"Nggak bisa! Ini terlalu berbahaya!" Melihat Luther hendak mengambil risiko, Huston segera menghentikannya. Dia tahu kakaknya sangat kuat, tetapi ada banyak ahli di sekitar Jayden. Jika kakaknya gagal membunuh Jayden, kemungkinan besar kakaknya akan dikepung dan dibunuh oleh para ahli. Sebagai calon Raja Atlandia, Luther tidak boleh mengambil risiko ini."Pangeran Huston, kita harus mengambil risiko. Pada saat krisis seperti ini, harus ada seseorang yang berkorban. Lagi pula, dia hanya seorang pengawal saja, kenapa kamu begitu cemas?" kata Rajib dengan cuek."Aku nggak boleh ya nggak boleh!" kata Huston dengan volume suara yang hampir seperti berteriak. Sebuah kekuatan yang besar langsung meledak hingga Rajib mundur beberapa langkah dengan ekspresi terkejut.Bukan hanya Rajib, bahkan yang lainnya juga saling memandang dengan bingung. Tidak ada yang menyangka Huston akan bereaksi sebesar itu.Seolah-olah menyadari emosinya agak berlebihan, Huston menarik napas dalam-dalam dan menekan pe
Di aula samping istana Raja Atlandia, empat Amangkurat di selatan sedang duduk dan menunggu dengan tenang. Ekspresi setiap orang berbeda-beda, seolah-olah merenungkan sesuatu. Firus menikmati teh dengan santai, Sandya diam karena sedang bermeditasi, dan Rajib sedang mengamati dekorasi di sekeliling aula itu. Sementara itu, Arafu yang gelisah terkadang berdiri, duduk, dan mondar-mandir.Setelah menunggu sekitar tiga puluh menit, Haruna akhirnya masuk ke aula samping bersama dengan Huston dan Dodi. Dia membawa sebuah kotak berwarna ungu yang cantik."Semuanya, token militer marsekal sudah ada di sini," kata Haruna sambil meletakkan kotak ungu itu di atas meja. Setelah dibuka, terlihat sebuah token militer dengan ukiran harimau dan berwarna emas. Ukiran harimau di token itu terlihat sangat indah dan berwibawa. Di tubuh harimau itu terukir tulisan emas yaitu token kekuatan militer Raja Atlandia.Setelah melihat token berukiran harimau itu, mata Arafu bersinar. "Ini benar-benar token milite
Sandya adalah orang pertama yang menyadari dan berteriak dengan keras."Cepat! Cepat pergi rebut token militernya kembali!" Haruna segera memerintah."Kejar!" kata Dodi sambil segera menarik pedangnya dan memimpin sekelompok Pasukan Naga Terbang berlari menuju arah di mana Firus menghilang."Kenapa bisa seperti ini?" Huston tertegun dan berdiri di tempatnya, tidak tahu harus bagaimana. Dia tidak menyangka Firus akan merebut token militernya, sehingga tidak membuat persiapan sama sekali. Setelah tersadar kembali, Firus sudah melarikan diri."Pangeran Huston, Firus pasti orang Jayden. Dia mendukungmu dan membantu istana untuk memberantas pemberontak agar kalian lengah dan memercayainya sepenuhnya. Setelah waktunya tiba, dia akan merebut token militer dan membuat kita jatuh ke situasi genting," kata Sandya dengan nada muram."Sialan! Nggak disangka, Firus ternyata seorang pengkhianat. Sungguh menyebalkan!" kata Arafu dengan sangat marah."Pantas saja tadi Firus terus mengusulkan untuk men
"Apa? Melarikan diri? Bukannya itu berarti kita menyerahkan takhta kepada Jayden?" tanya Huston dengan ekspresi masam."Asalkan masih hidup, berarti masih punya kesempatan untuk merebut takhta," sahut Sandya dengan serius."Takhta dan token militer direbut. Pasukan Naga Hitam di bawah komando Jayden. Di bawah situasi seperti ini, kesempatan apa lagi yang kita punya?" tanya Rajib sambil menggeleng.Kalau tahu akan seperti ini, Rajib tidak akan menjodohkan anaknya dengan Keluarga Bennett. Semua ini karena keserakahannya. Sekarang, dia malah terlibat dalam situasi dilema seperti ini."Aku rasa Amangkurat Sandya benar. Kita harus membuat perhitungan terburuk." Haruna mengangguk setuju.Meskipun tidak ingin mengakui, situasi mereka memang sangat tidak menguntungkan. Jika token militer benar-benar jatuh ke tangan Jayden, mereka tidak akan punya kesempatan untuk membalikkan situasi lagi dan hanya bisa meninggalkan Atlandia.Dengan status Haruna sebagai tuan putri, dia tetap punya tempat meski
Setelah dipikir-pikir sekarang, semua itu mungkin hanya strategi mereka. Jayden bukan hanya tahu semua tindakan Huston dan Luther, tetapi juga tahu tujuan mereka.Sejak awal, mereka sudah jatuh ke perangkap Jayden. Jayden sudah menebak pergerakan mereka, makanya memasang perangkap semacam itu.Tujuan akhir Jayden tidak lain adalah token militer. Dengan kata lain, token militer bisa direbut karena Huston dan Luther termakan jebakannya.Harus diakui bahwa jenderal kavaleri ini memang luar biasa. Pantas saja, dia bisa menempati posisi itu dengan kokoh. Sementara itu, Huston dan Luther kurang berpengalaman dalam intrik semacam ini.Waktu berlalu dengan cepat. Hari sudah pagi lagi. Setelah bersih-bersih semalaman, istana menjadi bersih kembali. Hanya saja, masih ada bekas darah yang terlihat.Pasukan Empat Amangkurat telah ditempatkan di kamp pertahanan kota. Jaraknya tidak jauh dari istana sehingga mereka bisa memberi bala bantuan kapan saja.Karena token militer hilang, sebagian besar ora
"Apa? Kita dikepung Pasukan Naga Hitam? Gimana bisa secepat ini?" pekik Rajib yang hampir melompat saking paniknya. Dia mengira masih bisa mengulur beberapa hari, tetapi ternyata Jayden mengambil tindakan secepat itu. Sungguh mengerikan!"Kumpulkan semua pasukan untuk mengawal Ratu dan Pangeran!" seru Arafu."Nggak sempat lagi. Pasukan Naga Hitam sudah memblokir jalan. Kita nggak akan bisa ke mana-mana lagi," tolak Haruna sambil menggeleng dengan ekspresi masam. Meskipun sudah membuat persiapan mental, dia tetap sulit menerima kenyataan ini."Tetap harus dicoba. Jangan berdiam diri begitu," ujar Arafu dengan cemas."Nggak ada gunanya." Haruna menggeleng. "Token militer di tangan Jayden. Posisinya lebih unggul. Daripada bersembunyi seperti tikus, lebih baik kita hadapi supaya nggak terlihat seperti pengecut.""Ratu ...." Arafu masih ingin membujuk, tetapi Haruna mengangkat tangan dan menyela, "Amangkurat Arafu, terima kasih atas kesetiaan kalian. Kalian nggak perlu mengorbankan diri. Me
"Ratu ...." Arafu ingin berbicara, tetapi Haruna mengangkat tangan untuk menyuruhnya diam."Oh ya?" Jayden tersenyum dan menjadi berminat. Dia bertanya, "Ratu, kamu ingin bernegosiasi denganku ya?""Benar." Haruna berbicara terus terang, "Asalkan kamu memenuhi 3 permintaanku, kami akan menyerahkan takhta kepadamu dan menerimamu sebagai raja.""Ratu, tanpa dukungan darimu, aku juga bisa menjadi raja. Jadi, apa hakmu untuk bernegosiasi denganku?" tanya Jayden sambil tersenyum tipis."Aku yakin kamu sangat mementingkan reputasi. Memangnya kamu nggak mau naik takhta tanpa protes rakyat?" balas Haruna."Oke. Kalau begitu, aku akan memberimu kesempatan untuk menyebutkan permintaanmu," ucap Jayden dengan nada datar. Kemenangan sudah ada di depan mata. Ada bagusnya juga jika dia bisa menaiki takhta tanpa kerepotan apa pun. Tentunya, dia akan menolak jika permintaan Haruna berlebihan."Permintaan pertamaku adalah kamu harus bersikap baik kepada rakyat setelah menjadi raja. Nggak mudah bagi Atla
"Aku cuma punya seorang putra. Mana mungkin aku meninggalkannya sendirian di Atlandia? Kumohon kamu bisa mengabulkan permintaanku ini," ujar Haruna sambil membungkuk. Dia tidak peduli pada martabatnya lagi sekarang. Yang ada di pikirannya hanya keselamatan putranya."Kalau kamu nggak mau pulang sendiri, tinggal saja di Atlandia. Aku akan mencari tempat tinggal yang bagus untuk kalian berdua. Gimana?" tanya Jayden dengan dingin."Kamu akan menjadi Raja Atlandia. Kurang pantas kalau kami masih tinggal di sini, 'kan? Sebaiknya kamu pulangkan kami supaya nggak ada masalah lagi ke depannya," sahut Haruna."Huston keponakanku. Dia seharusnya tinggal di Atlandia dan membantuku. Kalau kinerjanya bagus, aku bisa mempromosikannya. Dia akan menikmati kekayaan dan kemuliaan yang tiada tara," ucap Jayden sambil tersenyum."Jenderal, anggap saja aku sedang memohon kepadamu. Tolong izinkan kami pulang demi mendiang Raja." Usai berbicara, Haruna langsung bersujud. Tindakannya yang mendadak ini membuat