Share

Bab 1818

Hasya tidak bodoh. Begitu melihat pembunuh itu terus maju, dia langsung menginstruksinya pasukannya untuk mundur. Dia masih punya kesempatan setelah pembunuh itu kehabisan energi. Inilah keputusan yang bijaksana.

"Waiz, aku rasa Hasya benar. Keselamatan lebih penting. Aku akan menghindar dulu." Ketika melihat Hasya mundur, Barak tidak berani berlama-lama. Di bawah perlindungan pasukan, mereka perlahan-lahan mundur.

"Huh! Dasar pengecut!" Waiz mengangkat alisnya dengan kesal. Kemudian, dia menatap Dakwa dan bertanya, "Dakwa, kamu seorang pemberani. Kamu nggak bakal seperti mereka berdua, 'kan?"

"Tentu saja nggak!" Dakwa meregangkan tubuhnya, lalu terkekeh-kekeh dan menyahut, "Cuma seorang pembunuh kok. Aku nggak takut!"

Dakwa bisa menjadi amangkurat karena keberaniannya. Dia sudah melewati banyak rintangan, jadi seorang pembunuh tidak akan bisa menakutinya.

"Oke. Biar kita lihat, sehebat apa pembunuh itu." Waiz mengangguk dengan puas, lalu melambaikan tangan dan menginstruksi, "Bentuk f
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status