"Apa katamu?" Misandari termangu sesaat dan tidak tahu harus bagaimana bereaksi. Dia bahkan mengira ada yang salah dengan pendengarannya."Sebenarnya aku merasa kamu cocok menjadi kaisar. Aku yakin Kaisar juga berpikir begitu. Jadi, aku akan mewakili Raja Atlandia mendukungmu kalau kamu memang punya pemikiran seperti itu," ujar Luther sambil tersenyum."Gerald, jangan bercanda! Ini sama sekali nggak lucu!" Misandari berkata dengan serius, "Aku cuma wanita, mana pantas menjadi kaisar. Orang-orang nggak akan menoleransi hal seperti ini.""Apa salahnya menjadi kaisar wanita? Kata siapa nggak bisa? Bukannya di zaman dulu juga ada kaisar wanita? Pengalamanmu memang masih kurang, tapi kamu bisa berkembang. Yang penting bekerja keras," sahut Luther dengan sungguh-sungguh."Gerald, terima kasih atas kepercayaanmu. Tapi, aku nggak pernah berpikiran seperti itu. Jadi, tolong singkirkan pemikiran nggak masuk akal ini," tolak Misandari.Selama berabad-abad, hanya ada seorang kaisar wanita di dunia
Setelah kenyang, Luther memilih untuk pamit. Ada banyak hal yang harus diurus setelah tidur selama dua hari satu malam, sehingga dia harus segera pulang untuk mengatur semuanya.Sebelum Luther masuk ke dalam mobil, Misandari tiba-tiba memanggilnya dan mengingatkan, "Gerald, semalam aku kembali meramalmu. Krisismu masih belum selesai sepenuhnya, jadi kamu harus berhati-hati selama beberapa waktu ini.""Tenang saja, aku sudah mengerti. Aku pergi dulu." Setelah menganggukkan kepala dan mengucapkan salam, Luther segera masuk ke dalam mobil dan pergi.Di dalam mobil, Luther menelepon Bianca terlebih dahulu untuk memberi tahu kabar keselamatannya, lalu menghubungi Yogi dan Hani untuk menceritakan masalah yang terjadi secara singkat. Maksud utamanya adalah agar Keluarga Devano bisa bersiap-siap. Begitu perebutan takhta dimulai, seluruh negara akan terkena dampaknya. Sebagai keluarga kerajaan, Keluarga Devano tentu saja tidak bisa tinggal diam.Satu jam kemudian, Luther sudah tiba di vila.Saa
Malam ini, suasana di Restoran Sultan sepi, tidak ramai seperti biasanya. Terutama di lantai dua yang sudah dipesan, sehingga orang luar tidak diizinkan masuk. Setelah menyatakan identitasnya, Luther memimpin Bahran dan Jordan ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu orang yang duduk di area VIP di lantai dua. Orang ini berpakaian hitam dengan penampilan, bentuk tubuh, dan bahkan aura yang sangat biasa. Secara keseluruhan, dia adalah tipe orang yang tidak memiliki keunikan dan akan sulit untuk ditemukan jika berada di tengah kerumunan."Hamba memberi hormat pada Pangeran!" Melihat kemunculan Luther, pria itu segera berlutut dengan satu lutut di lantai dan menundukkan kepala untuk memberi hormat."Siapa kamu?" tanya Luther dengan tenang."Nama hamba adalah Sutomo, pengawal pribadi Raja Walter. Setelah tahu Anda dalam masalah, Raja segera mengirim saya untuk membantu Anda," kata Sutomo sambil menundukkan kepala."Pengawal pribadi?"Luther mengamati Sutomo dari atas ke bawah, lalu kembali
"Paling cepat setengah bulan dan paling lama satu tahun? Kenapa bisa seperti ini?" Seluruh tubuh Luther langsung menjadi kaku dan tatapannya memancarkan ketakutan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Dia selalu membenci sikap Walter yang tidak peduli, tetapi pada akhirnya Walter tetap ayahnya. Saat mendengar Walter akan segera menemui ajalnya, dia tiba-tiba menjadi panik. Keluarga dekatnya sudah tersisa beberapa saja. Jika Walter juga mati, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi hal ini."Apa berita ini bisa dipercaya?" tanya Luther dengan volume suara kecil sambil berusaha mempertahankan ekspresinya tetap tenang. Namun, tangannya yang disembunyikan di bawah meja tanpa sadar perlahan-lahan dikepalkan dengan erat."Pangeran, hanya beberapa orang saja yang tahu hal ini, tapi ini nyata. Meskipun Raja nggak ingin saya memberi tahu Anda, saya pikir Anda harus tahu hal ini," kata Sutomo sambil menundukkan kepala."Raja selalu sehat, kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini?" tan
Mata-mata itu adalah sekelompok pemberani yang mengorbankan diri mereka sendiri dan berjalan dalam kegelapan. Mereka semua sangat berharga dan harus dilindungi dengan baik."Terima kasih atas pengertian Pangeran," kata Sutomo sambil menghela napas lega. Status tuannya ini sangat istimewa, sehingga banyak pihak yang diam-diam mengawasi Luther. Jika para mata-mata berkumpul bersama, identitasnya akan mudah terungkap."Kamu pasti sangat memahami tentang keadaan kediaman Raja Atlandia. Jelaskan padaku dulu, bagaimana situasi di sana sekarang?" tanya Luther lagi."Pangeran, begini ...." Saat Sutomo baru saja akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang cepat dari lantai bawah. Mereka semua saling memandang dan mulai waspada.Sebelum mereka bisa bergerak, sekelompok pembunuh bertopeng menyerang ke lantai atas. Tatapan para pembunuh ini tajam dan memiliki aura yang kuat, jelas bukan orang baik. Pemimpin pembunuh itu mengenakan pakaian merah dan dikelilingi empat orang
Serangan pedang Sutomo sangat cepat hingga hampir tak terlihat, sedangkan gaya bertarungnya sangat brutal dan dominan. Ilmu bela diri khas militer yang tidak memiliki gerakan unik dan sia-sia. Setiap serangannya hanya untuk membunuh dengan cepat dan ganas.Formasi dari empat pelindung Paviliun Lingga memang rumit, tetapi tetap tidak berguna dalam menghadapi serangan Sutomo yang cepat. Setiap kali mereka ingin mengubah formasinya, Sutomo sudah langsung menemukan celah dan menyerang dengan cepat. Mereka ditekan sepenuhnya oleh Sutomo dalam pertarungan intens itu dan tidak bisa melawan."Nggak disangka, Jenderal Sutomo ini ternyata adalah seorang ahli tingkat master," kata Bahran dengan terkejut."Bisa menjadi pengawal pribadi Jenderal Walter dan memimpin sekelompok pasukan mata-mata, dia tentu saja bukan orang biasa," kata Luther dengan ekspresi tenang. Sejak bertemu dengan Sutomo, dia sudah bisa melihat kehebatan Sutomo. Walter bisa memberikan tanggung jawab besar pada Sutomo untuk data
"Aku nggak punya waktu untuk bermain-main denganmu lagi, minggir!" teriak pembunuh berpakaian merah dengan marah, lalu langsung menyerang dengan liar. Dia tidak takut untuk terluka lagi, sehingga serangannya menjadi makin ganas. Sutomo yang awalnya masih bisa mengimbanginya, sekarang mulai terdesak.Kekuatan keduanya pada akhirnya memang agak berbeda. Sebelumnya, Sutomo masih tahan melawan pembunuh berpakaian merah dengan keberaniannya. Sekarang, pembunuh berpakaian merah itu sudah mulai bertarung habis-habisan, sehingga situasinya tidak unggul lagi. Pertarungan selanjutnya ditentukan berdasarkan kekuatan murni."Mati! Mati kamu!" teriak pembunuh berpakaian merah sambil terus menyerang dengan makin ganas.Sutomo terdesak hingga terus mundur dan hanya mampu bertahan tanpa bisa membalas. Jika terus begini, dia akan kalah total hanya dalam waktu tiga menit."Nggak boleh menunggu lagi!" Melihat adegan itu, Luther menyipitkan matanya. Saat hendak turun tangan untuk membantu Sutomo, dia tiba
Serangan pembunuh berpakaian merah ini cepat, tepat, dan ganas. Dia mengerahkan semua energi astral tubuhnya dan menyerang mendadak dari belakang, sehingga sulit untuk dihindari. Yang paling pentingnya, Luther masih sedang mengobati Bahran dan tidak bisa memperhatikan serangan ini. Melihat pedang panjang mendekat, dia hanya bisa mengerahkan energi sejati pelindungnya untuk membentuk perisai di permukaan tubuhnya."Klang!"Pedang panjang pembunuh berpakaian merah itu menghantam energi sejati pelindung Luther dengan keras, sehingga membuat gelombang yang samar-samar. Pedangnya langsung terpental karena benturan yang keras itu dan seluruh tubuhnya terlempar ke belakang."Bagaimana mungkin?" kata pembunuh berpakaian merah itu sambil menyipitkan mata dan ekspresinya terkejut. Serangannya tadi sudah menggunakan seluruh energinya tanpa menyisakan sedikit pun dan bahkan secara mendadak. Secara logika, meskipun tidak mati, Luther juga akan terluka parah. Namun, Luther tetap duduk tanpa bergerak