Setelah Jayden selesai berbicara, Luther akhirnya berkata, "Paman Jayden, kami sudah tahu apa yang kamu alami, kamu melakukan hal bodoh ini juga karena dihasut orang lain. Tapi sekarang, yang paling ingin aku tahu adalah di mana Yusuf berada? Di mana sisa-sisa dari Paviliun Lingga itu bersembunyi?"Setelah menceritakan panjang lebar, semua kata-kata Jayden hanya omong kosong dan tidak ada jawaban dari pertanyaan Luther."Sejujurnya, aku memang bekerja sama dengan Yusuf, tapi aku nggak tahu keberadaannya," kata Jayden sambil menggelengkan kepala."Nggak tahu?" kata Luther sambil mengernyitkan alis. Sudah bersusah payah seharian, ternyata tidak ada hasilnya.Jayden tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraannya. "Tenang saja. Aku memang nggak tahu keberadaan Yusuf, tapi aku bisa menghubunginya. Aku sudah berjanji pada Yusuf akan bertemu dengannya di suatu tempat untuk berdiskusi setelah semuanya selesai.""Oh? Benarkah? Kalian berjanji untuk bertemu di mana?" Mata Luther langsung bersinar."
Bagaimanapun juga, setelah masuk ke dalam penjara, Fuso adalah penguasanya. Pada saat itu, apa pun yang ingin Fuso lakukan, tidak ada yang tahu. Meskipun Abram, Chokri, dan yang lainnya terbunuh, Fuso hanya perlu memberikan alasan mereka bunuh diri karena takut dihukum saja semuanya sudah berlalu.Fuso berkata dengan ekspresi tenang, "Nggak perlu cemas. Aku hanya akan menginterogasi kalian saja, nggak akan memakan kalian. Tapi, kalau kalian berani melawan, jangan salahkan aku kejam. Tangkap mereka!"Seiring perintah Fuso, para Pasukan Naga Terbang segera mengeluarkan tali khusus dan mengikat Firus serta kelompoknya. Tali khusus ini dibuat khusus untuk para ahli bela diri, bahkan seorang ahli tingkat master pun akan kesulitan untuk melepaskan diri.Meskipun Firus ingin memberontak, dia juga tidak berani bergerak sedikit pun sekarang. Kekuatan Fuso jauh melampaui semua orang yang berada di sana. Jika dia membuat Fuso marah, akhirnya akan lebih tragis. Saat ini, mereka hanya bisa berharap
Luther berkata dengan tenang, "Menjebak dan membunuh Yusuf? Sepertinya nggak akan semudah itu. Kekuatan Yusuf masih di atasku, dia akan langsung menyadarinya kalau ada yang aneh. Kalau dia ingin kabur, sepertinya kita nggak bisa menahannya juga."Yusuf menduduki posisi kelima di Peringkat Nirwana. Dengan kata lain, dia adalah orang terkuat kelima di dunia, jelas sangat sulit untuk membunuh orang seperti ini. Jika rencananya begitu sederhana hanya menjebak dan membunuh, tidak akan berhasil sama sekali. Jayden bisa berkata seperti ini, entah karena tidak tahu kekuatan Yusuf atau sengaja berpura-pura bodoh."Membunuh langsung memang nggak mungkin bisa, tapi kita bisa meracuninya."Setelah mengatakan itu, Jayden tiba-tiba melihat ke arah Walter. "Ada banyak barang berharga yang langka di ruang penyimpanan Kak Walter. Aku ingat ada satu racun yang bernama Racun Dewata.""Racun Dewata? Salah satu dari sepuluh racun paling mematikan di dunia?" kata Luther sambil menyipitkan mata.Sepuluh racu
Jayden mengernyitkan alis dan melihat pil hitam itu dengan tatapan ragu, lalu memaksakan senyuman dan berkata, "Gerald, aku terima niat baikmu, tapi sebaiknya kamu simpan untuk dirimu sendiri saja pil berharga seperti ini. Paman nggak membutuhkannya.""Aku punya banyak Pil Sepuluh Nutrisi ini, bukan pil berharga. Kamu pakai saja. Kalau satu nggak cukup, aku masih punya banyak lagi," kata Luther sambil terus tersenyum."Ini ...." Luther merasa agak ragu."Kenapa? Apa Paman Jayden nggak memercayaiku dan berpikir aku akan meracunimu?" kata Luther tiba-tiba dengan dingin.Jayden memaksakan senyumannya. "Tentu saja nggak. Gerald adalah orang yang jujur, mana mungkin melakukan hal seperti ini.""Kalau begitu, makanlah," kata Luther sambil mendorong pil hitam itu lebih mendekat.Mata Jayden berkedut dan menarik napas dalam-dalam, lalu akhirnya menerima pil hitam itu dan langsung menelannya. Tidak peduli apa isi dari pil itu, dia harus memakannya. Jika tidak, dia tidak akan mendapat kepercayaa
"Oh? Sepertinya kamu sudah mempersiapkannya sejak awal," kata Walter dengan senyum ambigu. Luther ini memang cerdik, sengaja melakukan hal ini untuk makin menekan Jayden. Meskipun memiliki niat lain, Jayden juga tidak berani menunjukkannya setelah menelan Pil Sepuluh Nutrisi itu."Aku nggak bisa memercayai Paman Jayden, tentu saja harus membuat langkah pencegahan. Kalau Paman Jayden berubah pikiran dan mengkhianati kita, semuanya akan sia-sia," kata Luther sambil mengangkat bahu.Setelah merenungkannya, Walter berkata, "Punya langkah pencegahan memang bagus, tapi apa Jayden bisa diandalkan sebagai umpan? Yusuf sangat kuat dan cerdik. Kalau mau menipunya, sepertinya nggak akan begitu mudah.""Kalau hanya Paman Jayden saja pasti nggak bisa, Yusuf nggak mungkin memercayai seseorang yang barus saja bersekutu dengannya. Jadi, kita harus membuat rencana kedua," kata Luther.""Oh? Apa kamu punya ide bagus?" kata Walter sambil mengernyitkan alis."Rahasia. Nanti kamu juga akan tahu," kata Luth
Setelah itu, sekelompok pria mengenakan pakaian hitam melangkah masuk dengan tenang. Pemimpinnya adalah seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah hitam dan topi jerami. Pria itu menggunakan topi untuk menutupi wajahnya dengan sangat rendah dan menundukkan kepala, sehingga wajahnya tidak jelas. Dari tampilan luarnya, tubuh pria itu terlihat sangat kurus.Setelah masuk ke ruangan, pria paruh baya dengan topi jerami itu langsung mendekati Jayden dan akhirnya duduk di depan. Sementara itu, sekelompok orang di belakangnya mulai berjaga-jaga dan mengawasi semua keanehan di sekitar."Siapa kamu?" tanya Jayden sambil melihat pria paruh baya di depan dengan bingung. Dia pernah bertemu dengan Yusuf yang tubuhnya tinggi dan besar, jelas berbeda dengan pria kurus di depannya."Jenderal Jayden, lama nggak bertemu," kata pria paruh baya itu sambil melepas topi jeraminya dan menunjukkan wajah aslinya.Setelah melihat dengan seksama, ekspresi Jayden terlihat terkejut. "Kamu adalah Bahran?""Mata J
"Sebentar!" Ketika melihat Jayden hendak pergi, Bahran akhirnya tidak tahan lagi. "Jenderal, kita bisa bicara baik-baik. Jangan gegabah begini.""Apa yang bisa dibicarakan lagi? Kalian nggak bisa dipercaya. Kalian jelas-jelas nggak menghargaiku!" Jayden sengaja memasang ekspresi murka."Jenderal, tenang dulu. Bukannya Master nggak ingin menemuimu, tapi beliau nggak punya waktu sekarang. Kalau bisa, tolong tunggu sebentar. Aku akan meminta instruksi dari Master," ucap Bahran sambil memaksakan senyuman."Cepat sedikit. Aku nggak punya begitu banyak waktu untuk dibuang," ujar Jayden yang meletakkan kedua tangan di belakang punggung dengan angkuh."Ya, ya. Silakan duduk dulu, aku akan segera menanyakannya." Setelah menenangkan Jayden, Bahran pun pergi ke sisi lain dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Sekitar 2 menit kemudian, Bahran mengangguk dan memberi isyarat tangan. Para bawahan segera berpencar untuk memeriksa situasi di sekeliling. Tidak berselang lama, mereka berkumpul kemba
Saat ini, di mobil MPV. Bahran mengeluarkan sebuah kain hitam, lalu menyodorkannya kepada Jayden dan berkata sambil tersenyum, "Jenderal, perjalanannya agak jauh. Silakan tutup mata dan istirahat sebentar.""Hm? Apa maksudmu?" tanya Jayden sambil mengernyit."Ini aturan kami. Orang luar yang mendatangi markas rahasia Paviliun Lingga harus menutup mata supaya nggak menghafal jalannya," jelas Bahran."Kenapa? Kamu nggak percaya padaku?" tanya Jayden yang berpura-pura kesal."Jangan salah paham. Aturan ini berlaku untuk semua orang. Tolong pengertiannya," ucap Bahran tanpa merendahkan harga dirinya."Ya sudah, lagian aku juga lelah. Aku mau istirahat." Jayden malas berbasa-basi. Dia memejamkan matanya, lalu berbaring dengan santai."Terima kasih atas kerja samanya." Bahran tersenyum dan menutup mata Jayden.Waktu terus berlalu. Mobil melaju di jalanan yang mulus. Namun, sekitar sejam kemudian, jalanan mulai menjadi sulit dilewati. Mobil terus bergoyang, membuat orang mulai mengantuk."Kit
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak