"Apanya yang hancur? Kamu ini bisa bicara nggak sih? Aku ini akan kaya raya sebentar lagi!" Ken memutar bola matanya. Pil Mujarab adalah produk yang sedang terkenal saat ini, tentu saja dia akan bisa meraup keuntungan besar. Dasar sekelompok orang yang tak punya intuisi dagang!"Kak, apa kamu nggak mengingatkan Kak Ken untuk jangan membeli Pil Mujarab?" tanya Belinda ketika menoleh melihat kakaknya."Sudah kuingatkan, tapi dia nggak mau dengar. Aku juga nggak berdaya," kata Bianca."Kak Ken, mumpung sekarang ini masih ada sedikit waktu, sebaiknya kamu jual semua Pil Mujarab milikmu dengan harga rendah saja? Setidaknya masih bisa balik modal sedikit," kata Belinda berbaik hati mengingatkannya kembali."Jual dengan harga murah? Bicara apa kamu?" Ken mengerutkan dahinya dan berkata, "Ini adalah kesempatanku untuk mengambil keuntungan 10 kali lipat. Mana mungkin aku akan melewatkannya begitu saja?""Kak Ken, menurutku kamu nggak akan bisa mendapat untung. Bahkan mungkin saja akan bangkrut.
Sementara itu, di lokasi konferensi pers Keluarga Sudarmo. Ruangan yang awalnya dipenuhi orang, kini perlahan-lahan mulai berkurang. Pada awalnya, semua orang sedang membicarakan Pil Mujarab. Namun, lambat laun muncul topik hangat lainnya yang mendominasi."Hei! Apa kamu sudah dengar? Keluarga Caonata juga membuka konferensi pers untuk meluncurkan obat baru hasil kerja sama dengan Dokter Bastian. Nama obatnya adalah Pil Dua Warna dan memiliki khasiat yang sangat hebat!""Benarkah? Apa bisa sebanding dengan Pil Mujarab?""Pil Mujarab hanya sampah yang tak pantas diungkit sama sekali! Terus terang saja, nenek sepupu dari temanku itu tadi baru makan sebutir obat itu, sekarang langsung bisa berdiri dari kursi rodanya!""Hah? Apa nggak terlalu berlebihan?""Kamu nggak percaya? Kalau begitu, ayo kita lihat sendiri ke lantai atas!"Begitu kabar mengenai Pil Dua Warna itu tersebar, semakin banyak orang yang berkumpul di ruangan konferensi pers Keluarga Caonata. Sebaliknya, di ruang konferensi
Sementara itu, di lokasi acara peluncuran Keluarga Caonata, situasinya semakin meriah. Saat Bianca mengira kemenangannya sudah ditetapkan, tiba-tiba terdengar sebuah jeritan."Ah!"Semua orang menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang pria tua tiba-tiba tergeletak di lantai. Tubuhnya mulai gemetaran dan mulutnya mengeluarkan busa putih. Tidak lama kemudian, gerakannya pun telah berhenti."Ayah! Apa yang terjadi? Jangan membuatku takut!" teriak seorang pria paruh baya di sampingnya dengan panik."Aku seorang dokter, biar kuperiksa!" Pada saat itu, seorang pria botak berjalan dengan cepat dan memeriksa napas orang tua tersebut. Kemudian, dia meraba denyut nadi pria itu dan akhirnya menghela napas sambil menggelengkan kepala. "Haeh ... orang ini sudah meninggal.""Me ... meninggal?" Ucapan itu membuat semua orang terkejut."Kenapa bisa begini? Bukankah tadi dia tidak baik-baik saja?""Tadi pria tua ini masih sangat sehat, kematiannya ini benar-benar aneh.""Mungkin dia mengalami seran
Ken tertegun sejenak, lalu ekspresinya menjadi muram. "Tanya? Bocah! Apa kamu kira aku bodoh? Orangnya sudah meninggal, mau bagaimana menanyakannya lagi?""Walaupun orangnya sudah meninggal, jenazahnya belum jadi dingin. Kebetulan, aku punya metode untuk menghidupkan orang yang sudah meninggal," kata Luther dengan senyuman sinis."Omong kosong! Apa kamu kira kamu adalah dewa? Menghidupkan orang mati? Kenapa tidak sekalian bilang kamu bisa terbang ke langit saja?" kata Ken dengan ekspresi cuek."Siapa pemuda itu? Berani-beraninya berbicara omong kosong seperti ini!""Benar! Bahkan Dokter Bastian saja tidak berani mengatakan bisa menghidupkan orang mati, pemuda ini benar-benar terlalu sombong!""Menurutku, dia hanya ingin pamer di depan Nona Bianca."Perkataan Luther mengundang hujatan dari orang-orang di sekitarnya. Mau bagaimana lagi menyelamatkan orang yang sudah meninggal? Bukankah ini hanya omong kosong?"Omong kosong atau bukan, kalian akan segera tahu."Luther tidak menjelaskannya
"Argh!"Saat pria tua itu tiba-tiba bangkit, semua tamu terkejut. Bahkan ada beberapa wanita yang berteriak ketakutan dan wajahnya menjadi pucat."Mayat hidup!"Setelah terdengar teriakan itu, orang-orang berhamburan menjauh. Tidak ada yang menyangka mayat yang tadi masih tergeletak di lantai, tiba-tiba bangkit. Ini sungguh menakutkan!"Ayah ... tidak mati?" kata pria paruh baya itu sambil pura-pura terkejut."Benar, aku tidak mati ...."Pria tua itu tersenyum dengan terpaksa dan nada bicaranya telah berubah karena gigi palsunya terlepas. Ditambah lagi dengan wajah yang membengkak itu terlihat sangat lucu."Astaga! Orang yang sudah mati juga bisa diselamatkan, pemuda ini sangat ajaib!""Aku hanya bisa bilang, dia benar-benar luar biasa!""Aneh. Apakah metode penyembuhan sekarang memang sekasar itu?"Melihat pria tua itu menjadi energik, suasana di tempat itu menjadi heboh. Ada yang terkejut dan ada juga yang penasaran."Hei! Aku sudah menyelamatkan ayahmu, apa terlalu berlebihan kalau
Setelah melewati kekacauan itu, acara konferensi Keluarga Caonata berakhir dengan sukses. Sebaliknya, acara konferensi Keluarga Sudarmo yang awalnya meriah, kini berakhir dengan memalukan. Kemunculan Pil Dua Warna yang mendadak telah memberikan dampak besar pada Pil Mujarab.Di depan Pil Dua Warna yang memiliki efek yang lebih baik dan harga yang lebih terjangkau, Pil Mujarab terlihat seperti sampah dan tidak ada yang mau membelinya. Pada akhirnya, semuanya hanya bisa disimpan. Rencana yang disusun Darwin dengan cermat telah gagal sepenuhnya.Meskipun serangan ini tidak membuat Keluarga Sudarmo goyah, kerugiannya tetap saja sangat besar. Setelah konferensi selesai dan Luther hendak pamit, dia malah dihentikan Belinda di depan pintu."Hei, Luther. Aku perlu bantuanmu.""Ada masalah apa?" kata Luther dengan ragu-ragu."Aku akan menghadiri reuni nanti, bisakah kamu menemaniku? Sekadar menjadi pengawalku atau sejenisnya," kata Belinda dengan terus terang."Keluarga Caonata punya begitu ban
"Belinda, sejak kapan kamu punya pacar? Kenapa aku tidak tahu?" Ekspresi Duncan muram dan tatapannya kepada Luther menjadi sangat tidak ramah."Apa aku harus lapor padamu kalau aku punya pacar? Kamu ini benar-benar keterlaluan!" Belinda mengalihkan pandangannya.Belinda sudah menolak Duncan beberapa kali. Namun, Duncan tidak menyerah dan selalu mencoba mendekatinya. Sungguh menyebalkan."Aku hanya khawatir kamu ditipu orang. Sekarang ini, banyak sekali pria yang menipu harta wanita," kata Duncan dengan nada aneh."Tidak! Kak Luther bukan penipu," kata Lufita buru-buru membelanya.Saat pandangan semua orang melihat ke arahnya, Lufita segera menyadari ucapannya terdengar aneh."Nona Lufita, apa yang terjadi dengan kantong wewangian di dadamu itu?" Setelah melirik Lufita, Luther tiba-tiba menyadari sebuah keganjilan."Apa ada masalah?" Lufita mengambil kantong wewangiannya dan memeriksanya."Buang kantong wewangian ini. Barang ini tidak baik," kata Luther sambil menggelengkan kepalanya."
"Sialan. Kamu tiba-tiba menyerangku!"Duncan memegang hidungnya yang berdarah dan menatap pemimpin pembunuh berpakaian hitam itu dengan tajam. Sialan, padahal Duncan baru saja hendak menunjukkan betapa kerennya dia ini!"Berani sekali kamu tidak fokus saat bertarung, sepertinya kamu memang cari mati!" kata pemimpin pembunuh itu sambil tersenyum sinis."Berengsek! Kamu sudah berhasil membuatku marah! Sekarang, aku akan memberikanmu kesempatan untuk berlutut dan memohon ampun. Kalau tidak, kamu akan merasakan tendanganku!" kata Duncan dengan penuh amarah.Saat mengatakan itu, kaki Duncan menendang ke udara dengan keras dan terlihat mengesankan."Cari mati!"Tatapan pemimpin pembunuh berpakaian hitam itu menjadi dingin dan memimpin puluhan orang untuk menyerang."Tuan Duncan, hati-hati!" teriak beberapa wanita."Tidak tahu diri!"Duncan sama sekali tidak terlihat takut dan melangkah maju, lalu mulai menunjukkan jurus mematikannya. Dia terlihat menendang ke segala arah dan sesekali melakuk
"Aku kalah." Mario menunduk dan melontarkan kedua kata ini dengan susah payah. Meskipun merasa enggan, harus diakui bahwa dirinya memang kalah telak dari Hasta. Jika terus dilanjutkan, dia hanya akan mati."Kamu sudah sangat hebat karena mampu menahan seranganku ini." Usai berbicara dengan dingin, Hasta berbalik dan turun dari arena. Mario tidak termasuk lemah, tetapi Hasta tidak tertarik untuk melawannya."Selamat kepada kandidat nomor dua, Hasta, atas kemenangannya!" Nabel segera mengumumkan hasil pertarungan.Seketika, suara tepuk tangan yang meriah memenuhi seluruh arena. Meskipun pertarungan kali ini sangat singkat, hasilnya sangat menakjubkan. Terutama kehebatan Hasta, mereka tidak akan pernah melupakannya. Begitu menghunuskan pedang, Hasta tak terkalahkan."Sayang sekali ...." Yusril menggeleng dan memasang ekspresi sedih. Jika serangan Hasta tadi membunuh Mario, hasilnya tentu akan lebih bagus. Dengan begitu, Sekte Pedang akan kehilangan seorang genius dan mungkin akan terjadi
"Foniks Terbang!" Di bawah tekanan dahsyat, Mario mengeluarkan seluruh potensinya. Energi astral disalurkan ke dalam pedangnya. Cahaya perak memancar dengan kuat.Saat berikutnya, Mario meloncat dan bersatu dengan pedangnya. Dia menjelma menjadi foniks raksasa yang meraung sambil memelesat ke arah pedang emas.Keseluruhan foniks itu berwarna perak. Foniks itu mengepakkan sayapnya, membuat angin kencang berembus. Tekanan besar ini membuat foniks itu seolah-olah ingin membumbung tinggi ke angkasa.Setelah berjeda, foniks perak tiba-tiba berbalik ke arah pedang emas. Bam! Lagi-lagi terdengar suara yang memekakkan telinga. Energi dahsyat membuat tanah bergetar.Perisai petir biru juga terus berguncang, seperti akan hancur. Di pusat ledakan, pedang emas dan foniks tampak berhadapan.Namun, pedang emas itu seperti gunung besar yang terus menerus menekan foniks raksasa. Pada akhirnya, foniks itu tidak tahan lagi dan terjatuh.Seketika, asap mengepul dan batu beterbangan. Guncangan menjadi mak
Keseluruhan bayangan foniks itu berwarna merah, membuatnya terlihat seperti matahari yang menyilaukan. Sayap foniks pun memancarkan cahaya aneh.Ketika menghadapi pedang emas itu, bayangan foniks meraung dan mengepakkan sayapnya. Saat berikutnya, dia terbang dan membentur pedang emas.Di bawah tatapan semua orang, cahaya merah dan cahaya emas berbenturan. Duar! Terdengar gemuruh. Seluruh arena berguncang.Gelombang energi yang disebabkan oleh ledakan menyapu ke sekeliling. Untung saja, masih ada perisai petir biru dari Nabel yang melindungi para penonton.Cahaya biru memancar dengan kuat. Perisai pun bergetar, seolah-olah akan hancur kapan saja. Saat melihat ini, Nabel tidak berani ragu-ragu. Dia datang ke pusat formasi untuk menyalurkan energi sejatinya supaya perisai tidak hancur."Tekanan ini mengerikan sekali. Seperti ini kekuatan ahli bela diri top? Luar biasa!""Aku tahu Hasta kuat, tapi aku nggak nyangka Mario yang tak terkenal ini juga begitu hebat. Dia memperlihatkan tekanan y
Di arena, Mario berdiri dengan gagah sambil menggenggam pedangnya. Wajahnya dipenuhi senyuman saat menatap Hasta. "Hasta, aku nggak nyangka kita bakal ketemu sekarang. Sepertinya pertarungan ini tak terelakkan."Hasta memang genius yang diakui semua orang, tetapi Mario juga tidak kalah hebatnya. Hanya saja, dia selalu bersikap rendah hati dan tidak mengejar ketenaran. Selama ini, dia hanya fokus pada kultivasinya.Kali ini, Mario berpartisipasi dalam kompetisi pun bukan untuk menjadi terkenal, melainkan untuk menguji kemampuannya. Terus bersembunyi tidak akan membuatnya tumbuh. Dengan melawan lawan yang lebih kuat, dia baru bisa berkembang."Kamu bukan lawanku. Sebaiknya mengaku kalah," ucap Hasta dengan dingin. Dia tidak ingin membunuh saudara seperguruannya."Kita belum bertarung. Gimana bisa kamu tahu aku selemah itu?" Mario masih tersenyum. "Aku bergabung dengan Sekte Pedang lebih awal darimu. Kamu memang genius, tapi aku nggak bodoh. Seharusnya nggak semudah itu untuk menang darik
Ozias memang kalah, tetapi reputasinya tidak menurun. Para penggemar wanita itu masih terus meneriakkan namanya. Ini adalah situasi yang tidak pernah ada sebelumnya. Ternyata, tampan memang menguntungkan."Tuan Ozias, kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Yuki dengan penuh perhatian setelah Ozias kembali ke tempat duduknya."Cuma luka kecil, bukan masalah." Ozias menggeleng sambil tersenyum. Meskipun tersenyum, tatapannya justru terlihat agak sedih.Ozias mengikuti kompetisi ini bukan hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga untuk membuktikan bahwa dirinya tidak kalah dari orang lain. Masuk delapan besar sudah termasuk hebat, tetapi Ozias masih ingin lebih. Sayangnya, kemampuannya kalah dari orang lain. Hanya saja, dia merasa puas karena lawannya adalah Adam."Kamu sudah sangat hebat. Banyak murid sekte besar kalah darimu. Nggak usah dipikirkan," hibur Elsa."Ya, kamu jauh lebih hebat dariku. Aku saja nggak bisa masuk 16 besar. Lihat dirimu sekarang, kamu menjadi sangat terkenal. Banyak or
Saat berikutnya, cahaya biru berkedip. Perisai petir biru langsung menutupi arena seperti mangkuk terbalik. Gelombang energi yang dihasilkan oleh ledakan itu terus menghantam perisai dengan ganas.Perisai petir biru bergetar tanpa henti. Setelah beberapa saat, situasi baru kembali tenang. Para penonton pun menghela napas lega.Untungnya, reaksi Nabel sangat cepat. Kalau sampai gelombang energi itu mengenai mereka, mereka tidak mungkin bisa menahannya. Bagaimanapun, Adam adalah seorang grandmaster. Satu serangan acaknya saja bisa membunuh mereka.Saat ini, di arena. Setelah semuanya normal kembali, tampak situasi telah berubah. Adam masih berdiri di tempatnya dengan gagah. Sekujur tubuhnya memancarkan aura yang kuat. Bayangan dewa di belakangnya juga tampak penuh wibawa.Sebaliknya, Ozias terpental belasan meter setelah serangannya berbenturan dengan serangan Adam. Wajah tampannya menjadi pucat pasi. Sudut bibirnya berdarah. Kedua lengannya bergetar tanpa kendali."Ternyata kesenjangan
Setelah membulatkan tekadnya, Adam tidak ragu-ragu lagi. Dia mulai mengumpulkan energinya. Energi astral yang kuat menyembur dari berbagai titik akupunktur di tubuhnya.Dalam sekejap, rambut Adam berdiri tegak. Pakaiannya berkibaran. Sekujur tubuhnya memancarkan cahaya. Bayangan Dewa di belakangnya menjadi makin padat. Wajahnya terlihat jelas. Sosok itu penuh wibawa. Ketika melihat ini, ekspresi Ozias menjadi sangat serius. Dia tahu Adam akan mengerahkan jurus yang sangat mematikan.Tanpa ragu sedikit pun, Ozias membentuk segel tangan. Tubuhnya sontak bergetar dan membentuk tiga bayangan. Tidak berhenti sampai sana, ketiga bayangan itu terbagi menjadi sembilan bayangan lagi. Saatnya berikutnya, totalnya menjadi 27 bayangan.Hanya dalam waktu singkat, Ozias berhasil membentuk 27 klona. Begitu klona-klona itu terbentuk, napas Ozias menjadi agak berat. Dia sudah mencapai batasannya."Huh! Cuma trik kecil!" Ketika melihat klona-klona di sekeliling, Adam mendengus. "Hari ini, akan kuperliha
Bum!Di bawah hantaman bayangan dewa bertangan enam, sosok terakhir Ozias hancur berkeping-keping dalam sekejap. Penonton bergemuruh, terutama para wanita pendukung Ozias yang langsung berteriak ketakutan dan beberapa yang begitu terguncang sampai pingsan. Begitu tampan dan kuat, kini hancur seakan jadi debu, sungguh disayangkan!Namun di atas panggung, Adam sama sekali tidak merasa puas. Karena saat bayangan dewa menghantam Ozias, sosok itu bukanlah tubuh asli, melainkan sekumpulan energi yang langsung menghilang. Dengan kata lain, sosok terakhir itu hanyalah bayangan!Jika kesembilan sosok tadi semuanya hanya bayangan, lantas di mana tubuh asli Ozias?Saat Adam mengernyitkan dahi dalam kebingungan, sia tiba-tiba merasakan getaran di kulit kepalanya ... pertanda ada bahaya yang menghampirinya. Tanpa berpikir panjang, dia mendongak dan melihat Ozias sedang meluncur turun dalam posisi terbalik di atasnya.Dengan memegang kipas lipat di tangannya, Ozias menyerbunya bagaikan bintang jatuh
Di saat itu, bukan hanya penonton di bawah panggung yang terkejut, bahkan Adam yang berada di atas panggung juga terpana oleh Teknik Bayangan yang tiba-tiba ditunjukkan oleh Ozias. Sejak kapan Aula Yama menguasai teknik sehebat ini?Yang lebih mengejutkan lagi, Teknik Bayangan yang dilakukan Ozias ini sama sekali tidak kalah dari Ravin. Bahkan dengan penglihatannya yang tajam, Adam pun tidak bisa langsung membedakan mana yang asli dan palsu.Dari sini, bisa dilihat bahwa Teknik Bayangan Ravin sudah sangat matang. Tak heran jika Ozias bisa mengalahkan Ravin. Ternyata dia juga menguasai Teknik Bayangan. Memang, dengan memahami teknik musuhnya, dia bisa menemukan celah dan memanfaatkannya untuk mengalahkan lawan.Meski terkejut, Adam sama sekali tidak gentar. Menurutnya, Teknik Bayangan itu memang sedikit merepotkan, tetapi hanya memerlukan sedikit lebih banyak usaha saja."Cukup hebat, tapi efeknya nggak besar. Karena kamu tetap akan kalah," ucap Adam dengan nada dingin."Menang atau kal