Malam ini, suasana di Restoran Sultan sepi, tidak ramai seperti biasanya. Terutama di lantai dua yang sudah dipesan, sehingga orang luar tidak diizinkan masuk. Setelah menyatakan identitasnya, Luther memimpin Bahran dan Jordan ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu orang yang duduk di area VIP di lantai dua. Orang ini berpakaian hitam dengan penampilan, bentuk tubuh, dan bahkan aura yang sangat biasa. Secara keseluruhan, dia adalah tipe orang yang tidak memiliki keunikan dan akan sulit untuk ditemukan jika berada di tengah kerumunan."Hamba memberi hormat pada Pangeran!" Melihat kemunculan Luther, pria itu segera berlutut dengan satu lutut di lantai dan menundukkan kepala untuk memberi hormat."Siapa kamu?" tanya Luther dengan tenang."Nama hamba adalah Sutomo, pengawal pribadi Raja Walter. Setelah tahu Anda dalam masalah, Raja segera mengirim saya untuk membantu Anda," kata Sutomo sambil menundukkan kepala."Pengawal pribadi?"Luther mengamati Sutomo dari atas ke bawah, lalu kembali
"Paling cepat setengah bulan dan paling lama satu tahun? Kenapa bisa seperti ini?" Seluruh tubuh Luther langsung menjadi kaku dan tatapannya memancarkan ketakutan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Dia selalu membenci sikap Walter yang tidak peduli, tetapi pada akhirnya Walter tetap ayahnya. Saat mendengar Walter akan segera menemui ajalnya, dia tiba-tiba menjadi panik. Keluarga dekatnya sudah tersisa beberapa saja. Jika Walter juga mati, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi hal ini."Apa berita ini bisa dipercaya?" tanya Luther dengan volume suara kecil sambil berusaha mempertahankan ekspresinya tetap tenang. Namun, tangannya yang disembunyikan di bawah meja tanpa sadar perlahan-lahan dikepalkan dengan erat."Pangeran, hanya beberapa orang saja yang tahu hal ini, tapi ini nyata. Meskipun Raja nggak ingin saya memberi tahu Anda, saya pikir Anda harus tahu hal ini," kata Sutomo sambil menundukkan kepala."Raja selalu sehat, kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini?" tan
Mata-mata itu adalah sekelompok pemberani yang mengorbankan diri mereka sendiri dan berjalan dalam kegelapan. Mereka semua sangat berharga dan harus dilindungi dengan baik."Terima kasih atas pengertian Pangeran," kata Sutomo sambil menghela napas lega. Status tuannya ini sangat istimewa, sehingga banyak pihak yang diam-diam mengawasi Luther. Jika para mata-mata berkumpul bersama, identitasnya akan mudah terungkap."Kamu pasti sangat memahami tentang keadaan kediaman Raja Atlandia. Jelaskan padaku dulu, bagaimana situasi di sana sekarang?" tanya Luther lagi."Pangeran, begini ...." Saat Sutomo baru saja akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang cepat dari lantai bawah. Mereka semua saling memandang dan mulai waspada.Sebelum mereka bisa bergerak, sekelompok pembunuh bertopeng menyerang ke lantai atas. Tatapan para pembunuh ini tajam dan memiliki aura yang kuat, jelas bukan orang baik. Pemimpin pembunuh itu mengenakan pakaian merah dan dikelilingi empat orang
Serangan pedang Sutomo sangat cepat hingga hampir tak terlihat, sedangkan gaya bertarungnya sangat brutal dan dominan. Ilmu bela diri khas militer yang tidak memiliki gerakan unik dan sia-sia. Setiap serangannya hanya untuk membunuh dengan cepat dan ganas.Formasi dari empat pelindung Paviliun Lingga memang rumit, tetapi tetap tidak berguna dalam menghadapi serangan Sutomo yang cepat. Setiap kali mereka ingin mengubah formasinya, Sutomo sudah langsung menemukan celah dan menyerang dengan cepat. Mereka ditekan sepenuhnya oleh Sutomo dalam pertarungan intens itu dan tidak bisa melawan."Nggak disangka, Jenderal Sutomo ini ternyata adalah seorang ahli tingkat master," kata Bahran dengan terkejut."Bisa menjadi pengawal pribadi Jenderal Walter dan memimpin sekelompok pasukan mata-mata, dia tentu saja bukan orang biasa," kata Luther dengan ekspresi tenang. Sejak bertemu dengan Sutomo, dia sudah bisa melihat kehebatan Sutomo. Walter bisa memberikan tanggung jawab besar pada Sutomo untuk data
"Aku nggak punya waktu untuk bermain-main denganmu lagi, minggir!" teriak pembunuh berpakaian merah dengan marah, lalu langsung menyerang dengan liar. Dia tidak takut untuk terluka lagi, sehingga serangannya menjadi makin ganas. Sutomo yang awalnya masih bisa mengimbanginya, sekarang mulai terdesak.Kekuatan keduanya pada akhirnya memang agak berbeda. Sebelumnya, Sutomo masih tahan melawan pembunuh berpakaian merah dengan keberaniannya. Sekarang, pembunuh berpakaian merah itu sudah mulai bertarung habis-habisan, sehingga situasinya tidak unggul lagi. Pertarungan selanjutnya ditentukan berdasarkan kekuatan murni."Mati! Mati kamu!" teriak pembunuh berpakaian merah sambil terus menyerang dengan makin ganas.Sutomo terdesak hingga terus mundur dan hanya mampu bertahan tanpa bisa membalas. Jika terus begini, dia akan kalah total hanya dalam waktu tiga menit."Nggak boleh menunggu lagi!" Melihat adegan itu, Luther menyipitkan matanya. Saat hendak turun tangan untuk membantu Sutomo, dia tiba
Serangan pembunuh berpakaian merah ini cepat, tepat, dan ganas. Dia mengerahkan semua energi astral tubuhnya dan menyerang mendadak dari belakang, sehingga sulit untuk dihindari. Yang paling pentingnya, Luther masih sedang mengobati Bahran dan tidak bisa memperhatikan serangan ini. Melihat pedang panjang mendekat, dia hanya bisa mengerahkan energi sejati pelindungnya untuk membentuk perisai di permukaan tubuhnya."Klang!"Pedang panjang pembunuh berpakaian merah itu menghantam energi sejati pelindung Luther dengan keras, sehingga membuat gelombang yang samar-samar. Pedangnya langsung terpental karena benturan yang keras itu dan seluruh tubuhnya terlempar ke belakang."Bagaimana mungkin?" kata pembunuh berpakaian merah itu sambil menyipitkan mata dan ekspresinya terkejut. Serangannya tadi sudah menggunakan seluruh energinya tanpa menyisakan sedikit pun dan bahkan secara mendadak. Secara logika, meskipun tidak mati, Luther juga akan terluka parah. Namun, Luther tetap duduk tanpa bergerak
Terdengar suara ledakan saat kedua telapak tangan itu bertabrakan.Tubuh Luther hanya bergetar sedikit saja sudah berhasil mengatasi semua kekuatan yang diterimanya. Sementara itu, pembunuh berpakaian merah itu langsung terlempar puluhan meter karena pukulan Luther. Dia akhirnya terjatuh ke lantai dengan keras hingga darah mengalir dari mulut dan hidungnya, serta sebagian besar pembuluh darahnya hancur."Kenapa ... kamu begitu kuat?" kata pembunuh berpakaian merah sambil memegang dadanya dan ekspresinya ketakutan. Gerald jelas-jelas sudah terkena racun dan terluka parah, mengapa masih bisa mengalahkannya dengan mudah hanya dengan satu pukulan? Apakah perbedaan kekuatan di antara mereka benar-benar begitu besar?"Sebelum menyerangku, apa kalian nggak menyelidiki kekuatanku dulu?" kata Luther dengan dingin dan masih ada bekas darah hitam di sudut bibirnya. Racun di tubuh Bahran sudah dikeluarkan sepenuhnya dan tidak dalam bahaya lagi untuk sementara ini. Dia sendiri sudah terluka karena
Luther bingung dan tidak tahu harus bagaimana bereaksi saat melihat Bahran yang tiba-tiba menyerangnya. Dia tahu ada pengkhianat dan juga mencurigai banyak orang, termasuk Jordan, Ghufran, dan yang lainnya. Namun, Bahran adalah satu-satunya orang yang tidak dicurigainya karena Bahran pernah mempertaruhkan nyawa untuknya dan banyak berkorban untuk kediaman Raja Atlandia juga.Dia selalu merasa berutang budi pada Bahran, sehingga tadi dia memilih untuk menyembuhkan Bahran dengan tanpa ragu-ragu. Meskipun harus keracunan dan terluka, dia juga tetap akan menyelamatkan Bahran. Namun, dia tidak menyangka Bahran yang pernah menjadi prajurit rela mati kediaman Raja Atlandia dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri ini akan menusuknya dari belakang. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Mengapa bisa seperti ini?"Paman Bahran, apa ... yang sedang kamu lakukan?" tanya Luther dengan suara yang bergetar. Sampai sekarang pun, dia masih tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya.Ekspresi Bahran