Luther berkata dengan tenang, "Menjebak dan membunuh Yusuf? Sepertinya nggak akan semudah itu. Kekuatan Yusuf masih di atasku, dia akan langsung menyadarinya kalau ada yang aneh. Kalau dia ingin kabur, sepertinya kita nggak bisa menahannya juga."Yusuf menduduki posisi kelima di Peringkat Nirwana. Dengan kata lain, dia adalah orang terkuat kelima di dunia, jelas sangat sulit untuk membunuh orang seperti ini. Jika rencananya begitu sederhana hanya menjebak dan membunuh, tidak akan berhasil sama sekali. Jayden bisa berkata seperti ini, entah karena tidak tahu kekuatan Yusuf atau sengaja berpura-pura bodoh."Membunuh langsung memang nggak mungkin bisa, tapi kita bisa meracuninya."Setelah mengatakan itu, Jayden tiba-tiba melihat ke arah Walter. "Ada banyak barang berharga yang langka di ruang penyimpanan Kak Walter. Aku ingat ada satu racun yang bernama Racun Dewata.""Racun Dewata? Salah satu dari sepuluh racun paling mematikan di dunia?" kata Luther sambil menyipitkan mata.Sepuluh racu
Jayden mengernyitkan alis dan melihat pil hitam itu dengan tatapan ragu, lalu memaksakan senyuman dan berkata, "Gerald, aku terima niat baikmu, tapi sebaiknya kamu simpan untuk dirimu sendiri saja pil berharga seperti ini. Paman nggak membutuhkannya.""Aku punya banyak Pil Sepuluh Nutrisi ini, bukan pil berharga. Kamu pakai saja. Kalau satu nggak cukup, aku masih punya banyak lagi," kata Luther sambil terus tersenyum."Ini ...." Luther merasa agak ragu."Kenapa? Apa Paman Jayden nggak memercayaiku dan berpikir aku akan meracunimu?" kata Luther tiba-tiba dengan dingin.Jayden memaksakan senyumannya. "Tentu saja nggak. Gerald adalah orang yang jujur, mana mungkin melakukan hal seperti ini.""Kalau begitu, makanlah," kata Luther sambil mendorong pil hitam itu lebih mendekat.Mata Jayden berkedut dan menarik napas dalam-dalam, lalu akhirnya menerima pil hitam itu dan langsung menelannya. Tidak peduli apa isi dari pil itu, dia harus memakannya. Jika tidak, dia tidak akan mendapat kepercayaa
"Oh? Sepertinya kamu sudah mempersiapkannya sejak awal," kata Walter dengan senyum ambigu. Luther ini memang cerdik, sengaja melakukan hal ini untuk makin menekan Jayden. Meskipun memiliki niat lain, Jayden juga tidak berani menunjukkannya setelah menelan Pil Sepuluh Nutrisi itu."Aku nggak bisa memercayai Paman Jayden, tentu saja harus membuat langkah pencegahan. Kalau Paman Jayden berubah pikiran dan mengkhianati kita, semuanya akan sia-sia," kata Luther sambil mengangkat bahu.Setelah merenungkannya, Walter berkata, "Punya langkah pencegahan memang bagus, tapi apa Jayden bisa diandalkan sebagai umpan? Yusuf sangat kuat dan cerdik. Kalau mau menipunya, sepertinya nggak akan begitu mudah.""Kalau hanya Paman Jayden saja pasti nggak bisa, Yusuf nggak mungkin memercayai seseorang yang barus saja bersekutu dengannya. Jadi, kita harus membuat rencana kedua," kata Luther.""Oh? Apa kamu punya ide bagus?" kata Walter sambil mengernyitkan alis."Rahasia. Nanti kamu juga akan tahu," kata Luth
Setelah itu, sekelompok pria mengenakan pakaian hitam melangkah masuk dengan tenang. Pemimpinnya adalah seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah hitam dan topi jerami. Pria itu menggunakan topi untuk menutupi wajahnya dengan sangat rendah dan menundukkan kepala, sehingga wajahnya tidak jelas. Dari tampilan luarnya, tubuh pria itu terlihat sangat kurus.Setelah masuk ke ruangan, pria paruh baya dengan topi jerami itu langsung mendekati Jayden dan akhirnya duduk di depan. Sementara itu, sekelompok orang di belakangnya mulai berjaga-jaga dan mengawasi semua keanehan di sekitar."Siapa kamu?" tanya Jayden sambil melihat pria paruh baya di depan dengan bingung. Dia pernah bertemu dengan Yusuf yang tubuhnya tinggi dan besar, jelas berbeda dengan pria kurus di depannya."Jenderal Jayden, lama nggak bertemu," kata pria paruh baya itu sambil melepas topi jeraminya dan menunjukkan wajah aslinya.Setelah melihat dengan seksama, ekspresi Jayden terlihat terkejut. "Kamu adalah Bahran?""Mata J
"Sebentar!" Ketika melihat Jayden hendak pergi, Bahran akhirnya tidak tahan lagi. "Jenderal, kita bisa bicara baik-baik. Jangan gegabah begini.""Apa yang bisa dibicarakan lagi? Kalian nggak bisa dipercaya. Kalian jelas-jelas nggak menghargaiku!" Jayden sengaja memasang ekspresi murka."Jenderal, tenang dulu. Bukannya Master nggak ingin menemuimu, tapi beliau nggak punya waktu sekarang. Kalau bisa, tolong tunggu sebentar. Aku akan meminta instruksi dari Master," ucap Bahran sambil memaksakan senyuman."Cepat sedikit. Aku nggak punya begitu banyak waktu untuk dibuang," ujar Jayden yang meletakkan kedua tangan di belakang punggung dengan angkuh."Ya, ya. Silakan duduk dulu, aku akan segera menanyakannya." Setelah menenangkan Jayden, Bahran pun pergi ke sisi lain dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Sekitar 2 menit kemudian, Bahran mengangguk dan memberi isyarat tangan. Para bawahan segera berpencar untuk memeriksa situasi di sekeliling. Tidak berselang lama, mereka berkumpul kemba
Saat ini, di mobil MPV. Bahran mengeluarkan sebuah kain hitam, lalu menyodorkannya kepada Jayden dan berkata sambil tersenyum, "Jenderal, perjalanannya agak jauh. Silakan tutup mata dan istirahat sebentar.""Hm? Apa maksudmu?" tanya Jayden sambil mengernyit."Ini aturan kami. Orang luar yang mendatangi markas rahasia Paviliun Lingga harus menutup mata supaya nggak menghafal jalannya," jelas Bahran."Kenapa? Kamu nggak percaya padaku?" tanya Jayden yang berpura-pura kesal."Jangan salah paham. Aturan ini berlaku untuk semua orang. Tolong pengertiannya," ucap Bahran tanpa merendahkan harga dirinya."Ya sudah, lagian aku juga lelah. Aku mau istirahat." Jayden malas berbasa-basi. Dia memejamkan matanya, lalu berbaring dengan santai."Terima kasih atas kerja samanya." Bahran tersenyum dan menutup mata Jayden.Waktu terus berlalu. Mobil melaju di jalanan yang mulus. Namun, sekitar sejam kemudian, jalanan mulai menjadi sulit dilewati. Mobil terus bergoyang, membuat orang mulai mengantuk."Kit
Setelah melewati tembok kota, yang muncul di hadapan Jayden tidak ada bedanya dengan sebuah kota. Ada berbagai bangunan di depan sana, dari kamp, tempat latihan, tempat uji coba, gudang senjata, bunker, bandara militer, dan sebagainya. Terdapat pula fasilitas sipil.Jayden mengamati sesaat. Dari skala ini, tempat ini setidaknya bisa memuat 100 ribu orang. Dengan semua ini, mereka bisa saja menyerang kota dengan mudah.Saat ini, Jayden sekalipun dibuat takjub dengan pemandangan di depan matanya. Paviliun Lingga benar-benar pintar bersembunyi. Tanpa diduga, mereka menyembunyikan begitu banyak kekuatan. Mata-mata dari Atlandia bahkan tidak menyadari hal ini.Tiba-tiba, Jayden mulai menyesali pilihannya. Jika dia membunuh Yusuf di sini, apakah dirinya masih punya peluang untuk hidup? Jelas tidak mungkin."Silakan, Jenderal." Suara Bahran membuat Jayden tersadar dari lamunannya. Bahran membawanya ke ruang komando di tengah markas. Hanya beberapa orang yang tahu bahwa terdapat ruang bawah ta
"Pura-pura mati untuk menipu semua orang? Ada kejadian seperti itu?" tanya Yusuf sambil mengangkat alisnya."Aku juga nggak percaya kalau nggak melihat dengan mata kepala sendiri. Aku dipermainkan habis-habisan oleh Walter kali ini. Sekarang, bawahanku sudah berada di bawah komandonya. Aku nggak bisa membalikkan situasi lagi, makanya ingin meminta bantuanmu." Jayden menggeleng dengan pasrah."Tunggu, biar kucerna dulu." Yusuf tampak merenung. Sesaat kemudian, dia bertanya, "Maksudmu, rencana kami gagal dan Walter nggak mati. Selain itu, semua pasukanmu diambil alih olehnya dan kamu sudah buntu?""Benar, kira-kira seperti itu." Jayden mengangguk."Kalau rencanamu gagal dan pasukanmu diambil alih, gimana kamu bisa bebas dan datang ke sini?" tanya Yusuf dengan penasaran."Jujur saja, aku berpura-pura menyerah. Aku menipu mereka, lalu mencari peluang untuk kabur," timpal Jayden."Gimana caranya?" tanya Yusuf lagi.Jayden menyusun kata-katanya dan menjelaskan, "Sebelumnya, aku minta maaf pa
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru