"Sudahlah, kalian berdua nggak perlu berdebat lagi. Jayden bisa menjadi raja atau nggak, malam ini kalian akan tahu sendiri."Setelah mengatakan itu, Firus langsung melambaikan tangannya dengan kesal dan berteriak, "Kalian! Tangkap kedua pemberontak ini dan jaga dengan ketat!""Baik!" Sekelompok pengawal segera maju dan langsung mengikat Barak dan Hasya dengan kuat."Firus, kita semua adalah Amangkurat dan posisi kita sama, apa nggak terlalu menghina harga diri kami kalau kamu menyuruh mereka mengikat kita di depan umum?" teriak Barak.Firus tersenyum dingin. "Harga diri? Kalian berdua sudah menjadi tahanan pun masih peduli dengan harga diri kalian?""Firus, masih belum pasti siapa yang menang, nasib kerajaan masih belum ditentukan. Apa kamu pernah memikirkan konsekuensimu karena sudah memperlakukan kita seperti ini setelah Jenderal Jayden naik takhta?" kata Barak sambil mengernyitkan alis."Benar! Semuanya masih belum pasti. Sekarang kamu memang berkuasa, tapi itu nggak mungkin bertah
Setelah mendapat perintah, semua prajurit Waiz langsung melempar senjata mereka."Kamu juga! Suruh orang-orangmu meletakkan senjata mereka!" kata Haruna sambil mengalihkan ujung pedangnya ke leher Dakwa.Melihat tatapan Haruna yang penuh dengan niat membunuh, Dakwa menelan ludah dan hanya bisa berteriak, "Letakkan senjata kalian!"Krang krang krang ....Terdengar kembali suara senjata yang jatuh ke tanah, semua prajurit Dakwa juga ikut melemparkan senjata mereka.Di seluruh medan pertempuran itu, sekitar enam puluh persen orang yang menyerah dan hanya tersisa empat puluh persen prajurit saja. Meskipun mereka tidak melempar senjata mereka, ekspresi mereka terlihat panik dan tidak tahu harus bagaimana. Hal yang paling dilarang dalam pertempuran adalah semangat juang melemah. Sebagian besar rekan di samping mereka sudah menyerah, mana mungkin mereka masih berani maju menyerang. Yang paling pentingnya adalah tuan mereka sudah menghilang. Tanpa pemimpin, para prajurit itu tidak tahu apa yan
Kata-kata untuk meyakinkan para pemberontak bahwa yang menyerah tidak akan dibunuh terus bergema di istana. Para pemberontak yang sebelumnya sudah panik, sekarang makin ketakutan dan tidak memiliki semangat untuk bertarung lagi.Krang krang krang ....Makin banyak prajurit yang melemparkan senjata di tangan mereka. Jika ada yang bersikeras tidak ingin menyerah, mereka akan segera ditangkap. Mereka tidak berhasil menaklukkan istana dan pasukan pemberontak yang menjaga di luar kota juga sudah kalah, hanya tersisa mereka yang di dalam tanpa bantuan. Selain itu, keempat Amangkurat sudah tertangkap dan ada juga yang sudah melarikan diri. Sekarang mereka sudah kalah, tidak ada pilihan lagi selain menyerah atau mati. Mereka tentu saja tidak ingin sia-sia berkorban dalam situasi tanpa pemimpin seperti ini."Aku akan memenuhi janjiku yang tadi. Asalkan kalian inisiatif menyerah, kalian akan dibebaskan dari hukuman." Melihat para pemberontak itu sudah melempar senjata mereka, Haruna berbicara la
Saat ini, harapan satu-satunya Waiz dan Dakwa adalah Jayden bisa memimpin Pasukan Naga Hitam ke sini.Haruna berkata dengan dingin, "Meskipun kalian berdua bukan dalang utamanya, kalian adalah kaki tangannya. Hukuman mati bisa dihindari, tapi tetap harus dihukum. Pengawal! Kurung mereka dan jaga dengan ketat. Tanpa perintahku, jangan biarkan siapa pun mendekati mereka!""Siap!" Beberapa pengawal segera maju dan menarik dengan paksa Waiz dan Dakwa yang terikat."Jenderal Dodi, kamu urus prajurit yang menyerah ini. Hari ini sudah terlalu banyak orang yang mati, aku nggak ingin ada lebih banyak korban lagi," kata Haruna sambil menatap Dodi."Aku mengerti!" kata Dodi sambil menganggukkan kepala."Ratu memang bijaksana, kami sangat kagum!" Pada saat itu, terlihat ada empat sosok yang berjalan keluar dari kerumunan pasukan dan para prajurit langsung memberi jalan ke mana pun mereka lewat. Keempat orang itu adalah empat Amangkurat di selatan yaitu Firus, Sandya, Rajib, dan Arafu."Maaf kami s
Mendengar perkataan Firus, ekspresi Arafu langsung berubah. "Apa? Membunuh semua yang tahu? Kamu pasti sedang bercanda, 'kan? Empat Amangkurat di utara itu adalah orang Jayden, bagaimana mungkin dia membunuh semuanya tanpa membedakan kawan dan musuh?"Firus berkata dengan tenang, "Untuk mencapai tujuan besar, orang itu harus kejam. Bagi orang seperti dia yang sudah berpengalaman di medan perang, mengorbankan beberapa pasukan bukan masalah besar. Tentu saja, ini hanya rencana terakhirnya. Kalau empat Amangkurat di utara itu berhasil merebut kekuasaan dan mendapatkan token militer marsekal, dia nggak perlu mengambil risiko itu dan bisa langsung naik takhta. Tapi sebaliknya, kalau mereka gagal, aku yakin Jayden akan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya."Makin besar ambisi seseorang, makin gila tindakannya. Sebelumnya, ada Walter yang menekan Jayden, sehingga dia menyembunyikan ambisinya dan mengumpulkan kekuatan. Sekarang Walter sudah meninggal, dia sudah bebas karena tidak a
Setelah merenungkannya, Firus berkata, "Cara ini memang bagus, tapi ada kekurangannya. Mengangkat raja baru membutuhkan izin dari istana dan saksi para pejabat tinggi. Kalau nggak, pengangkatan itu nggak akan dipercayai. Seluruh proses itu memakan waktu setidaknya tiga hari. Dilihat dari situasi kita sekarang, kita nggak akan bisa bertahan begitu lama lagi."Arafu mengernyitkan alis. "Apa? Mengangkat raja baru harus begitu merepotkan? Semua orang juga tahu Huston adalah putra Raja Walter, wajar saja kalau dia menjadi Raja Atlandia yang baru.""Benar! Dalam situasi darurat, tindakan darurat ini dibutuhkan," tambah Rajib.Firus berkata dengan agak kesal, "Kalian pikir mengangkat Raja Atlandia baru ini sama seperti memilih kepala desa? Hanya perlu pasang bendera, minum beberapa cangkir arak, dan mengucapkan beberapa janji saja sudah selesai? Jangan bercanda! Posisi Raja Atlandia ini bukan hanya menyangkut rakyat Atlandia saja, tapi rakyat seluruh negeri juga. Kalau Atlandia kacau, seluruh
Saat mulai berbicara, Dodi langsung menarik perhatian semua orang.Haruna membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya hanya terdiam saja. Dodi adalah pengawal istana dan juga orang yang sangat dipercayainya. Sejujurnya, dia tidak berharap Dodi mengambil risiko ini, tetapi sepertinya tidak ada pilihan lain yang lebih cocok lagi dalam situasi seperti ini."Jenderal Dodi kuat dan setia. Kalau ingin membunuh Jayden, memang ada peluang untuk berhasil," kata Arafu sambil menganggukkan kepala. Sebagai kepala pengawal raja, kekuatan Dodi memang tidak diragukan lagi, apalagi kesetiaannya."Jenderal Dodi, aku nggak meremehkanmu, tapi sepertinya masih nggak cukup kalau hanya kamu sendirian saja," kata Firus secara mendadak.Mata Rajib tiba-tiba bersinar dan berkata, "Tunggu sebentar! Bukankah masih ada Pembantai Manusia yang legendaris itu? Namanya begitu terkenal di seluruh dunia, kemampuannya pasti nggak kalah dari Jenderal Dodi, 'kan?""Nggak, Tuan Fuso jauh lebih kuat dariku," ka
"Nggak bisa! Ini terlalu berbahaya!" Melihat Luther hendak mengambil risiko, Huston segera menghentikannya. Dia tahu kakaknya sangat kuat, tetapi ada banyak ahli di sekitar Jayden. Jika kakaknya gagal membunuh Jayden, kemungkinan besar kakaknya akan dikepung dan dibunuh oleh para ahli. Sebagai calon Raja Atlandia, Luther tidak boleh mengambil risiko ini."Pangeran Huston, kita harus mengambil risiko. Pada saat krisis seperti ini, harus ada seseorang yang berkorban. Lagi pula, dia hanya seorang pengawal saja, kenapa kamu begitu cemas?" kata Rajib dengan cuek."Aku nggak boleh ya nggak boleh!" kata Huston dengan volume suara yang hampir seperti berteriak. Sebuah kekuatan yang besar langsung meledak hingga Rajib mundur beberapa langkah dengan ekspresi terkejut.Bukan hanya Rajib, bahkan yang lainnya juga saling memandang dengan bingung. Tidak ada yang menyangka Huston akan bereaksi sebesar itu.Seolah-olah menyadari emosinya agak berlebihan, Huston menarik napas dalam-dalam dan menekan pe