"Pedang Arkais?" Melihat pedang yang turun dari langit, Edran menyipitkan matanya. Senyuman tenang di wajahnya pun langsung menghilang, digantikan dengan ekspresi serius. Pedang Arkais adalah pedang nomor satu di dunia dan pemiliknya adalah ahli pedang nomor satu yang dikenal sebagai dewa pedang, Azka."Kenapa Tuan Azka nggak menunjukkan diri padahal sudah datang ke sini?" teriak Edran ke kejauhan sambil mengangkat kepala dan melihat ke sekeliling.Begitu Edran selesai berbicara, terlihat seorang pria berpakaian putih perlahan-lahan turun dari atas awan, lalu akhirnya berdiri di atas batu besar dan menatap Edran dari kejauhan. Pria itu adalah dewa pedang, Azka. Kedatangan Azka memang tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya, tetapi mampu menarik perharian semua orang. Bahkan Luther dan Anderson yang sedang bertarung dengan sengit pun menghentikan pertarungan mereka."Paman Azka?" Melihat orang yang tiba, Luther merasa gembira. Dari ketiga ahli utama Keluarga Bennett, Azka adalah ahli yang
"Argh!" teriak Edran yang merasakan ancaman kematian secara terus-menerus dengan marah. Energi astral di dalam tubuhnya mengalir keluar dengan deras untuk terus memperkuat pertahanan dan memperbaiki retakan perisai itu. Namun, kekuatan pedang raksasa emas itu makin kuat, sehingga retakan yang baru saja diperbaiki pun segera muncul kembali. Dia merasa tubuhnya seolah-olah tertekan dan akan hancur berkeping-keping jika tidak bisa menahannya. Pada saat ini, dia baru benar-benar menyadari betapa mengerikannya kekuatan dewa pedang Azka."Hitam Putih Tak Terbatas, Teknik Meminjam Kekuatan Alam!" Melihat perisainya tidak bisa menahan lagi, Edran langsung menggunakan esensi darahnya untuk mengaktifkan teknik rahasianya. Dia mengentakkan kakinya dengan kuat, lalu tiba-tiba muncul sebuah pusaran di perisainya dan mulai menyerap kekuatan yang mengerikan dari tebasan pedang raksasa emas itu.Setelah pusaran itu penuh dengan kekuatan dan memancarkan cahaya emas, Edran mendorong tangannya ke atas sa
"Argh!" teriak Edran yang merasakan ancaman kematian secara terus-menerus dengan marah. Energi astral di dalam tubuhnya mengalir keluar dengan deras untuk terus memperkuat pertahanan dan memperbaiki retakan perisai itu. Namun, kekuatan pedang raksasa emas itu makin kuat, sehingga retakan yang baru saja diperbaiki pun segera muncul kembali. Dia merasa tubuhnya seolah-olah tertekan dan akan hancur berkeping-keping jika tidak bisa menahannya. Pada saat ini, dia baru benar-benar menyadari betapa mengerikannya kekuatan dewa pedang Azka."Hitam Putih Tak Terbatas, Teknik Meminjam Kekuatan Alam!" Melihat perisainya tidak bisa menahan lagi, Edran langsung menggunakan esensi darahnya untuk mengaktifkan teknik rahasianya. Dia mengentakkan kakinya dengan kuat, lalu tiba-tiba muncul sebuah pusaran di perisainya dan mulai menyerap kekuatan yang mengerikan dari tebasan pedang raksasa emas itu.Setelah pusaran itu penuh dengan kekuatan dan memancarkan cahaya emas, Edran mendorong tangannya ke atas sa
Pedang Arkais belum keluar dari sarungnya pun sudah menunjukkan kekuatan yang begitu menghancurkan. Kekuatan dari serangan kali ini jelas lebih hebat dan mengerikan dibandingkan kedua serangan sebelumnya. Edran ketakutan hingga gemetar dan merinding. Di dalam hatinya, tiba-tiba muncul perasaan takut akan kematian."Kenapa kalian masih bersembunyi di sana? Cepat keluar dan bantu!" teriak Edran dengan sekuat tenaganya.Begitu Edran selesai berbicara, sebuah sosok biru dari arah selatan tiba-tiba memelesat ke langit dan melangkah di atas angin dengan kecepatan yang luar biasa. Pada saat yang bersamaan, sebuah sosok hitam dari arah utara melompat keluar dari hutan dan berubah menjadi kabut hitam yang melayang mendekat.Setelah mendekat, semua orang baru menyadari sosok biru itu adalah seorang pria paruh baya yang tampan. Pria itu memeluk pedang dengan kedua tangannya, ekspresinya dingin dan seluruh tubuhnya memancarkan aura dingin yang kuat. Semua tanaman di tempat yang dilewatinya langsun
Setelah mendekat, Luther menggerakkan pergelangan tangannya, lalu Pedang Cakrawala langsung mengeluarkan puluhan ribu bayangan pedang yang memenuhi langit dan menyerang ke arah Anderson."Amarah Arahat!" teriak Anderson dengan keras. Setelah itu, cahaya emas memancar dari dalam tubuhnya dan langsung berubah menjadi sosok arahat yang sangat besar. Sosok itu melindungi Anderson di dalamnya, seperti sebuah zirah."Klang klang klang klang klang ...." Saat bayangan pedang yang dikeluarkan Luther menghantam sosok arahat emas itu, tabrakannya akan membuat percikan cahaya-cahaya api dan tidak menimbulkan kerusakan apa pun."Huh! Kamu bahkan nggak bisa menembus pertahananku, bagaimana kamu bisa membunuhku?" kata Anderson sambil berdiri dengan angkuh dan gagah.Luther tidak mengatakan apa-apa dan terus melancarkan serangannya. Pedang Cakrawala di tangannya pun bergerak makin cepat dan mengeluarkan bayangan pedang yang makin banyak. Saat kedua energi itu bertabrakan, terbentuk sebuah gelombang en
"Kalah?"Frost mengernyitkan alis dan menjawab, "Sejak aku menguasai keterampilan pedang, aku selalu menang dan nggak pernah kalah."Azka menggelengkan kepala. "Kamu sangat beruntung, tapi sangat disayangkan juga. Segala sesuatu di dunia ini punya dua sisi yang berbeda. Terlalu kuat akan mudah hancur, berdiri di puncak pasti akan mudah jatuh. Ini adalah hukum yang tak berubah sejak dulu. Kamu nggak pernah merasakan kekalahan, bagaimana mungkin kamu bisa memahami puncak dari seni pedang ini?""Apa kamu pernah kalah?" tanya Frost kembali."Tentu saja nggak." Azka langsung menyangkal.Frost langsung terdiam. Setelah mengobrol begitu lama, ternyata semua hanya omong kosong.Tatapan Azka terlihat agak rumit. "Aku nggak pernah kalah dalam pertarungan, tapi aku adalah seorang pecundang dalam hal kehidupan. Aku menghabiskan setengah hidupku hanya untuk berlatih pedang. Aku sudah mengabaikan dan mengecewakan banyak orang, pada akhirnya aku menjadi orang yang kesepian. Saat aku menyembunyikan id
Saat itu, serangan Frost itu berhasil menghancurkan empat ribu tiga ratus zirah dan menggemparkan dunia, sehingga seratus ribu pasukan barbar di perbatasan utara itu terkejut dan melarikan diri dengan panik. Sejak saat itu, kota kecil di perbatasan itu resmi mengganti namanya menjadi Kota Embun, sedangkan Frost juga diangkat menjadi ketua kota itu. Sampai hari ini, rakyat di kota itu hidup dengan damai dan tidak ada yang berani mengganggu kota itu.Azka memang sudah terkenal sejak lama, tetapi dia sudah kehilangan ketajamannya seperti dahulu setelah menyembunyikan identitasnya selama sepuluh tahun. Sebaliknya, Frost sedang berada di puncak kejayaannya dan menjadi makin kuat setiap harinya, sehingga siapa yang akan menang di pertarungan ini masih belum bisa dipastikan."Orang-orang dari dunia persilatan selalu tidak tahu bagaimana mementingkan kepentingan bersama. Kalau kamu begitu suka menunjukkan kehebatanmu, ayo kita lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Edran sambil menyipitkan ma
"Duar!" Terdengar suara ledakan setelah Pedang Antariksa milik Frost bertabrakan dengan Pedang Arkais.Saat kedua ujung pedang bersentuhan, terbentuk sebuah gelombang energi yang mengerikan menyebar ke segala arah, sehingga batu-batu hancur dan pohon tumbang di mana pun gelombang energi itu lewat. Dinding Biara Isikala yang berada di kejauhan langsung roboh dan seluruh biara pun mulai berguncang.Saat ini, semua orang yang berada di kaki gunung merasa ada suara ledakan yang menggelegar di atas kepala mereka. Saat mengangkat kepala, mereka melihat sebuah gelombang energi yang menyebar dengan cepat dan memenuhi seluruh langit. Meskipun jarak mereka sangat jauh, mereka juga bisa merasakan tekanan yang mengerikan itu. Untungnya, pertarungan itu terjadi di puncak gunung. Jika ledakan itu terjadi di tengah kerumunan, entah ada berapa banyak orang yang terluka.Setelah serangan itu berakhir, Frost masih tidak menghentikan langkahnya dan segera melayangkan serangan yang sengit. Serangan pertam