"Kak Naim ...." Pada saat itu, Misandari dan Luther berjalan masuk ke aula utama bersama-sama.Melihat keduanya, Naim langsung bangkit dan tersenyum untuk menyambut mereka. "Misandari, sudah lama nggak bertemu."Setelah mengatakan itu, Naim mengalihkan pandangannya ke Luther dan berkata sambil tersenyum, "Ini pasti Gerald, 'kan? Sudah sepuluh tahun nggak bertemu, nggak disangka kamu berubah begitu banyak. Aku hampir saja nggak bisa mengenalimu.""Aku memberi hormat pada Pangeran Naim," kata Luther sambil membungkuk untuk memberi hormat.Naim segera mengulurkan tangan dan menahan Luther yang membungkuk. "Kita semua adalah saudara, nggak perlu begitu sungkan. Ayo duduk. Kalian nggak perlu terlalu formal, anggap saja ini rumah sendiri.""Terima kasih, Pangeran.""Terima kasih, Kak Naim."Luther dan Misandari mengucapkan terima kasih, lalu duduk di kursi di samping."Gerald, mohon maaf sudah memanggilmu di tengah malam seperti ini. Tapi, ada beberapa hal yang benar-benar mendesak, aku hara
Mutiara Sudama adalah salah satu dari tiga benda suci di dunia persilatan. Sama seperti Mutiara Spiritual, benda ini adalah harta karun yang didambakan oleh banyak orang. Mutiara ini sangat ajaib dan memiliki banyak kegunaan. Bukan hanya bisa menghancurkan semua ilusi, juga bisa memecahkan banyak formasi yang rumit. Jika tersesat dalam ilusi atau terperangkap dalam formasi, bisa segera menemukan celahnya dengan mutiara ini.Selain itu, Mutiara Sudama ini juga berperan penting dalam pertempuran. Semua metode serangan, titik kelemahan, dan serangan mematikan musuh bisa segera diketahui dengan mutiara ini. Mutiara ini bahkan memiliki keunggulan alami dalam hal mencari dan menilai harta karun. Apakah barang itu benar-benar sebuah harta karun, berapa nilainya, dan tersembunyi di mana, semuanya bisa langsung diketahui dengan mutiara ini.Luther tidak menyangka ternyata ada harta karun seperti ini yang tersembunyi di kediaman pangeran pertama.Naim tersenyum dan berkata, "Gerald, matamu benar
"Tubuhku lemah sejak kecil. Aku mudah lelah. Lagian, aku seorang cendekiawan. Apa gunanya sumber energi naga itu untukku? Ambil saja. Kamu calon Raja Atlandia. Negara akan menjadi makin makmur kalau kamu makin hebat. Kalau aku berkesempatan menjadi pewaris takhta, kita bisa sama-sama menciptakan kejayaan," ujar Naim sambil menepuk bahu Luther.Jelas, ada makna tersirat dari ucapan Naim. Setelah Luther menerima barang berharga itu, dia harus membantu Naim untuk mendapatkan kekuasaan. Dengan begitu, mereka akan sama-sama untung."Terima kasih, Yang Mulia." Luther tidak bisa menolak lagi. Lagi pula, Mutiara Sudama memegang peran penting dalam menemukan sumber energi naga. Sumber energi itu bisa meningkatkan basis kultivasi dengan cepat. Mungkin, Luther bisa mencapai tingkat apsara dalam waktu singkat.Bagi pesilat mana pun, ini adalah godaan yang sungguh besar. Meskipun bertentangan dengan hati nurani, Luther tetap harus menerima hadiah itu.Setelah mengobrol sesaat di aula, keduanya sepe
"Apa yang terjadi?" tanya Luther. Begitu tersadar kembali, dia baru mendapati dirinya jatuh ke pelukan Misandari.Misandari mengenakan pakaian yang lebar sehingga Luther tidak bisa melihat bentuk badannya. Namun, begitu bersentuhan, Luther baru tahu bahwa payudara wanita ini begitu besar."Apa yang kamu lakukan?" tanya Misandari yang merasa malu sekaligus kesal."Maaf, aku nggak sengaja. Mobil rem mendadak tadi, jadi aku kehilangan keseimbangan ...," jelas Luther yang merasa canggung."Kamu belum cukup menyentuhnya? Cepat singkirkan tanganmu!" bentak Misandari."Maaf, maaf sekali." Luther buru-buru menarik tangannya kembali. Ternyata, manusia tidak boleh terlalu lelah atau reaksi mereka akan menjadi lamban."Apa yang terjadi di luar?" tanya Misandari dengan lantang."Ada yang menghalangi jalan kita," jawab sopir."Menghalangi jalan di tengah malam begini? Jangan-jangan mereka pembunuh?" tanya Misandari sambil menyibakkan tirai jendela mobil. Kemudian, dia turun dari mobil.Luther menep
"Gimana kalau aku bersikeras ingin pulang?" tanya Luther dengan ekspresi dingin."Kami hanya melaksanakan perintah. Tolong jangan mempersulit kami," sahut Hawi tanpa berniat mengalah sedikit pun. Sementara itu, Pasukan Zirah Perak di belakang tampak berwaspada. Mereka seperti siap untuk membawa pergi Luther secara paksa jika Luther menolak."Lagi pula, kita sudah di sini. Sepertinya nggak masalah kalau bertemu dengan Kak Nolan sebentar. Nggak ada salahnya berteman, 'kan?" ujar Misandari sambil menyenggol Luther sedikit.Sekarang bukan waktunya untuk bersikap keras kepala. Meskipun merasa kantuk dan lelah, Luther tetap harus menahan diri. Bagaimanapun, Luther akan terkesan lancang jika menolak mengunjungi kediaman Nolan, tetapi mengunjungi kediaman Naim. Dengan karakter Nolan, pria itu pasti akan mengambil tindakan."Ya sudah, tolong tuntun jalan," ucap Luther yang menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba untuk tidak mengamuk. Jangan sampai penolakannya ini mendatangkan kerepotan yang ber
Setelah mendengar jawaban ambigu Luther, Nolan awalnya memicingkan mata, lalu tertawa dan berkata, "Gerald, aku cuma jenderal yang pintar membunuh musuh di medan perang. Aku kurang pintar dalam menyusun strategi di luar itu. Informasi yang dimiliki Kak Naim jelas jauh lebih cepat dariku. Makanya, aku nggak tahu terlalu banyak.""Begitu rupanya." Luther mengangguk, lalu tersenyum dan membalas, "Sebenarnya, kepala pelayan dan Pangeran Naim mencariku juga bukan karena ada hal penting. Kami hanya mengobrol karena sudah lama nggak ketemu."Begitu mendengarnya, ekspresi Nolan jelas menjadi agak masam. Seorang jenderal berjanggut yang duduk di samping pun menggebrak meja dan membentak, "Hei! Apa maksudmu? Mana ada orang yang mengobrol tengah malam begini! Kamu kira Pangeran Nolan bodoh? Aku bisa membunuhmu sekarang juga!""Jangan bersikap lancang!" Nolan sontak membelalakkan mata dan menegur, "Gerald adalah putra Raja Atlandia. Dia tamu terhormat kediamanku. Jaga sikapmu!""Tapi, Yang Mulia,
"Kak Nolan ...." Misandari ingin berbicara saat melihat ada yang tidak beres dengan situasi ini. Namun, sebelum berkesempatan berbicara, Luther sudah menyela, "Aku tahu semua ini niat baik Pangeran. Kalau bersikeras menolak, aku akan terkesan tak tahu diuntung. Kalau begitu, aku akan menerima semuanya."Misandari termangu sesaat. Dia tidak jadi berbicara. Situasi macam apa ini? Kenapa Luther menerimanya begitu saja? Luther awalnya menerima hadiah dari Naim dan setuju akan membantu secara diam-diam, lalu sekarang menerima hadiah dari Nolan lagi. Apakah Pangeran Atlandia begitu mudah untuk dirayu?"Hahaha. Bagus, bagus!" Nolan tertawa terbahak-bahak melihat Luther menerimanya. "Pelayan, bungkus semua hadiah itu, lalu antar ke kediaman Gerald.""Terima kasih banyak, Pangeran," ucap Luther sambil menangkupkan tangan."Sama-sama, nggak perlu sungkan padaku." Nolan tersenyum dan mengalihkan topik pembicaraan. "Jadi, apa Ayah mengundangmu untuk membicarakan hal penting?"Luther melirik ke kan
Nolan menatap Luther lekat-lekat. Tatapannya dipenuhi antusiasme dan penantian. Dia awalnya hanya ingin mengorek informasi dari Luther, tetapi ternyata Luther begitu penting di mata ayahnya, sampai-sampai bisa memengaruhi keputusan ayahnya dalam memilih pewaris.Dengan kata lain, Nolan bisa menjadi putra mahkota atau tidak, semua tergantung pada keputusan Luther. Hal ini sungguh membuatnya gembira."Yang Mulia kuat dan berani, bahkan punya banyak prestasi perang. Tentu saja cocok menjadi putra mahkota. Tapi, yang membuat keputusan akhir adalah Kaisar. Aku cuma menyarankan," ujar Luther."Nggak apa-apa, yang penting kamu mendukungku," sahut Nolan dengan penuh semangat."Yang Mulia begitu murah hati dan cocok denganku. Aku pasti akan mendukungmu menjadi putra mahkota," ucap Luther."Bagus, aku baru bisa tenang kalau kamu mendukungku." Nolan tertawa terbahak-bahak sebelum meneruskan, "Gerald, mulai hari ini kamu adalah saudaraku. Kelak kalau ada masalah, cari saja aku.""Terima kasih, Yan