Hasya tidak bodoh. Begitu melihat pembunuh itu terus maju, dia langsung menginstruksinya pasukannya untuk mundur. Dia masih punya kesempatan setelah pembunuh itu kehabisan energi. Inilah keputusan yang bijaksana."Waiz, aku rasa Hasya benar. Keselamatan lebih penting. Aku akan menghindar dulu." Ketika melihat Hasya mundur, Barak tidak berani berlama-lama. Di bawah perlindungan pasukan, mereka perlahan-lahan mundur."Huh! Dasar pengecut!" Waiz mengangkat alisnya dengan kesal. Kemudian, dia menatap Dakwa dan bertanya, "Dakwa, kamu seorang pemberani. Kamu nggak bakal seperti mereka berdua, 'kan?""Tentu saja nggak!" Dakwa meregangkan tubuhnya, lalu terkekeh-kekeh dan menyahut, "Cuma seorang pembunuh kok. Aku nggak takut!"Dakwa bisa menjadi amangkurat karena keberaniannya. Dia sudah melewati banyak rintangan, jadi seorang pembunuh tidak akan bisa menakutinya."Oke. Biar kita lihat, sehebat apa pembunuh itu." Waiz mengangguk dengan puas, lalu melambaikan tangan dan menginstruksi, "Bentuk f
Begitu para pengawal mendekat, pembunuh itu malah mengerahkan kekuatan yang mengerikan. Tujuannya sangat sederhana, yaitu membuat pertahanan lemah supaya bisa menyerang dengan mudah."Buset! Benar-benar licik! Cepat mundur!" Ketika melihat para prajurit tidak bisa bertahan lagi, Waiz akhirnya panik dan segera membawa orang-orangnya mundur.Hanya saja, mereka sudah melewatkan kesempatan terbaik untuk mundur. Kecepatan pembunuh itu jauh lebih tinggi dari yang mereka bayangkan. Hanya dalam 2 menit, jarak mereka tersisa kurang dari 20 meter."Tuan! Kami akan melindungimu di sini! Kamu kabur dulu!" Ketika melihat tidak punya kesempatan untuk kabur lagi, beberapa jenderal menghunuskan pedang dan menyerbu ke arah pembunuh itu. Alhasil, mereka dikalahkan dalam waktu kurang dari 10 detik."Sialan! Rasakan ini!" seru Dakwa. Bukannya mundur, dia memilih untuk maju dan menyerang."Dakwa! Jangan gegabah!" Ekspresi Waiz berubah drastis melihatnya. Sayangnya, dia terlambat.Dakwa hendak memenggal kep
Rencana Luther sangat sederhana. Dia ingin menangkap para amangkurat ini supaya mereka bersedia menarik mundur pasukan. Sebelum perang dimulai, dia sengaja menyuruh Huston dan Pasukan Naga Terbang untuk menarik sebagian besar pasukan lawan. Kemudian, dia akan mencari kesempatan untuk menangkap para amangkurat ini.Dengan kemampuan Luther, dia tetap akan kewalahan menghadapi puluhan ribu prajurit. Namun, mudah saja baginya untuk menangkap pemimpin mereka.Demi mencegah Waiz dan lainnya melarikan diri, Luther sengaja menyembunyikan kekuatannya. Sampai akhirnya pasukan mendekat, dia baru meledakkan seluruh kekuatannya untuk menangkap Waiz dan Dakwa.Kini Waiz dan Dakwa berhasil dijatuhkan, berarti tersisa Barak dan Hasya. Asalkan membereskan mereka, pasukan lawan di istana pasti akan mundur."Giliran kalian!" Tatapan Luther tampak tajam. Setelah menemukan Barak dan Hasya, dia sontak mengangkat pedangnya dan menyerbu ke depan."Cepat hentikan dia!""Cepat! Jangan sampai dia mendekat!"Bara
Barak menyeka keringat dingin di keningnya dan hatinya merasa gelisah. Untungnya, dia berlari dengan cepat dan masih ada pengawal yang tidak takut mati untuk mengulur-ulur. Jika tidak, nasib mereka mungkin akan sama seperti Waiz dan Dakwa yang langsung ditangkap hidup-hidup begitu pembunuh itu mendekat. Pada saat itu, bukan hanya semua usaha mereka sia-sia, nyawa mereka pun akan terancam."Aneh, sejak kapan ada orang yang begitu hebat di istana? Bahkan puluhan ribu pasukan pun nggak bisa menahannya," kata Hasya sambil mengernyitkan alis dan merenungkan hal itu. Menurut penyelidikan mereka, hanya ada dua pesilat ulung di istana yaitu Dodi dan Fuso. Fuso sudah terperangkap oleh rencana Jayden dan Dodi juga tadi muncul. Meskipun ada pasukan elite yang bersembunyi di istana, hal itu juga ada dalam perkiraan mereka. Namun, satu-satunya hal yang di luar perkiraan mereka adalah pembunuh tadi.Jika orang itu hanya pembunuh biasa, itu masih bisa dimaklumi. Masalahnya adalah pembunuh itu terlalu
Saat ini, tubuh Luther berlumuran darah dan penuh dengan aura membunuh. Bajunya yang awalnya berwarna hitam sudah menjadi merah karena darah dan Pedang Cakrawala di tangannya pun bergetar hingga mengeluarkan bunyi, seolah-olah siap untuk menyerang kapan pun."Sialan! Kenapa orang ini bisa begitu cepat?" Melihat Luther yang sudah menghalangi di depan, ekspresi Barak berubah. Dia mengira pengawal pribadinya bisa menahan pembunuh ini lebih lama, tak disangka pembunuhnya sudah berhasil menerobos pertahanan dan mengejar mereka."Kita terkepung, kali ini kita benar-benar dalam masalah!" kata Hasya yang mulai panik. Mereka hanya sendirian, tidak mungkin ada peluang untuk menang melawan jika harus menghadapi dua pesilat ulung ini. Firus masih bisa ditangani dan mungkin tidak akan membunuh mereka karena statusnya, tetapi pembunuh itu berbeda. Mereka sudah menyaksikan adegan pembunuhan tadi. Jika mereka berani melawan, mungkin mereka akan langsung mati di tempat."Barak, apa yang harus kita laku
Bagi Firus, kata-kata Barak yang seperti ini mungkin bisa membohongi orang lain, tetapi menggunakan trik ini di hadapannya sama saja dengan menghina kecerdasannya.Hasya maju dua langkah dan berkata dengan serius, "Firus, kami nggak akan menyembunyikannya lagi karena situasinya sudah seperti ini, kita bicara secara terang-terangan saja. Raja Walter sudah meninggal, kita butuh pemimpin baru. Menurutmu, siapa yang paling cocok untuk menjadi Raja Atlandia yang baru?""Apa yang ingin kamu katakan?" kata Firus sambil tersenyum dingin.Hasya mengangkat kepala dan berkata, "Aku yakin kamu pasti tahu jelas pilihan terbaik untuk menjadi Raja Atlandia yang baru adalah Jenderal Jayden. Kalau Jenderal Jayden menjadi Raja Atlandia yang baru, kita baru bisa berkembang dengan lebih baik. Punya lebih banyak wilayah dan pasukan, ini adalah situasi yang tak terhindarkan. Kamu adalah orang yang cerdas, kamu pasti tahu siapa yang harus kamu pilih.""Maksudmu, aku harus bergabung dengan kubu kalian?" kata
Setelah mendengar kata-kata Firus, Barak dan Hasya tertegun sejenak karena sama sekali tidak percaya.Hasya langsung membantah. "Nggak mungkin! Seratus ribu pasukan kami itu sudah dilengkapi dengan baik dan terlatih, mana mungkin mereka akan menyerah."Barak yang juga tidak percaya berteriak, "Benar! Meskipun pasukan dari kalian berempat digabung, kalian juga nggak mungkin bisa mengalahkan seratus ribu pasukan kami hanya dalam semalam. Kamu jelas hanya menakut-nakuti kami."Total pasukan dari empat Amangkurat dari selatan hanya sekitar dua hingga tiga puluh ribu saja. Meskipun mengerahkan seluruh pasukan itu, keempat orang itu juga tidak mungkin bisa mengalahkan seratus ribu pasukan mereka dalam waktu singkat. Bagaimanapun juga, pasukan mereka sudah membangun banyak pertahanan. Meskipun harus menghadapi musuh yang dua atau tiga kali lipat lebih banyak daripada mereka, mereka juga masih bisa bertahan.Selain itu, empat Amangkurat dari selatan itu pun tidak mungkin mengerahkan semua pasu
Oleh karena itu, Barak dan Hasya sama sekali tidak percaya dengan Firus.Firus langsung tertawa. "Hahaha ... situasinya sudah sampai seperti ini pun kalian masih nggak menyerah? Baiklah. Kalau kalian bersikeras ingin melihat, aku akan membiarkan kalian melihatnya."Setelah mengatakan itu, Firus mengangkat tangan dan tiba-tiba menjentik jarinya di udara.Swish!Sebuah cahaya emas langsung memelesat ke udara dan akhirnya meledak menjadi titik-titik cahaya emas yang tersebar ke segala arah. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang teratur dari ujung jalan di kejauhan. Saat makin mendekat, suara langkahnya yang cepat dan seragam makin jelas.Barak dan Hasya bisa merasakan tanah di bawah kaki mereka sedang bergetar. Saat suara langkah kaki itu makin mendekat dan getaran tanahnya makin kuat, hati mereka tiba-tiba mulai gelisah. Namun, sebelum mereka sempat meresponsnya, sosok hitam sudah muncul di depan mereka. Jumlah musuh mereka begitu banyak hingga menutupi selu
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung