"Kak Nolan ...." Misandari ingin berbicara saat melihat ada yang tidak beres dengan situasi ini. Namun, sebelum berkesempatan berbicara, Luther sudah menyela, "Aku tahu semua ini niat baik Pangeran. Kalau bersikeras menolak, aku akan terkesan tak tahu diuntung. Kalau begitu, aku akan menerima semuanya."Misandari termangu sesaat. Dia tidak jadi berbicara. Situasi macam apa ini? Kenapa Luther menerimanya begitu saja? Luther awalnya menerima hadiah dari Naim dan setuju akan membantu secara diam-diam, lalu sekarang menerima hadiah dari Nolan lagi. Apakah Pangeran Atlandia begitu mudah untuk dirayu?"Hahaha. Bagus, bagus!" Nolan tertawa terbahak-bahak melihat Luther menerimanya. "Pelayan, bungkus semua hadiah itu, lalu antar ke kediaman Gerald.""Terima kasih banyak, Pangeran," ucap Luther sambil menangkupkan tangan."Sama-sama, nggak perlu sungkan padaku." Nolan tersenyum dan mengalihkan topik pembicaraan. "Jadi, apa Ayah mengundangmu untuk membicarakan hal penting?"Luther melirik ke kan
Nolan menatap Luther lekat-lekat. Tatapannya dipenuhi antusiasme dan penantian. Dia awalnya hanya ingin mengorek informasi dari Luther, tetapi ternyata Luther begitu penting di mata ayahnya, sampai-sampai bisa memengaruhi keputusan ayahnya dalam memilih pewaris.Dengan kata lain, Nolan bisa menjadi putra mahkota atau tidak, semua tergantung pada keputusan Luther. Hal ini sungguh membuatnya gembira."Yang Mulia kuat dan berani, bahkan punya banyak prestasi perang. Tentu saja cocok menjadi putra mahkota. Tapi, yang membuat keputusan akhir adalah Kaisar. Aku cuma menyarankan," ujar Luther."Nggak apa-apa, yang penting kamu mendukungku," sahut Nolan dengan penuh semangat."Yang Mulia begitu murah hati dan cocok denganku. Aku pasti akan mendukungmu menjadi putra mahkota," ucap Luther."Bagus, aku baru bisa tenang kalau kamu mendukungku." Nolan tertawa terbahak-bahak sebelum meneruskan, "Gerald, mulai hari ini kamu adalah saudaraku. Kelak kalau ada masalah, cari saja aku.""Terima kasih, Yan
"Ternyata ini ide busukmu." Misandari termangu sesaat sebelum memahami semuanya. Dia kira-kira sudah mengerti tindakan Luther.Kedua pangeran sama-sama mengundang di larut malam seperti ini. Jika menolak niat baik mereka, takutnya mereka akan tersinggung dan mencari masalah dengan Luther.Sebaliknya, jika Luther membuat kedua pangeran itu senang, dia bukan hanya akan mendapat banyak keuntungan, tetapi juga mencegah terjadinya perselisihan.Meskipun terkesan serakah, harus diakui bahwa metode ini adalah yang terbaik. Dengan demikian, Luther tidak akan menyinggung kedua belah pihak."Gimana lagi? Aku juga nggak punya pilihan lain. Kalau bisa memilih, kamu kira aku mau menerima hadiah-hadiah itu? Semua ini seperti bilah tajam. Aku hanya bisa mengorbankan diri demi hasil akhir yang terbaik." Luther menggeleng dengan frustrasi."Tolong singkirkan senyumanmu waktu bicara." Misandari mengerlingkan matanya. Pria ini sudah mendapat keuntungan, tetapi masih berpura-pura tidak menginginkannya."P
"Hais ... lelah juga menghasilkan uang sebanyak ini!" Luther menghela napas dengan ekspresi tak berdaya. Dia benar-benar lelah! Kenapa sulit sekali untuk tidur?"Gerald, lama nggak ketemu!" Ketika Luther dan Misandari masih mengobrol, seorang pemuda berpakaian mewah menghampiri dengan membawa pasukannya.Pemuda ini memiliki penampilan yang gagah dan wajah yang elegan. Begitu tersenyum, para wanita akan jatuh hati dibuatnya. Dia tidak lain adalah Pangeran Ketiga Negara Drago, Nivan."Gerald, sudah 10 tahun kita nggak ketemu. Kamu makin tampan saja!" puji Nivan yang tersenyum sambil menghampiri.Nivan menyambut Luther dengan ramah, seolah-olah mereka adalah sahabat yang sudah lama terpisah. "Dulu waktu kecil, kita sering kali berburu bersama. Tapi, keterampilan panahku kalah jauh darimu.""Oh, ternyata Pangeran Nivan. Halo, lama nggak ketemu," sapa Luther yang memaksakan senyuman."Salam, Kak Nivan." Misandari membungkuk memberi hormat."Oh? Misandari juga di sini? Kebetulan sekali, ayo
Tentu saja, jika dibandingkan dengan Luther yang makan dengan lahap, keduanya tampak elegan dan sekadar mencicipi. Sekitar 30 menit kemudian, Luther akhirnya kenyang. Perutnya yang semula datar menjadi buncit sekarang."Burp!" Setelah meminum segelas anggur, Luther tak kuasa beserdawa. 'Andai saja aku bisa tidur nyenyak setelah makan kenyang .... Eh? Kenapa aku makin ngantuk setelah makan?'"Gerald, gimana? Enak nggak?" tanya Nivan sambil tersenyum."Tentu saja enak. Semua ini makanan lezat yang jarang kutemui," sahut Luther dengan puas."Baguslah kalau begitu." Nivan tersenyum sambil meneruskan, "Gerald, kenapa kamu masih belum pulang untuk istirahat? Hari ini terjadi banyak masalah sampai ada begitu banyak pos pemeriksaan yang didirikan di Kota Terlarang. Kamu harus hati-hati.""Oh, kami pergi ke kediaman Pangeran Nolan tadi." Luther tidak merahasiakan apa pun karena tidak ingin bertele-tele lagi. Dia ingin segera membereskan semua supaya bisa pulang dan tidur."Oh?" Nivan berpura-pu
"Hais, Gerald, jangan rendah hati seperti ini. Kamu adalah Putra Kirin yang terkenal. Meskipun menghilang bertahun-tahun, kamu tetap hebat. Aku yakin pada kemampuanmu," balas Nivan yang menepuk bahu Luther, seolah-olah Luther adalah adiknya.'Memangnya ini masalah kemampuan? Masalahnya adalah kamu belum memberiku apa-apa. Kalau kamu memberiku sesuatu, aku juga nggak akan berpura-pura bodoh seperti ini,' batin Luther. Pada saat yang sama, dia berkata dengan ekspresi datar, "Pujian Yang Mulia berlebihan.""Gerald, coba kamu pertimbangkan tawaranku dulu." Nivan menatapnya lekat-lekat dan berujar, "Di antara kami bertiga, aku punya peluang terbesar untuk menduduki takhta. Mendukungku adalah pilihan paling bijaksana sekaligus investasi terbaik.""Hm ...." Luther berpura-pura merenung. Normalnya, orang cerdas mana pun akan menggunakan kesempatan ini untuk menyuap. Namun, Nivan malah hanya meminum anggur sambil tersenyum.Di mata Nivan, Luther hanya seorang pejabat dan seharusnya memiliki kes
Luther kehilangan waktu tidurnya dan hanya mendapat liontin ini? Menyedihkan sekali. Mereka sama-sama pangeran, tetapi kenapa pemberian Nivan begitu berbeda?"Yang Mulia, sekarang sudah malam sekali. Aku pamit dulu." Luther mengambil inisiatif untuk berpamitan."Baiklah. Aku akan mencarimu lagi kalau ada masalah penting." Nivan tersenyum dan mengangguk. Setelah berbasa-basi sesaat, Luther dan Misandari pun pergi.Keduanya kembali ke mobil. Luther menatap giok yang terlihat biasa-biasa itu, lalu menggeleng dan menghela napas. "Putri, kakak ketigamu pelit sekali. Masa ingin menyuapku dengan giok ini?""Kak Nivan sangat waspada. Sebelum memiliki keyakinan besar, dia nggak bakal membuat pengorbanan yang sia-sia. Sudah lumayan dia masih memberimu giok berkualitas tinggi," sahut Misandari sambil tersenyum.Faktanya, jika Misandari tidak bersuara tadi, Luther mungkin tidak akan mendapat apa pun. Dengan kepribadian Nivan, dia hanya akan memberi Luther janji manis."Kalau dibandingkan dengan ha
"Omong-omong, seharusnya nggak ada yang menggangguku lagi, 'kan?" tanya Luther sambil bersandar di jok.Gangguan yang terus datang membuat Luther benar-benar lelah. Orang-orang terus menghalangi jalannya, padahal dia hanya ingin pulang untuk tidur.Sekarang, Luther pun tidak mau tidur di mobil lagi. Dia tidak suka perasaan dibangunkan seseorang saat sedang tidur nyenyak. Perasaan itu seperti dipaksa untuk berhenti kencing."Kenapa? Kamu merasa keuntunganmu belum cukup besar hari ini?" goda Misandari."Uang memang penting, tapi nyawa jauh lebih penting. Aku benar-benar lelah dan ingin tidur," balas Luther."Tenang saja, hanya mereka bertiga yang pantas memperebutkan takhta. Sisanya nggak akan berani mengambil tindakan," ujar Misandari."Baguslah kalau begitu." Luther mengembuskan napas, lalu meneruskan, "Aku akhirnya bisa tidur nyenyak malam ini!""Jangan senang terlalu cepat. Aku rasa kamu nggak bakal bisa tidur malam ini," ucap Misandari yang menggeleng."Kenapa? Bukannya kamu bilang
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m
Yoku tahu bahwa Luther kuat, tetapi dia tidak menyangka sekuat itu. Sejak awal pertarungan, meskipun posisinya kurang unggul, Yoku tetap merasa kekuatannya tidak kalah dari Luther.Sebab di matanya, Luther hanya menggunakan teknik tubuh yang lincah dan gaya bertarung gerilya. Pemuda ini tidak pernah benar-benar bertarung secara frontal.Yoku pun mengira bahwa selama dia bisa menemukan celah, suatu saat dia pasti bisa mengalahkan Luther.Namun, ketika Luther mengerahkan kekuatan sejatinya, barulah Yoku sadar dirinya telah salah besar.Ternyata, Luther bukan tidak bisa bertarung langsung, melainkan sengaja menahan diri dan menjaga harga dirinya. Begitu Luther berhenti merahasiakan kekuatannya, dia bisa mengalahkan lawannya dengan mudah.Tanpa perlu menggunakan teknik khusus, hanya mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan refleks, semua itu sudah cukup untuk menghancurkannya.Singkatnya, kesenjangan mereka terlalu besar, sampai tak bisa lagi ditutupi dengan teknik apa pun.Saat ini, bukan ha
Permintaan duel dari Yoku langsung membuat suasana di arena latihan membara.Di sekeliling arena, para prajurit mulai saling berbisik dengan antusias."Wakil Jenderal Yoku 'kan salah satu pendekar paling terkenal di pasukan kita. Jurus-jurusnya sudah menumbangkan banyak musuh di medan perang. Aku sudah lama banget nggak lihat dia bertarung," kata seorang prajurit muda dengan wajah penuh kekaguman."Betul, Wakil Jenderal Yoku kaya akan pengalaman tempur, kekuatannya luar biasa. Kalau dia turun tangan, sepertinya Tuan Gerald bakal kerepotan," sambung prajurit senior di sebelahnya.Mereka semua memang mengakui kekuatan Luther, terutama setelah pertarungan sebelumnya di mana dia mengalahkan lima prajurit elite dengan mudah. Namun, di mata mereka, sehebat apa pun Luther, dia tetap bukan tandingan Yoku.Sebagai seorang master, Yoku unggul dalam segala hal. Baik itu kekuatan, ketahanan, maupun pengalaman tempur, dia jauh lebih hebat daripada para ahli bela diri.Bahkan sebelumnya, Nivan juga
"Pangeran, para prajurit yang kulatih ini hanya ahli dalam teknik membunuh. Kalau sampai mereka menyakiti tamu kehormatan ini, takutnya akan sulit diatasi," kata Benton dengan nada halus, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Jika tidak punya kemampuan, sebaiknya jangan ikut campur atau diri sendiri yang akan menderita.Di sampingnya, Yoku tak berkata apa-apa, tetapi sorot matanya pada Luther juga penuh dengan sikap meremehkan. Anak muda berkulit halus dan tampak lemah seperti ini tentu tidak bisa dibandingkan dengan mereka yang setiap hari berlatih keras.Kemungkinan besar, pemuda ini hanya anak bangsawan yang dekat dengan Pangeran dan datang ke sini untuk mencari perhatian."Kalian ini memang nggak bisa menilai." Nivan menggeleng sambil tersenyum. "Kalau kalian benar-benar bisa melukai Tuan Gerald, akan kuberi kalian hadiah emas. Tapi, aku takut kalian nggak punya kemampuan seperti itu."Mendengar hadiah emas, para prajurit pun langsung bersemangat. Mata mereka berbinar, seolah-olah i
Saat sedang makan, Nivan bahkan sengaja memanggil dua wanita cantik untuk menemani Luther. Sejak zaman dahulu, para pahlawan selalu sulit untuk menolak pesona wanita cantik. Terkadang, seorang wanita yang luar biasa cantik lebih menarik daripada harta langka, kekuasaan, dan status.Namun, Luther terlihat tetap tenang terhadap pelayanan seperti ini. Dia terlihat tidak senang, tetapi dia juga tidak menolaknya secara terang-terangan. Menghadapi para wanita cantik yang duduk di sampingnya, dia tetap bersikap sopan dan menjaga jarak. Tidak masalah baginya untuk minum sedikit, tetapi tidak boleh berlebihan.Namun, Nivan memiliki pandangan yang berbeda terhadap tindakan Luther yang jelas tidak tertarik pada kecantikan wanita yang biasa saja. Setelah dipikir-pikir, dia merasa hal ini wajar juga. Dengan latar belakang seperti itu, Luther tidak mungkin akan tertarik dengan wanita cantik biasa. Sepertinya dia harus mengorbankan wanita cantik kebanggaannya untuk menguji reaksi Luther.Setelah sele
"Ini ...." Luther berpura-pura ragu dan tidak langsung memberikan jawaban.Melihat Luther tenggelam dalam pikirannya, Nivan yakin Luther sedang menghitung untung dan rugi. Dia mencondongkan tubuh ke depan dan tersenyum ramah, lalu berkata, "Gerald, kamu pasti tahu betapa penting sumber energi naga ini bagiku. Kalau bisa mengumpulkannya, aku akan makin beruntung dan lebih mudah untuk naik takhta. Pada saat itu, aku pasti nggak akan mengecewakanmu."Saat mengatakan itu, Nivan terus memperhatikan perubahan ekspresi Luther dan berusaha menangkap tanda-tanda lawannya mulai goyah.Luther mengangkat kepalanya dan langsung menatap Nivan dengan tatapan agak ragu. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, "Apa yang dikatakan Pangeran memang benar, tapi aku mendapatkan sumber energi naga ini dengan susah payah dan perjalanannya juga nggak mudah. Selain itu, kalau aku menyerahkannya pada Pangeran Nivan, aku takut akan menyinggung dua pangeran lainnya."Dia sengaja berhenti sejenak dan tidak melanjutka
Keesokan paginya, di dalam sebuah kediaman mewah. Saat Nivan sedang membalik-balik sebuah kitab kuno di ruang bacanya, pengikut setianya masuk dengan tergesa-gesa dan melapor, "Pangeran, ada mata-mata yang melapor. Mereka berhasil menemukan satu sumber energi naga lagi.""Oh?"Nivan mengernyitkan alisnya, lalu menutup kitab kuno yang sedang dibacanya dan segera bertanya, "Di mana?""Menurut penyelidikan, Gerald sudah mendapatkan sumber energi naga itu," lapor pengikut itu."Gerald?" tanya Nivan sambil menyipitkan mata, terlihat terkejut. Sebelumnya, dia sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut Gerald, tetapi sampai sekarang pun Gerald masih belum menanggapinya. Namun, belakangan ini dia baru tahu ternyata Naim dan Nolan juga melakukan hal yang sama. Untungnya, sampai sekarang pun Gerald masih belum menyatakan keputusannya.Meskipun Gerald terkesan seperti menunggu tawaran terbaik, Nivan berpikir setidaknya Gerald masih belum menolaknya. Sekarang Gerald juga memiliki sumber energi
"Beri aku waktu untuk berpikir ...."Perkataan Misandari membuat Luther terdiam dalam renungan.Membawa beban nasib bangsa bukanlah urusan kecil. Pertama, seseorang harus cukup kuat untuk menanggungnya. Kedua, orang itu juga harus punya persiapan mental untuk itu.Begitu menyatu dengan nasib bangsa, itu berarti mereka juga memikul tanggung jawab besar yang datang bersamanya.Dulu, Luther bisa bertindak sesuka hati tanpa terlalu banyak pertimbangan. Dengan beban seperti itu, semuanya akan berubah.Tentu saja, dia tidak punya terlalu banyak pilihan. Bersembunyi di Gunung Narima dan berlindung di bawah Riley, atau mengambil risiko dengan menyerap energi naga demi menembus batas kekuatan.Di antara keduanya, dia lebih menyukai pilihan kedua."Aku bisa coba jalankan rencanamu," ucap Luther akhirnya. "Tapi, sekarang kita masih kekurangan satu energi naga. Untuk bisa memulai, kita harus mendapatkan yang terakhir dulu."Lima energi naga harus lengkap agar bisa membentuk nasib negara yang utuh.
"Raja Dewa? Bahkan dua sekaligus?" Mendengar itu, Luther langsung mengernyit.Pertarungannya melawan Poseidon di Atlandia telah membuatnya sadar bahwa para Raja Dewa dari Kuil Dewa bukanlah lawan biasa.Satu orang saja sudah cukup untuk membuatnya bertarung mati-matian demi kemenangan yang sulit diperoleh.Kalau dua orang turun tangan sekaligus, jangankan menang, bisa hidup dan lolos saja sudah untung."Benar, Zeus dan Hera telah masuk wilayah negara kita. Kekuatan mereka berdua berada di atas Poseidon. Kalau mereka menjebakmu bersama, kemungkinan selamatmu sangat kecil," jelas Misandari dengan serius.Dia tahu Luther sangat kuat, tetapi tetap saja terlalu muda. Terlebih lagi, Zeus dan Hera berdiri di puncak dunia. Bisa selamat dari mereka bagaikan mimpi di siang bolong.Alasan Kuil Dewa sampai menurunkan dua Raja Dewa sekaligus, pasti karena mereka menyadari potensi Luther terlalu mengerikan.Kalau diberi waktu beberapa tahun lagi, Luther bisa menjadi tak tertandingi. Saat itu, seluru