Siang harinya, Luther naik mobil menuju kediaman Keluarga Warsono. Kediaman itu terletak di sebuah sudut terpencil di tengah kota. Ukurannya tidak luas dan memiliki halaman kecil yang ditanami berbagai jenis bunga dan tanaman.Saat Luther turun dari mobil, dia langsung melihat Ariana yang berada di depan pintu. Awalnya, Luther bermaksud pura-pura tidak melihatnya, tetapi Ariana memanggilnya sebelum Luther masuk ke dalam rumah."Berhenti! Aku ingin bicara denganmu!" seru Ariana."Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Luther. Keduanya saling membelakangi."Kondisi kesehatan Kakek belakangan ini kurang baik. Aku masih belum memberitahunya masalah perceraian kita agar dia tidak stres.""Menurutmu, apa hal seperti ini bisa disembunyikan?" tanya Luther lagi.Ariana menjawab, "Nanti aku akan mencari kesempatan untuk memberi tahu Kakek, tapi bukan hari ini!""Ya, aku mengerti. Ada lagi yang ingin kamu sampaikan?" balas Luther dengan nada dingin."Tidak ada lagi," jawab Ariana. Setelah melontarka
Dua botol arak dengan kemasan lama itu segera ditunjukkan di depan semua orang. Selanjutnya, Keenan mulai mencemoohnya, "Hehe .... Aku kira barang bagus apa, ternyata hanya dua botol arak murah."Keenan menghina, "Arak seperti ini harganya hanya 4 juta sebotol, sama sekali tidak berharga. Bagaimana arak ini bisa dibandingkan dengan Romanee Conti dari Wandy?""Benar! Arak ini tidak berharga, mana ada orang yang mau meminumnya!" kata seseorang menimpali ucapan Keenan. Sebenarnya, arak itu tidak terlalu buruk. Hanya saja, harganya jauh berbeda jika dibandingkan dengan Romanee Conti."Huh! Nggak malu bawa arak murahan seperti ini? Benar-benar memalukan!" ejek Helen."Arak ini cukup terkenal di negara kita, kenapa kalian menyebutnya barang murahan? Apa hanya anggur dari luar negeri yang berharga?" kata Luther dengan tenang."Anggur dari Wandy harganya ratusan juta sebotol, arakmu hanya 4 juta. Menurutmu, arak itu tidak murahan?" Ekspresi Keenan terlihat mengejek."Anggur mahal belum tentu b
"Ayah, apa kamu sedang bercanda? Ini arak berharga?" Mata Keenan membelalak karena tidak percaya dengan ucapan Edwin."Benar, Edwin! Arak ini berwarna kuning dan keruh. Apa ini bukan arak palsu?" tanya Helen dengan ekspresi yang sama kagetnya."Kalian tidak mengerti. Warna semua arak memang seperti ini. Makin lama usianya, makin gelap pula warnanya. Orang yang mengerti tentang arak pasti tahu hal ini," jelas Edwin.Mendengar kata ini, ekspresi semua orang langsung berubah menjadi aneh. Sebelumnya, mereka masih bersikeras bahwa itu adalah arak palsu. Namun, tak disangka dalam sekejap mereka dipermalukan oleh kenyataannya.Jika orang lain yang mengatakan hal itu, mereka mungkin masih tidak percaya. Namun, Edwin adalah orang yang berpengalaman dengan arak. Jadi, penilaiannya tidak mungkin salah."Aku beruntung pernah mencicipi arak ini sekali saat menemani para eksekutif dulu. Jadi, aku ingat jelas rasanya. Arak ini bahkan lebih harum dan lembut dibandingkan yang aku minum sebelumnya. Ara
Wandy tiba-tiba memukul meja dan berkata dengan lantang, "Para tetua dan sahabat, aku akan memberi tahu kalian sebuah kabar baik. Perusahaan Farmasi Yohan kami belakangan ini berencana untuk menambah modal dan ekspansi saham. Apakah ada yang tertarik?""Menambah modal dan ekspansi saham?"Mendengar perkataan itu, pandangan semua orang mengarah ke Wandy. Perlu diketahui, Perusahaan Farmasi Yohan adalah perusahaan berkualitas tinggi. Perusahaan ini termasuk perusahaan terbaik di dunia kesehatan di Jiloam.Sebelumnya, saham perusahaan ini sangat sulit didapatkan. Sekarang, mereka malah tiba-tiba ingin menambah modal dan ekspansi saham. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan bagi semua orang."Pak Wandy, kenapa ingin ekspansi saham? Apa perusahaan mengalami masalah keuangan?" tanya Ariana dengan penasaran."Tentu saja tidak. Kami membuat keputusan ini karena kami ingin masuk ke pasaran."Wandy tersenyum dan menjelaskan, "Semuanya juga tahu prestise dan kemampuan Perusahaan Farmasi Yohan. Me
"Apa katamu?" Senyuman Wandy menjadi kaku. Dia ragu apakah dia salah mendengar perkataan Luther."Aku bilang, aku sama sekali tidak tertarik dengan perusahaan yang hampir bangkrut." Luther mengulangi perkataannya."Bangkrut?" Begitu ucapan Luther dilontarkan, semua orang menjadi tercengang dan tidak sanggup meresponsnya."Omong kosong!" Wandy terkejut dan terus-menerus membantah, "Perusahaan Farmasi Yohan maju pesat dan sangat sukses, mana mungkin bisa bangkrut? Jangan menakut-nakuti orang!""Aku yakin kamu sendiri sangat jelas apakah aku sedang menakut-nakuti orang atau tidak. Lagi pula, aku baru saja menerima informasi Perusahaan Farmasi Yohan kalian disegel karena menjual obat palsu dan akan segera bangkrut." Perkataan Luther mengejutkan semua orang."Menjual obat palsu? Disegel?"Pada saat ini, semua orang menjadi makin tercengang. Pandangan mereka secara tidak sadar beralih ke Wandy."Omong kosong! Benar-benar omong kosong!""Luther! Kuperingatkan kamu jangan menyebarkan fitnah di
Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi semua orang berubah drastis. Mana mungkin mereka akan melepaskan kesempatan langka untuk menjadi kaya ini begitu saja?"Wandy, jangan banyak bicara dengan bocah ini, jelas-jelas dia iri padamu. Kami semua berbeda dengannya, kami percaya padamu!" kata Helen dengan tegas."Benar! Urusan saham ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tadi kamu sudah berjanji pada kami," ujar semua orang dengan serempak. Sambil berbicara, pandangan mereka beralih ke arah Luther dan menatapnya dengan garang."Luther! Kuperingatkan ya, jangan menghalangi kesempatan kami untuk menjadi kaya! Kalau nggak, jangan harap aku akan segan-segan padamu!""Betul! Kalau kamu berani bicara sembarangan lagi, keluar saja dari sini!" Semua orang mengecam Luther dengan serentak. Bagi mereka, Luther memang sengaja mencemarkan nama baik Wandy untuk menghalangi mereka mendapatkan uang. Dasar manusia licik!"Kalian begitu percaya pada Wandy, ya? Pernahkah kalian berpikir, bagaimana kalau dia
Keesokan paginya di kediaman Darwin. Sebagai orang terkaya di Jiloam, Darwin sedang duduk santai dan minum teh bersama seorang pria tua."Pak Farel, kali ini benar-benar sangat disayangkan. Wanita itu terlalu cerdik, sebelum efek obatnya bereaksi, dia sudah pergi. Kalau tidak, dia pasti sudah jatuh ke tanganku hari ini!" ujar Darwin dengan sedikit penyesalan."Tuan Darwin, jangan khawatir. Obat yang kuberikan itu tidak akan bisa diatasinya. Kalau tidak ingin mati, dia pasti akan datang untuk memohon pada Anda. Ketika saatnya tiba, Anda bisa bermain dengannya sepuasnya," kata Pak Farel sambil tersenyum."Benarkah? Baguslah kalau begitu!" Mata Darwin langsung berbinar. Dia sudah lama mendambakan wanita cantik nan berbahaya seperti Bianca. Hanya dengan membayangkan bisa bermain-main dengan wanita itu di atas ranjang, hati Darwin langsung berdebar tak terkendali."Tuan Darwin ...." Pada saat itu, seorang pengawal mendekat dan berbisik di telinga Darwin."Apa? Adi meninggal?!" Setelah mende
"Pemimpin dari Tiga Bos Besar di Jiloam, Darwin Sudarmo!" jawab Ariana."Apa? Tuan Darwin?" Begitu ucapan itu dilontarkan, Julie langsung membelalakkan matanya dengan kaget. Semua orang tahu bahwa Tuan Darwin sangat berkuasa di Jiloam.Adi hanyalah preman yang menguasai Kota Easton, sementara Darwin adalah penguasa sesungguhnya di Jiloam! Saking besarnya kekuasaan Darwin, dia bahkan bisa bertindak sesuka hatinya! Dia memiliki banyak sekali koneksi dalam bidang perdagangan, politik, maupun militer. Siapa pun yang menyinggung Darwin akan berakhir mengenaskan!"Bu Ariana, maksud Anda, Tuan Darwin juga terlibat dalam masalah ini?" tanya Julie sembari menelan liurnya."Bisa jadi, Adi adalah bawahan Darwin. Kini, setelah Adi meninggal, Darwin pasti akan mulai menyelidikinya. Kalau masalah ini memang ulah Luther, gawatlah nasibnya!" ujar Ariana dengan wajah serius."Kalaupun begitu, seharusnya dia menyalahkan Luther. Tidak ada hubungannya dengan kita, 'kan?" tanya Julie mencari tahu."Tergant
"Apa?" Ekspresi Harit berubah drastis melihat Jimat Pengekang Jiwa yang meledak. Dia tidak menyangka di saat genting seperti ini, tiba-tiba muncul sebilah pedang yang menghancurkan semuanya.Kapan pedang ini muncul? Kenapa dia tidak merasakan apa pun? Sebelum Harit bereaksi, pedang hitam itu kembali bergerak. Terdengar raungan ringan, seolah-olah pedang itu memiliki spiritualitas. Pedang itu berputar di udara, lalu memelesat ke arah Jimat Pemindah Gunung dengan cepat.Bam! Jimat Pemindah Gunung yang melayang di udara hancur begitu saja, lalu berubah menjadi cahaya kuning. Pada saat yang sama, tubuh Luther menjadi ringan kembali.Luther merentangkan tangannya dengan perlahan. Setelah berputar satu putaran, pedang itu mendarat di tangan Luther. "Jimat Magis memang luar biasa. Hari ini aku akhirnya punya kesempatan untuk merasakannya sendiri."Luther memegang pedang dengan satu tangannya. Bibirnya menyunggingkan senyuman. Tatapannya menjadi lebih serius. Meskipun Jimat Pemindah Gunung tid
"Masa? Karena kamu begitu percaya diri, kita lihat saja nanti." Yusril tersenyum tipis. Dia merasa sangat senang karena punya kesempatan untuk membuat Logan kesal.Bagaimanapun, Logan kalah dari Azka waktu itu. Sejak saat itu, Logan terus ditekan oleh Azka. Dengan kata lain, Azka adalah momok di hati Logan. Itu adalah trauma yang tak pernah terhapuskan.Ketika keduanya sedang berdebat di kursi penonton, situasi pertarungan di arena mengalami perubahan. Harit mulai kehabisan energi astral. Dia harus mengaktifkan Mantra Cahaya Emas, juga harus menggunakan Teknik Halilintar. Hal ini membuatnya agak kewalahan.Di sisi lain, Luther terus mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menyerang. Luther pun hanya mengerahkan energi sejati saat melawan Teknik Halilintar. Jika situasi terus berlanjut, Harit tentu akan kalah."Aku harus segera mengakhiri pertarungan ini!" Harit menggertakkan giginya saat melihat energi astralnya tidak cukup lagi. Dia memutuskan untuk menggunakan jurus andalannya.
Ketika melihat arus listrik itu memelesat ke arahnya, Luther sama sekali tidak menghindar. Dia membentuk tombak dengan energi sejatinya dan menikam ke depan. Dia ingin mencoba sehebat apa Teknik Halilintar.Energi sejati dan Teknik Halilintar berbenturan. Seketika, kilat dan guntur menyambar. Energi meluap ke mana-mana. Serangan keduanya saling menetralkan. Tidak ada yang kalah.Pada saat yang sama, keduanya pun tidak berpangku tangan. Mereka lanjut menyerang dengan mengandalkan fisik. Suara pertarungan memenuhi seluruh arena."Aku nggak nyangka Luther setara dengan Harit. Ini di luar ekspektasiku.""Luther memang hebat. Apa yang perlu diherankan?""Kamu nggak ngerti. Luther ahli dalam pedang. Tapi, dia juga bisa melawan Mantra Cahaya Emas dan Teknik Halilintar Harit dengan mengandalkan fisiknya. Bisa dilihat, dia kuat sekali!""Ya. Kalau Harit ingin menang, sepertinya dia hanya bisa mengandalkan Jimat Magis. Tapi, jimat itu terlalu kuat."Sambil menyaksikan pertarungan sengit di arena
Seketika, semua orang bersorak dan bertepuk tangan untuk memberi dukungan. Luther dan Harit pun menaiki arena.Semua orang sangat menantikan hasil pertarungan terakhir ini. Baik itu Harit ataupun Luther, keduanya sama-sama hebat. Harit berhasil mengalahkan Kiehl yang merupakan ahli bela diri urutan kesembilan di Peringkat Genius. Reputasinya sangat besar sekarang. Sementara itu, Luther mengalahkan para ahli bela diri dari luar negeri. Dia juga menunjukkan kekuatan yang sangat hebat."Menurut kalian siapa yang bakal menang?""Seharusnya Harit, 'kan? Soalnya dia murid pribadi Gunung Narima. Dia sudah menguasai Mantra Cahaya Emas, Teknik Halilintar, juga Jimat Magis. Dia juga punya senjata Sekte Talasi. Kiehl saja bukan lawannya. Kesenjangan mereka pasti sangat besar.""Belum tentu! Aku rasa kita nggak bisa meremehkan Luther. Dia sangat misterius. Dia sepertinya menguasai semua teknik. Sampai sekarang, aku nggak bisa menilai kemampuannya.""Kita nonton saja. Hasilnya pasti terlihat nanti.
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi
"Foniks Terbang!" Di bawah tekanan dahsyat, Mario mengeluarkan seluruh potensinya. Energi astral disalurkan ke dalam pedangnya. Cahaya perak memancar dengan kuat.Saat berikutnya, Mario meloncat dan bersatu dengan pedangnya. Dia menjelma menjadi foniks raksasa yang meraung sambil memelesat ke arah pedang emas.Keseluruhan foniks itu berwarna perak. Foniks itu mengepakkan sayapnya, membuat angin kencang berembus. Tekanan besar ini membuat foniks itu seolah-olah ingin membumbung tinggi ke angkasa.Setelah berjeda, foniks perak tiba-tiba berbalik ke arah pedang emas. Bam! Lagi-lagi terdengar suara yang memekakkan telinga. Energi dahsyat membuat tanah bergetar.Perisai petir biru juga terus berguncang, seperti akan hancur. Di pusat ledakan, pedang emas dan foniks tampak berhadapan.Namun, pedang emas itu seperti gunung besar yang terus menerus menekan foniks raksasa. Pada akhirnya, foniks itu tidak tahan lagi dan terjatuh.Seketika, asap mengepul dan batu beterbangan. Guncangan menjadi mak
Keseluruhan bayangan foniks itu berwarna merah, membuatnya terlihat seperti matahari yang menyilaukan. Sayap foniks pun memancarkan cahaya aneh.Ketika menghadapi pedang emas itu, bayangan foniks meraung dan mengepakkan sayapnya. Saat berikutnya, dia terbang dan membentur pedang emas.Di bawah tatapan semua orang, cahaya merah dan cahaya emas berbenturan. Duar! Terdengar gemuruh. Seluruh arena berguncang.Gelombang energi yang disebabkan oleh ledakan menyapu ke sekeliling. Untung saja, masih ada perisai petir biru dari Nabel yang melindungi para penonton.Cahaya biru memancar dengan kuat. Perisai pun bergetar, seolah-olah akan hancur kapan saja. Saat melihat ini, Nabel tidak berani ragu-ragu. Dia datang ke pusat formasi untuk menyalurkan energi sejatinya supaya perisai tidak hancur."Tekanan ini mengerikan sekali. Seperti ini kekuatan ahli bela diri top? Luar biasa!""Aku tahu Hasta kuat, tapi aku nggak nyangka Mario yang tak terkenal ini juga begitu hebat. Dia memperlihatkan tekanan y
Di arena, Mario berdiri dengan gagah sambil menggenggam pedangnya. Wajahnya dipenuhi senyuman saat menatap Hasta. "Hasta, aku nggak nyangka kita bakal ketemu sekarang. Sepertinya pertarungan ini tak terelakkan."Hasta memang genius yang diakui semua orang, tetapi Mario juga tidak kalah hebatnya. Hanya saja, dia selalu bersikap rendah hati dan tidak mengejar ketenaran. Selama ini, dia hanya fokus pada kultivasinya.Kali ini, Mario berpartisipasi dalam kompetisi pun bukan untuk menjadi terkenal, melainkan untuk menguji kemampuannya. Terus bersembunyi tidak akan membuatnya tumbuh. Dengan melawan lawan yang lebih kuat, dia baru bisa berkembang."Kamu bukan lawanku. Sebaiknya mengaku kalah," ucap Hasta dengan dingin. Dia tidak ingin membunuh saudara seperguruannya."Kita belum bertarung. Gimana bisa kamu tahu aku selemah itu?" Mario masih tersenyum. "Aku bergabung dengan Sekte Pedang lebih awal darimu. Kamu memang genius, tapi aku nggak bodoh. Seharusnya nggak semudah itu untuk menang darik
Ozias memang kalah, tetapi reputasinya tidak menurun. Para penggemar wanita itu masih terus meneriakkan namanya. Ini adalah situasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Ternyata, tampan memang menguntungkan."Tuan Ozias, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Yuki dengan penuh perhatian setelah Ozias kembali ke tempat duduknya."Cuma luka kecil, bukan masalah." Ozias menggeleng sambil tersenyum. Meskipun tersenyum, tatapannya justru terlihat agak sedih.Ozias mengikuti kompetisi ini bukan hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dari orang lain. Masuk delapan besar sudah termasuk hebat, tetapi Ozias masih ingin lebih. Sayangnya, kemampuannya kalah dari orang lain. Hanya saja, dia merasa puas karena lawannya adalah Adam."Kamu sudah sangat hebat. Banyak murid sekte besar kalah darimu. Nggak usah dipikirkan," hibur Elsa."Ya, kamu jauh lebih hebat dariku. Aku saja nggak bisa masuk 16 besar. Lihat dirimu sekarang, kamu menjadi sangat terkenal. Banyak or