"Omong kosong! Kalau bukan orang-orang dari Paviliun Lingga, apa itu orang-orang dari kediaman Raja Atlandia?" teriak Yusuf dengan mata yang memerah.Luther mengakui dengan jujur, "Benar, mereka memang orang-orangku. Saat kamu memimpin pasukan untuk menyergap kami, pasukan sudah memanfaatkan kesempatan itu untuk masuk dan merebut markasmu. Sekarang tempat ini sudah menjadi milikku."Yusuf berteriak dengan ekspresi ganas, "Gerald, kamu nggak perlu menakut-nakutiku. Meskipun kali ini aku memimpin banyak pasukan elite keluar, masih ada setidaknya tiga puluh ribu pasukan di markas. Ditambah lagi dengan berbagai pertahanan, nggak mungkin merebutnya dalam waktu singkat tanpa ratusan ribu pasukan.""Aku sudah mengawasi Pasukan Naga Hitam kalian. Kalau kamu mengerahkan ratusan ribu pasukan, mana mungkin aku nggak tahu."Luther berkata dengan ekspresi serius, "Siapa yang bilang aku mengarahkan Pasukan Naga Hitam? Apa yang kamu pikirkan, aku juga bisa memikirkannya. Jadi, untuk memusnahkan kalia
"Yusuf, kamu sudah membawa bencana bagi negara dan rakyat dan dosamu sangat besar. Segera menyerahlah. Kalau nggak, kamu akan mati," kata Misandari dengan nada dingin dan penuh wibawa sambil tetap memegang sebuah token emas yang mewakili kekuasaan raja.Kali ini, Misandari datang ke Atlandia bersama dengan Luther adalah untuk menangani sisa-sisa dari Paviliun Lingga, sehingga dia telah mempersiapkan berbagai hal. Token militer emas ini adalah pemberian langsung dari ayahnya untuk berjaga-jaga dan untungnya sangat berguna. Jika tidak, dia tidak mungkin mengerahkan pasukan dari provinsi lain, apalagi dua ratus ribu Pasukan Macan Putih."Kenapa? Kenapa bisa menjadi seperti ini?" Setelah melihat token militer emas milik Misandari, Yusuf mundur dengan terhuyung-huyung dan ekspresi putus asa. Darah merah yang mengalir dari mulut dan hidungnya pun makin banyak."Yusuf, kamu sudah kalah dan nggak mungkin untuk bangkit kembali. Mulai sekarang, Paviliun Lingga akan lenyap dan kalian yang bersemb
Sementara itu, Yusuf terlempar hingga puluhan meter jauh dan terus menyemburkan darah. Seluruh tangan kanannya sudah hancur dan Tombak Gentala Merah juga terlempar jauh. Dia berbaring di tanah dalam keadaan sekarat."Pangeran Gerald, kamu baik-baik saja?" Fuso segera maju dan memapah tubuh Luther yang bergetar."Aku baik-baik saja ...." Luther merasa aliran darah di tubuhnya tidak stabil, lengannya mati rasa hingga hampir tidak bisa memegang pedangnya.Meskipun Yusuf sudah terluka parah, serangan dengan seluruh tenaga tadi tetap bisa diremehkan sampai membuat Luther muntah darah. Untungnya, Racun Dewata di dalam tubuh Yusuf sudah bereaksi. Jika tidak, hari ini mereka mungkin belum tentu bisa mengalahkan Yusuf."Kenapa? Aku nggak terima ... aku nggak terima!" kata Yusuf dengan lemah sambil tengkurap di tanah dengan tangannya meremas tanah dan meninggalkan jejak yang panjang pada tanah. Wajahnya yang memang sudah jelek, sekarang menjadi makin mengerikan."Apa ada pesan terakhir?" Luther
Yusuf telah mati sehingga Paviliun Lingga telah binasa. Para prajurit yang tersisa tidak akan bisa melakukan gebrakan apa pun.Tentunya, Luther tidak akan melonggarkan kewaspadaannya. Dia sudah memberi perintah bahwa siapa pun yang memiliki hubungan dengan Paviliun Lingga akan masuk ke daftar penangkapannya. Kalau mengambil inisiatif untuk menyerah, Luther akan mengampuni mereka. Kalau bersikeras melawan, mereka hanya akan mati."Gerald! Selamat! Kamu akhirnya membinasakan Paviliun Lingga!" seru Yogi. Dia menendang jasad Yusuf untuk memastikan Yusuf sudah mati, lalu tersenyum gembira."Semua ini berkat kamu. Kalau nggak ada pasukanmu yang memutus jalan Yusuf, mungkin saja dia sudah bebas," sahut Luther. Demi membunuh Yusuf, Luther sampai memeras otaknya dan mempertaruhkan nyawa sendiri. Untungnya, usahanya tidak sia-sia."Sebenarnya aku nggak melakukan apa pun. Kamu seharusnya berterima kasih pada Putri." Yogi pun berbalik, lalu tersenyum nakal sambil meneruskan, "Dia benar-benar sibuk
"Gerald, orang-orangmu sudah datang," ujar Yogi sambil memandang ke depan.Terlihat sekelompok prajurit yang bersenjata lengkap muncul di ujung jalanan. Semuanya memakai zirah hitam dan membawa pedang. Aura yang dipancarkan sungguh luar biasa. Meskipun dari jauh, Luther dan lainnya bisa merasakan tekanan mereka. Mereka tidak lain adalah Pasukan Naga Hitam."Sepertinya Bahran berhasil ditangkap," ucap Misandari sambil memicingkan mata.Yang memimpin Pasukan Naga Hitam adalah Huston. Sebelumnya Huston membawa ribuan orang menerobos kepungan dan memancing pasukan elite Paviliun Lingga masuk ke perangkap. Kemudian, mereka menang karena kekuatan tempur pasukan yang luar biasa. Lebih dari 5.000 musuh tewas, sedangkan sisanya ditangkap.Makin Pasukan Naga Hitam mendekat, tekanan yang dirasakan sontak makin besar. Pasukan Macan Putih yang berada di tembok kota bahkan merasa gugup dan takjub.Menurut rumor, Pasukan Naga Hitam adalah yang paling kuat di Negara Drago. Sejak pasukan ini dibentuk,
"Pa ... Pangeran," sapa Bahran yang berlutut sambil menatap wajah dingin Luther dengan ekspresi rumit.Bahran merasa terkejut dan bersyukur, tetapi lebih merasa bersalah. Ketika disergap oleh Pasukan Naga Hitam, dia tahu bahwa Paviliun Lingga sudah kalah.Sesuai dugaannya, markas rahasia Paviliun Lingga hancur dan Yusuf mati. Kini, Bahran pun menjadi sandera. Meskipun demikian, dia tidak merasa enggan dan justru merasa lega.Bahran memang anggota Paviliun Lingga, tetapi dia sudah tinggal di Atlandia selama bertahun-tahun. Atlandia adalah rumahnya. Semua orang yang dikenalnya adalah keluarganya.Faktanya, Bahran membantu Yusuf juga karena terpaksa. Itu sebabnya, dia merasa sangat dilema sampai sekarang. Bisa dibilang, dia bisa berakhir seperti ini karena akibat dari perbuatannya sendiri."Bahran, kamu pasti nggak menduga hasilnya akan seperti ini, 'kan? Kamu dan Yusuf kalah. Apa lagi yang ingin kamu katakan sekarang?" tanya Luther dengan dingin."Nggak ada yang bisa kukatakan. Pangeran
"Di mana peta itu?" tanya Luther."Di ruang bawah tanah Yusuf. Aku bisa membawamu ke sana," ujar Bahran."Ruang bawah tanah?" Huston memicingkan mata dan memperingatkan, "Bahran, sebaiknya kamu jangan macam-macam atau kami akan bertindak kejam!"Bangunan seperti ini biasanya dilengkapi dengan jebakan dan senjata tersembunyi. Itu sebabnya, Huston khawatir Bahran berniat jahat pada mereka."Sekarang aku sudah kalah telak. Aku nggak akan berani macam-macam," ucap Bahran dengan raut wajah getir."Bawa jalan." Luther tidak berbasa-basi. Dia mengangguk kepada kedua prajurit untuk membawa Bahran."Sebentar, aku butuh salah satu tangan Yusuf untuk membuka brankas di ruang bawah tanah," ujar Bahran."Mudah saja." Huston sontak menghunuskan pedangnya dan memotong tangan kanan Yusuf. Dia menyodorkannya kepada Bahran dan berkata, "Nah, untukmu."Bahran tertegun sesaat. Akan tetapi, dia tidak berani berbasa-basi sehingga segera memimpin jalan. Tidak berselang lama, mereka pun memasuki markas dan ti
"Bahran, kenapa diam saja? Kamu menungguku berfoto denganmu? Cepat keluarkan peta itu!" perintah Jayden yang merasa kesal. Dia hanya bisa melampiaskan amarahnya kepada Bahran."Ya, ya. Sebentar." Bahran tidak berani berlama-lama. Dia segera datang ke depan pintu, lalu mengeluarkan tangan Yusuf dan menekan area tengah dengan pelan.Bip! Pintu yang berat terbuka secara perlahan, memperlihatkan brankas besi. Ukuran brankas itu sekitar 100 meter. Di bagian tengahnya, terlihat setumpuk emas yang jauh lebih tinggi dari manusia. Selain emas, masih ada berbagai harta karun yang tak ternilai harganya."Ini gudang pribadi Yusuf. Dia menyimpan semua barang yang disukainya di sini," jelas Bahran."Hm, banyak juga." Huston mengamati, lalu berkata, "Kalau dipakai semua, kita bisa beli kota.""Ini masih belum seberapa. Kalau dibandingkan dengan gudang harta karun Paviliun Lingga, barang-barang di sini masih termasuk sedikit," sahut Bahran."Serius?" Huston terkejut. "Itu artinya, harta karun Paviliun
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru
Paviliun Soluna memiliki satu aturan, yaitu mereka tidak melayani pelanggan asing. Tamu harus dikenal dengan baik atau diperkenalkan oleh orang yang terpercaya. Setiap transaksi juga harus dilakukan dengan perjanjian terlebih dahulu.Tentu saja, selalu ada pengecualian tanpa perjanjian, biasanya untuk urusan yang sangat mendesak. Namun, dalam kasus seperti itu, biayanya juga akan jauh lebih mahal.Saat Luther sampai di depan gerbang Paviliun Soluna, dia langsung dihentikan oleh para penjaga di kedua sisi.Setelah menyatakan identitasnya dan melakukan verifikasi, para penjaga baru mengizinkan Luther masuk.Begitu melangkah masuk, seorang pelayan wanita berwajah manis langsung menyambutnya dan mengantarnya melewati aula besar, lalu menuju ke bagian belakang bangunan.Setelah melewati taman dengan kolam kecil, mereka berhenti di depan sebuah ruang privat yang tenang."Ini adalah ruang pertemuan pribadi bos kami. Silakan masuk, Tuan Luther," kata pelayan itu dengan senyuman hangat."Bosmu