"Omong-omong, seharusnya nggak ada yang menggangguku lagi, 'kan?" tanya Luther sambil bersandar di jok.Gangguan yang terus datang membuat Luther benar-benar lelah. Orang-orang terus menghalangi jalannya, padahal dia hanya ingin pulang untuk tidur.Sekarang, Luther pun tidak mau tidur di mobil lagi. Dia tidak suka perasaan dibangunkan seseorang saat sedang tidur nyenyak. Perasaan itu seperti dipaksa untuk berhenti kencing."Kenapa? Kamu merasa keuntunganmu belum cukup besar hari ini?" goda Misandari."Uang memang penting, tapi nyawa jauh lebih penting. Aku benar-benar lelah dan ingin tidur," balas Luther."Tenang saja, hanya mereka bertiga yang pantas memperebutkan takhta. Sisanya nggak akan berani mengambil tindakan," ujar Misandari."Baguslah kalau begitu." Luther mengembuskan napas, lalu meneruskan, "Aku akhirnya bisa tidur nyenyak malam ini!""Jangan senang terlalu cepat. Aku rasa kamu nggak bakal bisa tidur malam ini," ucap Misandari yang menggeleng."Kenapa? Bukannya kamu bilang
"Bayangkan kamu berbaring di permukaan laut yang bergelombang. Ada angin sepoi-sepoi yang meniup telinga dan rambutmu." Suara lembut Misandari seperti mengandung kekuatan magis yang aneh. Hanya dengan beberapa kalimat itu, Luther akhirnya tertidur lelap."Cepat sekali tidurnya." Misandari terkekeh-kekeh. Kemudian, dia duduk di samping Luther supaya Luther bisa bersandar di bahunya.Mobil terus melaju. Hanya saja, mereka bukan mengantar Luther pulang, melainkan pergi ke tempat asing.Luther bermimpi panjang. Di mimpinya, dia berdiri sendiri di medan perang. Ada banyak jenazah dan darah menodai seluruh tanah. Tidak ada manusia lain yang terlihat, seolah-olah hanya tersisa dirinya.Baik itu kerabat, teman, ataupun musuh, semuanya bersimbah darah. Luther tidak paham apa yang terjadi sampai situasi setragis itu. Dia hanya merasa takut dan kesepian. Apa ini perang? Tidak ada pemenang karena semuanya mati."Gerald ... Gerald ...." Entah berapa lama kemudian, Luther mendengar suara familier. D
"Membunuhku? Jangan-jangan orang Paviliun Lingga?" tanya Luther sambil mengernyit. Perselisihan Luther dengan Paviliun Lingga jelas sangat sengit. Orang-orang itu tidak mungkin melepaskannya begitu saja."Entahlah. Kita bertemu penyergapan di tengah jalan semalam. Untungnya, aku sudah membuat persiapan matang, jadi langsung membawamu kemari," jelas Misandari."Seharusnya memang orang Paviliun Lingga." Luther meregangkan tubuh, lalu menghela napas dan berucap, "Untung saja Putri cerdas. Kalau nggak, nyawaku sudah dalam bahaya.""Aku tentu harus menjamin keselamatanmu karena mengundangmu ke istana. Selain itu, sekarang kamu tokoh penting di mata semua orang. Mana boleh terkena masalah, Negara Drago akan heboh nanti." Misandari terkekeh-kekeh."Putri, jangan memberiku tekanan seperti itu. Aku cuma burung yang terbang bebas tanpa tujuan ataupun ambisi. Sebaiknya kamu nggak menaruh harapan padaku," ujar Luther sambil menguap. Meskipun sudah tidur 2 hari 1 malam, Luther masih merasa tidak cu
"Apa katamu?" Misandari termangu sesaat dan tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Dia bahkan mengira ada yang salah dengan pendengarannya."Sebenarnya aku merasa kamu cocok menjadi kaisar. Aku yakin Kaisar juga berpikir begitu. Jadi, aku akan mewakili Raja Atlandia mendukungmu kalau kamu memang punya pemikiran seperti itu," ujar Luther sambil tersenyum."Gerald, jangan bercanda! Ini sama sekali nggak lucu!" Misandari berkata dengan serius, "Aku cuma wanita, mana pantas menjadi kaisar. Orang-orang nggak akan menoleransi hal seperti ini.""Apa salahnya menjadi kaisar wanita? Kata siapa nggak bisa? Bukannya di zaman dulu juga ada kaisar wanita? Pengalamanmu memang masih kurang, tapi kamu bisa berkembang. Yang penting bekerja keras," sahut Luther dengan sungguh-sungguh."Gerald, terima kasih atas kepercayaanmu. Tapi, aku nggak pernah berpikiran seperti itu. Jadi, tolong singkirkan pemikiran nggak masuk akal ini," tolak Misandari.Selama berabad-abad, hanya ada seorang kaisar wanita di dunia
Setelah kenyang, Luther memilih untuk pamit. Ada banyak hal yang harus diurus setelah tidur selama dua hari satu malam, sehingga dia harus segera pulang untuk mengatur semuanya.Sebelum Luther masuk ke dalam mobil, Misandari tiba-tiba memanggilnya dan mengingatkan, "Gerald, semalam aku kembali meramalmu. Krisismu masih belum selesai sepenuhnya, jadi kamu harus berhati-hati selama beberapa waktu ini.""Tenang saja, aku sudah mengerti. Aku pergi dulu." Setelah menganggukkan kepala dan mengucapkan salam, Luther segera masuk ke dalam mobil dan pergi.Di dalam mobil, Luther menelepon Bianca terlebih dahulu untuk memberi tahu kabar keselamatannya, lalu menghubungi Yogi dan Hani untuk menceritakan masalah yang terjadi secara singkat. Maksud utamanya adalah agar Keluarga Devano bisa bersiap-siap. Begitu perebutan takhta dimulai, seluruh negara akan terkena dampaknya. Sebagai keluarga kerajaan, Keluarga Devano tentu saja tidak bisa tinggal diam.Satu jam kemudian, Luther sudah tiba di vila.Saa
Malam ini, suasana di Restoran Sultan sepi, tidak ramai seperti biasanya. Terutama di lantai dua yang sudah dipesan, sehingga orang luar tidak diizinkan masuk. Setelah menyatakan identitasnya, Luther memimpin Bahran dan Jordan ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu orang yang duduk di area VIP di lantai dua. Orang ini berpakaian hitam dengan penampilan, bentuk tubuh, dan bahkan aura yang sangat biasa. Secara keseluruhan, dia adalah tipe orang yang tidak memiliki keunikan dan akan sulit untuk ditemukan jika berada di tengah kerumunan."Hamba memberi hormat pada Pangeran!" Melihat kemunculan Luther, pria itu segera berlutut dengan satu lutut di lantai dan menundukkan kepala untuk memberi hormat."Siapa kamu?" tanya Luther dengan tenang."Nama hamba adalah Sutomo, pengawal pribadi Raja Walter. Setelah tahu Anda dalam masalah, Raja segera mengirim saya untuk membantu Anda," kata Sutomo sambil menundukkan kepala."Pengawal pribadi?"Luther mengamati Sutomo dari atas ke bawah, lalu kembali
"Paling cepat setengah bulan dan paling lama satu tahun? Kenapa bisa seperti ini?" Seluruh tubuh Luther langsung menjadi kaku dan tatapannya memancarkan ketakutan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Dia selalu membenci sikap Walter yang tidak peduli, tetapi pada akhirnya Walter tetap ayahnya. Saat mendengar Walter akan segera menemui ajalnya, dia tiba-tiba menjadi panik. Keluarga dekatnya sudah tersisa beberapa saja. Jika Walter juga mati, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi hal ini."Apa berita ini bisa dipercaya?" tanya Luther dengan volume suara kecil sambil berusaha mempertahankan ekspresinya tetap tenang. Namun, tangannya yang disembunyikan di bawah meja tanpa sadar perlahan-lahan dikepalkan dengan erat."Pangeran, hanya beberapa orang saja yang tahu hal ini, tapi ini nyata. Meskipun Raja nggak ingin saya memberi tahu Anda, saya pikir Anda harus tahu hal ini," kata Sutomo sambil menundukkan kepala."Raja selalu sehat, kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini?" tan
Mata-mata itu adalah sekelompok pemberani yang mengorbankan diri mereka sendiri dan berjalan dalam kegelapan. Mereka semua sangat berharga dan harus dilindungi dengan baik."Terima kasih atas pengertian Pangeran," kata Sutomo sambil menghela napas lega. Status tuannya ini sangat istimewa, sehingga banyak pihak yang diam-diam mengawasi Luther. Jika para mata-mata berkumpul bersama, identitasnya akan mudah terungkap."Kamu pasti sangat memahami tentang keadaan kediaman Raja Atlandia. Jelaskan padaku dulu, bagaimana situasi di sana sekarang?" tanya Luther lagi."Pangeran, begini ...." Saat Sutomo baru saja akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang cepat dari lantai bawah. Mereka semua saling memandang dan mulai waspada.Sebelum mereka bisa bergerak, sekelompok pembunuh bertopeng menyerang ke lantai atas. Tatapan para pembunuh ini tajam dan memiliki aura yang kuat, jelas bukan orang baik. Pemimpin pembunuh itu mengenakan pakaian merah dan dikelilingi empat orang