Begitu ucapan itu dilontarkan, ekspresi semua orang berubah drastis. Mana mungkin mereka akan melepaskan kesempatan langka untuk menjadi kaya ini begitu saja?"Wandy, jangan banyak bicara dengan bocah ini, jelas-jelas dia iri padamu. Kami semua berbeda dengannya, kami percaya padamu!" kata Helen dengan tegas."Benar! Urusan saham ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tadi kamu sudah berjanji pada kami," ujar semua orang dengan serempak. Sambil berbicara, pandangan mereka beralih ke arah Luther dan menatapnya dengan garang."Luther! Kuperingatkan ya, jangan menghalangi kesempatan kami untuk menjadi kaya! Kalau nggak, jangan harap aku akan segan-segan padamu!""Betul! Kalau kamu berani bicara sembarangan lagi, keluar saja dari sini!" Semua orang mengecam Luther dengan serentak. Bagi mereka, Luther memang sengaja mencemarkan nama baik Wandy untuk menghalangi mereka mendapatkan uang. Dasar manusia licik!"Kalian begitu percaya pada Wandy, ya? Pernahkah kalian berpikir, bagaimana kalau dia
Keesokan paginya di kediaman Darwin. Sebagai orang terkaya di Jiloam, Darwin sedang duduk santai dan minum teh bersama seorang pria tua."Pak Farel, kali ini benar-benar sangat disayangkan. Wanita itu terlalu cerdik, sebelum efek obatnya bereaksi, dia sudah pergi. Kalau tidak, dia pasti sudah jatuh ke tanganku hari ini!" ujar Darwin dengan sedikit penyesalan."Tuan Darwin, jangan khawatir. Obat yang kuberikan itu tidak akan bisa diatasinya. Kalau tidak ingin mati, dia pasti akan datang untuk memohon pada Anda. Ketika saatnya tiba, Anda bisa bermain dengannya sepuasnya," kata Pak Farel sambil tersenyum."Benarkah? Baguslah kalau begitu!" Mata Darwin langsung berbinar. Dia sudah lama mendambakan wanita cantik nan berbahaya seperti Bianca. Hanya dengan membayangkan bisa bermain-main dengan wanita itu di atas ranjang, hati Darwin langsung berdebar tak terkendali."Tuan Darwin ...." Pada saat itu, seorang pengawal mendekat dan berbisik di telinga Darwin."Apa? Adi meninggal?!" Setelah mende
"Pemimpin dari Tiga Bos Besar di Jiloam, Darwin Sudarmo!" jawab Ariana."Apa? Tuan Darwin?" Begitu ucapan itu dilontarkan, Julie langsung membelalakkan matanya dengan kaget. Semua orang tahu bahwa Tuan Darwin sangat berkuasa di Jiloam.Adi hanyalah preman yang menguasai Kota Easton, sementara Darwin adalah penguasa sesungguhnya di Jiloam! Saking besarnya kekuasaan Darwin, dia bahkan bisa bertindak sesuka hatinya! Dia memiliki banyak sekali koneksi dalam bidang perdagangan, politik, maupun militer. Siapa pun yang menyinggung Darwin akan berakhir mengenaskan!"Bu Ariana, maksud Anda, Tuan Darwin juga terlibat dalam masalah ini?" tanya Julie sembari menelan liurnya."Bisa jadi, Adi adalah bawahan Darwin. Kini, setelah Adi meninggal, Darwin pasti akan mulai menyelidikinya. Kalau masalah ini memang ulah Luther, gawatlah nasibnya!" ujar Ariana dengan wajah serius."Kalaupun begitu, seharusnya dia menyalahkan Luther. Tidak ada hubungannya dengan kita, 'kan?" tanya Julie mencari tahu."Tergant
Berita mengenai kematian Adi masih belum mereda, keesokan harinya kembali terdengar rumor yang menggemparkan. Keluarga Caonata telah menentukan mitra untuk perusahaan mereka dan akan mengumumkannya pada acara peresmian mereka hari ini. Begitu berita ini tersebar, banyak sekali orang yang berbondong-bondong datang untuk mengucapkan selamat kepada mereka.Pukul 8 pagi, di depan Gedung Victory telah dipadati mobil mewah dan banyak sekali pengunjung. Namun, Bianca yang merupakan salah satu tokoh utama dalam acara peresmian kali ini masih belum tiba. Sebaliknya, dia masih bersantai sambil menikmati kopinya di sebuah kafe."Tuan Luther, di sini." Begitu melihat Luther datang, Bianca langsung berdiri dan melambaikan tangannya."Bukankah hari ini adalah acara peresmian perusahaan barumu? Kenapa kamu mengundangku ke sini?" ujar Luther seraya duduk di seberang Bianca.Hari ini, Bianca mengenakan kemeja putih dan rok ketat. Rambutnya yang hitam legam diikat kucir kuda, membuatnya tampak dewasa da
"Seingatku, sepertinya Ariana nggak mengundangmu? Kenapa mukamu setebal itu?" tanya Wandy sambil mencibir."Aku yang mengundang Luther, kenapa? Kamu keberatan?" Bianca tiba-tiba melangkah maju, auranya yang kuat membuat Wandy secara refleks mundur dua langkah."Huh! Masa seorang pria dewasa butuh dilindungi seorang wanita?" ejek Wandy. Lalu, dia melanjutkan, "Kamu juga sama saja. Cepat atau lambat, kamu akan menyesal mengikuti pecundang seperti dia ini!""Mau menyesal atau tidak, apa hubungannya denganmu? Pergi sana!" balas Bianca dengan ketus. Tanpa mengindahkan ucapan Wandy, Bianca langsung mengaitkan lengannya pada Luther dan berjalan masuk ke lokasi acara."Dasar jalang! Sombong sekali, suatu saat aku akan menidurimu!" Melihat sosok kedua orang itu yang menjauh, Wandy menggertakkan giginya dengan marah. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa Luther bisa didekati oleh begitu banyak wanita cantik."Wandy, kamu juga datang untuk menghadiri acara ini?" Pada saat itu, seorang pria yang
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang datang untuk memberikan selamat. Seisi ruangan itu dipenuhi dengan tamu-tamu. Di atas panggung sedang menampilkan pertunjukan tarian yang mengagumkan. Di bawah panggung, kelompok-kelompok tamu berbaur dengan membawa minuman sambil berbincang-bincang dengan ceria."Ariana, tempat ini benar-benar bagus. Mulai sekarang kamu akan menjadi pemilik di sini, ya?" Helen melihat-lihat dengan antusias."Ibu, aku hanya mitra dari Keluarga Caonata. Meskipun perusahaan ini didirikan bersama-sama, aku hanya pemegang saham kedua," jelas Ariana."Menjadi pemegang saham kedua juga tidak buruk. Setelah bergabung dengan Keluarga Caonata, kita akan bisa hidup nyaman di masa depan!" seru Helen menyatakan kepuasannya."Kak! Kariermu sekarang sedang berkembang pesat, pasti sudah mendapat banyak uang, 'kan? Kapan kamu akan membelikan mobil yang lebih bagus untukku?" kata Keenan yang mencoba menyenangkan kakaknya."Aku memberikan uang saku yang cukup banyak u
Meskipun Ariana sangat cantik, ayah Trevor telah berkali-kali memperingatkannya untuk tidak berurusan dengan wanita ini."Tuan Trevor terlalu berlebihan." Ariana menjawab dengan sopan."Ariana, aku punya kabar baik untukmu." Tiba-tiba, Wandy mengubah topik, "Tadi Tuan Trevor mengatakan bahwa Ratu Bisnis Keluarga Caonata juga akan datang secara pribadi ke acara peresmian hari ini.""Oh ya? Benarkah? Syukurlah!" Ariana terkejut dan mengangkat alisnya.Sebab, biasanya Direktur Utama Grup Caonata yang menandatangani kontrak atau membicarakan hal-hal terkait perusahaan baru. Ariana sendiri juga belum pernah bertemu dengan pewaris Keluarga Caonata.Tentu saja, dia telah banyak mendengar nama Bianca. Sejak Tuan Jericho mundur dari dunia bisnis, Bianca sendiri yang menangani semua urusan bisnis di Keluarga Caonata dan membuatnya semakin sukses. Pada suatu titik, Ariana merasa dirinya memiliki kemiripan dengan Bianca. Bahkan, dia memandang Bianca sebagai panutan yang ingin dia kejar.Namun, hin
"Ternyata dia?" Melihat sosok Bianca di atas panggung, Ariana seketika tertegun. Dia tidak pernah menyangka bahwa Nona Bianca yang dinanti-nantikannya itu ternyata adalah wanita yang menjadi saingannya selama ini?"Ibu! Bukankah dia pelakor itu? Kenapa dia yang naik ke panggung?" ujar Keenan dengan mata membelalak. Dia masih belum menyadari apa yang sedang terjadi."Nggak mungkin, 'kan? Jangan-jangan ... dia Nona Bianca?" Helen tercengang hingga bibirnya gemetaran. Dia tidak percaya bahwa ternyata wanita yang selama ini dianggapnya pelakor itu ternyata putri dari Keluarga Caonata!"Kenapa? Kenapa dia?" Pada saat ini, Wandy juga terkejut dan wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Dia tidak pernah menyangka bahwa wanita yang selalu berada di sisi Luther itu ternyata adalah seorang Ratu Bisnis Jiloam yang sangat dihormati oleh semua orang.Mengingat kembali perlakuannya terhadap Bianca sebelumnya, Wandy sontak dibanjiri keringat dingin. Bagaimana ini? Sepertinya dia telah menyinggung Bianca
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke