
"Rigen, Rigen ... aku benar-benar nggak bisa membedakan kamu ini sengaja pura-pura bodoh atau memang bodoh?"Huston tertawa, tetapi tatapannya penuh dengan ketidakpedulian. "Kamu minta bukti fisik, aku sudah memberikannya. Kamu minta saksi, aku juga sudah menyediakannya. Sekarang bukti dan saksi sudah ada, bahkan pelaku sendiri sudah mengaku. Lalu, apa lagi yang kamu inginkan?""Hmph! Dunia politik ini penuh kegelapan. Aku cuma menuntut keadilan agar kamu nggak membunuh orang yang tak bersalah!" Rigen tetap berdiri tegak dengan sikap penuh keadilan.Beberapa pejabat yang tadi mendukungnya kini memilih diam. Mereka sadar bahwa Huston benar-benar marah. Tak ada yang berani terus menantangnya. Yang lebih penting, mereka kehilangan keyakinan mereka.Seperti yang Huston katakan, bukti-bukti kuat telah diletakkan di depan mereka. Tak ada lagi alasan untuk meragukannya.Rigen adalah bagian dari Keluarga Bennett, paman dari Huston. Dia bisa berbicara sesuka hati tanpa rasa takut. Namun, mereka
"Tuan Weker? Tuan Trisno?" Begitu melihat wajah kedua orang itu, Rigen langsung membelalakkan mata, tampak sangat terkejut. "Ka ... kalian? Gimana bisa jadi seperti ini?"Saat ini, dia benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin? Kedua orang ini adalah tokoh besar di Atlandia yang biasanya dihormati ke mana pun mereka pergi. Bahkan, dia sendiri harus memberi hormat kepada mereka.Namun, hanya dalam satu malam, dua pejabat berkuasa yang begitu terhormat telah berubah menjadi tahanan dengan rambut berantakan dan pakaian lusuh."Huston! Ini sudah keterlaluan!" Setelah terkejut, Rigen langsung meledak marah, bahkan cara dia memanggil Huston pun berubah. "Kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Mereka berdua adalah pilar utama Atlandia!""Mereka adalah tangan kanan Raja! Bahkan juga gurumu dan orang yang lebih tua darimu! Kamu malah memperlakukan mereka seperti ini. Apa kamu masih manusia?""Benar sekali! Mereka telah mengabdi dengan setia pada negara dan rakyat. Kesalahan apa yang mereka lakuk
"Pangeran Huston, jangan bicara sembarangan!" Rigen memasang ekspresi serius. "Aku selalu berjalan di jalan yang benar dan nggak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Aku pantas mendapatkan kepercayaan darimu, pantas mendapatkan kepercayaan rakyat. Aku nggak pernah mengecewakan siapa pun!""Kata-katamu terdengar sangat mulia. Kalau kamu memang bersih, kenapa nggak membiarkan Tim Penegak Hukum melakukan penyelidikan?" tanya Huston dengan suara dingin.Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi Rigen sedikit berubah dan menunjukkan sedikit rasa gelisah. Siapa pejabat yang tidak punya noda di masa lalunya? Jika benar-benar diselidiki, pasti akan ditemukan beberapa kesalahan. Meskipun kesalahan itu tidak terlalu serius, tetap saja akan mencemari reputasi.Namun, di hadapan begitu banyak rekan sejawat, dia tidak bisa menunjukkan kelemahan. Kalau tidak, bagaimana dia bisa terus berdiri di dunia politik dan mengaku sebagai pejabat yang bersih?"Silakan periksa!" Rigen mengangkat dagunya
Huston yang duduk di kursi mengamati para penasihat yang berpura-pura berwibawa itu dengan tenang dan tidak memberikan tanggapan sedikit pun. Dia bahkan menikmati tehnya dengan santai, seolah-olah tidak peduli dengan tuduhan mereka.Namun, sikap Huston yang cuek ini membuat Rigen dan yang lainnya mengernyitkan alis dan perlahan-lahan berhenti memprotes secara refleks. Mereka sudah berbicara dengan penuh semangat, tetapi Huston malah sama sekali tidak menanggapinya. Bukankah semua ini hanya sia-sia saja?Begitu protesnya perlahan-lahan mereda, Huston akhirnya berkata, "Sudah selesai? Kalau belum, silakan lanjutkan sampai kalian puas.""Pangeran Huston, kami sedang membahas masalah serius denganmu, sikap santaimu ini benar-benar sangat mengecewakan," kata Rigen dengan muram."Masalah serius? Heh ...."Huston mendengus. "Kalian bahkan nggak tahu mana yang benar dan salah pun sudah berani lantang dan menuduhku semena-mena. Bagiku, kalian sama saja sedang melawak.""Kamu ... sombong sekali!
"Apa kamu pantas duduk dan berbicara denganku?" kata Huston dengan tegas dan menusuk hati sampai Rigen langsung terdiam.Dalam sekejap, Rigen duduk kaku di tempatnya dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia benar-benar tidak menyangka Huston yang masih begitu muda ternyata memiliki lidah yang begitu tajam.Rigen tahu harga dirinya akan terjaga jika dia mengaku datang untuk urusan pribadi, tetapi dia akan kehilangan hak berbicara. Semua kata-kata yang sudah disiapkannya sebelumnya untuk menyerang Huston pun akan sia-sia. Namun, jika mengaku untuk urusan resmi, dia harus sopan dan memberi hormat pada Huston. Tidak peduli memilih yang mana pun, dia tidak mendapatkan keuntungan."Aku tanya sekali lagi, kalian datang untuk membahas urusan resmi atau pribadi?" tanya Huston dengan dingin."Urusan ... resmi," jawab Rigen akhirnya dengan terpaksa setelah berada dalam posisi sulit."Jadi? Apa begini sikapmu sebagai seorang penasihat?" tanya Huston.Mendengar perkataan itu, Rigen terpaksa berdi
Setelah satu malam penuh gejolak, Pasukan Api Merah ada yang mati, ada yang dipenjara, hingga akhirnya seluruh pasukan benar-benar lenyap.Bukan hanya itu, kediaman Jenderal Loland juga mengalami pembersihan besar-besaran. Semua harta hasil korupsi disita, sementara para pelaku kejahatan dijebloskan ke dalam penjara.Siapa pun yang memiliki keterkaitan dengan kediaman jenderal langsung ditempatkan dalam tahanan rumah dan diperiksa satu per satu. Sementara itu, orang yang menyebabkan semua ini, yakni Loland, kini menjadi buronan nomor satu.Selama dia belum tertangkap, Atlandia tetap dalam keadaan siaga penuh. Semua jalur transportasi utama diblokir, sementara regu patroli terus melakukan pencarian untuk menangkapnya.Banyak pejabat senior yang tidak mengetahui kebenaran di balik peristiwa ini merasa tidak puas dengan tindakan Huston yang mengerahkan pasukan besar-besaran untuk melakukan perburuan. Beberapa yang lebih radikal bahkan berkumpul di depan istana untuk melakukan protes keras
Dua kalimat ringan dari Huston terdengar seperti petir yang menyambar jantung ketiga orang itu.Jika mereka menjawab pertanyaan, mungkin masih ada secercah harapan untuk hidup. Namun, jika mereka tetap diam, satu-satunya jalan yang tersisa adalah kematian.Setelah bertahan hingga mencapai kejayaan dan kemakmuran saat ini, siapa yang rela mati jika masih bisa hidup? Namun, demi harga diri dan kehormatan, mereka enggan menanggung hinaan sebagai pengkhianat. Itu sebabnya, mereka tampak ragu.Mana yang lebih penting? Kehormatan dan nama baik, atau nyawa mereka? Ini adalah pilihan yang sulit."Waktu kalian hanya tersisa belasan detik. Kalau masih nggak mau bicara, kalian nggak akan punya kesempatan lagi." Suara Huston terdengar datar tanpa sedikit pun emosi, tetapi bagai belati yang menembus hati, membuat ketiga pemimpin Pasukan Api Merah itu berkeringat deras.Melihat waktu yang hampir habis, jenderal yang berada di sisi kiri akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Pangeran! Aku akan bicar