Setelah dipikir-pikir sekarang, semua itu mungkin hanya strategi mereka. Jayden bukan hanya tahu semua tindakan Huston dan Luther, tetapi juga tahu tujuan mereka.Sejak awal, mereka sudah jatuh ke perangkap Jayden. Jayden sudah menebak pergerakan mereka, makanya memasang perangkap semacam itu.Tujuan akhir Jayden tidak lain adalah token militer. Dengan kata lain, token militer bisa direbut karena Huston dan Luther termakan jebakannya.Harus diakui bahwa jenderal kavaleri ini memang luar biasa. Pantas saja, dia bisa menempati posisi itu dengan kokoh. Sementara itu, Huston dan Luther kurang berpengalaman dalam intrik semacam ini.Waktu berlalu dengan cepat. Hari sudah pagi lagi. Setelah bersih-bersih semalaman, istana menjadi bersih kembali. Hanya saja, masih ada bekas darah yang terlihat.Pasukan Empat Amangkurat telah ditempatkan di kamp pertahanan kota. Jaraknya tidak jauh dari istana sehingga mereka bisa memberi bala bantuan kapan saja.Karena token militer hilang, sebagian besar ora
"Apa? Kita dikepung Pasukan Naga Hitam? Gimana bisa secepat ini?" pekik Rajib yang hampir melompat saking paniknya. Dia mengira masih bisa mengulur beberapa hari, tetapi ternyata Jayden mengambil tindakan secepat itu. Sungguh mengerikan!"Kumpulkan semua pasukan untuk mengawal Ratu dan Pangeran!" seru Arafu."Nggak sempat lagi. Pasukan Naga Hitam sudah memblokir jalan. Kita nggak akan bisa ke mana-mana lagi," tolak Haruna sambil menggeleng dengan ekspresi masam. Meskipun sudah membuat persiapan mental, dia tetap sulit menerima kenyataan ini."Tetap harus dicoba. Jangan berdiam diri begitu," ujar Arafu dengan cemas."Nggak ada gunanya." Haruna menggeleng. "Token militer di tangan Jayden. Posisinya lebih unggul. Daripada bersembunyi seperti tikus, lebih baik kita hadapi supaya nggak terlihat seperti pengecut.""Ratu ...." Arafu masih ingin membujuk, tetapi Haruna mengangkat tangan dan menyela, "Amangkurat Arafu, terima kasih atas kesetiaan kalian. Kalian nggak perlu mengorbankan diri. Me
"Ratu ...." Arafu ingin berbicara, tetapi Haruna mengangkat tangan untuk menyuruhnya diam."Oh ya?" Jayden tersenyum dan menjadi berminat. Dia bertanya, "Ratu, kamu ingin bernegosiasi denganku ya?""Benar." Haruna berbicara terus terang, "Asalkan kamu memenuhi 3 permintaanku, kami akan menyerahkan takhta kepadamu dan menerimamu sebagai raja.""Ratu, tanpa dukungan darimu, aku juga bisa menjadi raja. Jadi, apa hakmu untuk bernegosiasi denganku?" tanya Jayden sambil tersenyum tipis."Aku yakin kamu sangat mementingkan reputasi. Memangnya kamu nggak mau naik takhta tanpa protes rakyat?" balas Haruna."Oke. Kalau begitu, aku akan memberimu kesempatan untuk menyebutkan permintaanmu," ucap Jayden dengan nada datar. Kemenangan sudah ada di depan mata. Ada bagusnya juga jika dia bisa menaiki takhta tanpa kerepotan apa pun. Tentunya, dia akan menolak jika permintaan Haruna berlebihan."Permintaan pertamaku adalah kamu harus bersikap baik kepada rakyat setelah menjadi raja. Nggak mudah bagi Atla
"Aku cuma punya seorang putra. Mana mungkin aku meninggalkannya sendirian di Atlandia? Kumohon kamu bisa mengabulkan permintaanku ini," ujar Haruna sambil membungkuk. Dia tidak peduli pada martabatnya lagi sekarang. Yang ada di pikirannya hanya keselamatan putranya."Kalau kamu nggak mau pulang sendiri, tinggal saja di Atlandia. Aku akan mencari tempat tinggal yang bagus untuk kalian berdua. Gimana?" tanya Jayden dengan dingin."Kamu akan menjadi Raja Atlandia. Kurang pantas kalau kami masih tinggal di sini, 'kan? Sebaiknya kamu pulangkan kami supaya nggak ada masalah lagi ke depannya," sahut Haruna."Huston keponakanku. Dia seharusnya tinggal di Atlandia dan membantuku. Kalau kinerjanya bagus, aku bisa mempromosikannya. Dia akan menikmati kekayaan dan kemuliaan yang tiada tara," ucap Jayden sambil tersenyum."Jenderal, anggap saja aku sedang memohon kepadamu. Tolong izinkan kami pulang demi mendiang Raja." Usai berbicara, Haruna langsung bersujud. Tindakannya yang mendadak ini membuat
Di seluruh Atlandia, hanya beberapa orang yang kemampuannya pantas dibandingkan dengan kemampuan Firus. Jika Firus tidak mencuri token militer semalam, Jayden tidak mungkin menekan mereka seperti sekarang ini."Pangeran, kamu harus bisa menilai situasi. Jenderal Jayden lebih pantas menjadi raja daripadamu. Apa salah kalau aku membantunya?" balas Firus sambil tersenyum tipis."Kukira kamu orang yang setia, tapi ternyata kamu begitu tercela!" maki Huston."Setia atau tercela, semua itu tergantung siapa yang menang," sahut Firus sambil mengedikkan bahu."Kalaupun aku kalah, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja!" teriak Huston. Dia menjulurkan tangannya, lalu pedangnya memelesat kembali ke tangannya."Kamu masih ingin bertarung denganku?" Firus terkekeh-kekeh. "Kalaupun kamu mempertaruhkan nyawamu, kamu tetap akan kalah.""Kita akan tahu setelah bertarung nanti," timpal Huston. Begitu Huston berjinjit, sebuah sosok tiba-tiba melayang turun dari udara dan mengadang di depannya. Itu adala
"Sebenarnya siapa dia? Hebat sekali. Firus sampai kalah dibuatnya!""Dia masih muda, tapi sudah sehebat ini. Sulit dipercaya! Dia bisa menjadi jenderal hebat!""Jangan terburu-buru. Firus belum menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya. Jadi, kita belum tahu siapa pemenangnya."Orang-orang tidak bisa menahan diri untuk bergosip saat melihat pertarungan seru itu. Mereka tahu betapa hebatnya ahli bela diri Atlandia. Namun, sekarang tiba-tiba muncul seorang pemuda misterius yang tidak dikenal siapa pun.Tidak heran jika mereka merasa penasaran dengan pemuda misterius ini. Bagaimanapun, ahli bela diri seperti ini jarang ditemui."Huston, dari mana kamu kenal ahli bela diri itu? Kenapa aku nggak pernah melihatnya dulu?" tanya Haruna yang merangkul putranya. Ekspresinya tampak kebingungan."Ibu, aku belum bisa memberitahumu sekarang," sahut Huston sambil menggeleng. Luther terus bersembunyi selama ini. Dia memunculkan diri karena tidak punya pilihan lain. Jika identitas Luther terungkap, Jayde
Setelah kejadian itu, Firus fokus berlatih dan kekuatannya berkembang pesat. Tanpa diduga, dia malah kewalahan dibuat seorang pemuda hari ini. Ini adalah penghinaan besar!"Keterlaluan!" bentak Firus saat melihat situasi makin gawat. Dia langsung melancarkan serangan mematikan.Saat berikutnya, Firus mengangkat tombak dengan satu tangan dan segera menjauhkan diri. Dia berputar di udara, lalu hendak menikam Luther. Energi astral sontak meledak dari tubuhnya."Rasakan ini!" seru Firus. Tiba-tiba, tombaknya bergetar dan bayangan tombak memenuhi ruang. Semua bayangan itu mengandung kekuatan destruktif yang mengerikan dan menargetkan Luther."Huh!" Luther sama sekali tidak menghindar. Pedang Cakrawala bergetar dan muncul cahaya yang menyilaukan mata. Cahaya itu membentur seluruh bayangan tombak tanpa ragu sedikit pun.Bam, bam, bam .... Cahaya pedang Luther menghancurkan seluruh bayangan tombak Firus, bahkan mengenai ujung tombak Firus.Duar! Terdengar suara ledakan yang cukup keras. Tombak
"Tangkap bocah ini!" Jayden segera memberi perintah saat melihat Luther mengabaikan perintahnya. Tentu bagus jika ahli bela diri sehebat ini berada di bawah naungannya. Namun, jika menolak untuk direkrut, Jayden akan langsung membunuhnya untuk menghindari terjadi musibah di kemudian hari."Maju!" Abram dan Chokri segera melambaikan tangan mereka untuk memberi instruksi. Dengan demikian, ratusan ahli bela diri berbondong-bondong maju untuk menyerang Luther. Mereka semua adalah Pasukan Naga Hitam. Semuanya memiliki kekuatan yang luar biasa, apalagi jika bekerja sama."Berhenti!" Tiba-tiba, sesosok yang berpakaian hitam melayang turun dari udara dan menghentikan kerumunan.Duar! Terdengar suara benturan yang keras. Tanah sontak retak dan debu beterbangan. Para ahli bela diri itu pun terdorong dan tidak bisa berdiri dengan stabil."Siapa itu?" Semua orang menatap dengan saksama. Terlihat seorang pria tua beruban berdiri di kejauhan 50 meter. Ekspresinya tampak datar, tetapi karismanya sung
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny