"Kalah?"Frost mengernyitkan alis dan menjawab, "Sejak aku menguasai keterampilan pedang, aku selalu menang dan nggak pernah kalah."Azka menggelengkan kepala. "Kamu sangat beruntung, tapi sangat disayangkan juga. Segala sesuatu di dunia ini punya dua sisi yang berbeda. Terlalu kuat akan mudah hancur, berdiri di puncak pasti akan mudah jatuh. Ini adalah hukum yang tak berubah sejak dulu. Kamu nggak pernah merasakan kekalahan, bagaimana mungkin kamu bisa memahami puncak dari seni pedang ini?""Apa kamu pernah kalah?" tanya Frost kembali."Tentu saja nggak." Azka langsung menyangkal.Frost langsung terdiam. Setelah mengobrol begitu lama, ternyata semua hanya omong kosong.Tatapan Azka terlihat agak rumit. "Aku nggak pernah kalah dalam pertarungan, tapi aku adalah seorang pecundang dalam hal kehidupan. Aku menghabiskan setengah hidupku hanya untuk berlatih pedang. Aku sudah mengabaikan dan mengecewakan banyak orang, pada akhirnya aku menjadi orang yang kesepian. Saat aku menyembunyikan id
Saat itu, serangan Frost itu berhasil menghancurkan empat ribu tiga ratus zirah dan menggemparkan dunia, sehingga seratus ribu pasukan barbar di perbatasan utara itu terkejut dan melarikan diri dengan panik. Sejak saat itu, kota kecil di perbatasan itu resmi mengganti namanya menjadi Kota Embun, sedangkan Frost juga diangkat menjadi ketua kota itu. Sampai hari ini, rakyat di kota itu hidup dengan damai dan tidak ada yang berani mengganggu kota itu.Azka memang sudah terkenal sejak lama, tetapi dia sudah kehilangan ketajamannya seperti dahulu setelah menyembunyikan identitasnya selama sepuluh tahun. Sebaliknya, Frost sedang berada di puncak kejayaannya dan menjadi makin kuat setiap harinya, sehingga siapa yang akan menang di pertarungan ini masih belum bisa dipastikan."Orang-orang dari dunia persilatan selalu tidak tahu bagaimana mementingkan kepentingan bersama. Kalau kamu begitu suka menunjukkan kehebatanmu, ayo kita lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Edran sambil menyipitkan ma
"Duar!" Terdengar suara ledakan setelah Pedang Antariksa milik Frost bertabrakan dengan Pedang Arkais.Saat kedua ujung pedang bersentuhan, terbentuk sebuah gelombang energi yang mengerikan menyebar ke segala arah, sehingga batu-batu hancur dan pohon tumbang di mana pun gelombang energi itu lewat. Dinding Biara Isikala yang berada di kejauhan langsung roboh dan seluruh biara pun mulai berguncang.Saat ini, semua orang yang berada di kaki gunung merasa ada suara ledakan yang menggelegar di atas kepala mereka. Saat mengangkat kepala, mereka melihat sebuah gelombang energi yang menyebar dengan cepat dan memenuhi seluruh langit. Meskipun jarak mereka sangat jauh, mereka juga bisa merasakan tekanan yang mengerikan itu. Untungnya, pertarungan itu terjadi di puncak gunung. Jika ledakan itu terjadi di tengah kerumunan, entah ada berapa banyak orang yang terluka.Setelah serangan itu berakhir, Frost masih tidak menghentikan langkahnya dan segera melayangkan serangan yang sengit. Serangan pertam
"Wush!" Terdengar suara gemuruh.Ada sebuah pedang es raksasa yang perlahan-lahan muncul dari tengah Formasi Enam Bintang itu. Pedang es ini panjangnya sekitar 13 meter, lebarnya sekitar 2 meter, dan membawa hawa dingin yang menakutkan. Hawa dingin itu segera menyebar hingga ratusan meter dan semua tempat yang dilewatinya membeku. Bahkan ahli seperti Edran dan Ghost pun menggigil saat tersentuh oleh hawa dingin itu."Jurus apa ini? Aku belum pernah mendengarnya sebelumnya," kata Edran dengan mata yang membelalak. Pedang es Frost bukan terbuat dari energi astral, melainkan terbentuk dari formasi dan kekuatannya meningkat seratus kali lipat. Pedang itu memiliki kekuatan yang hampir mampu menghancurkan dunia. Begitu serangan ini diluncurkan, bahkan Dewa Pedang Azka pun belum tentu bisa menahannya."Pedang ini dinamai Pemusnah Dunia. Aku sudah merawatnya di tempat yang sangat dingin selama delapan tahun penuh agar suatu hari nanti dia bisa mengalahkanmu. Pedang ini hanya bisa menyerang sat
Setelah ledakan itu, situasi di kaki gunung menjadi kacau balau, sedangkan situasi di puncak gunung sunyi. Saat semuanya mereda, seluruh puncak Gunung Talaka berubah menjadi kosong. Biara Isikala sudah menjadi rata dan semua tanaman juga sudah tersapu bersih. Bahkan Edran dan Ghost yang menyaksikan pertarungan itu pun terpaksa mundur hingga seratus meter karena gelombang ledakan itu.Saat ini, di tengah puncak gunung. Azka masih berdiri dengan tenang dan Pedang Arkais melayang di depannya sambil memancarkan cahaya emas yang tak stabil.Sementara itu, Pedang Antariksa yang berwarna biru tergeletak di tanah di puluhan meter jauhnya dan wajah Frost berubah menjadi pucat. Bagian telapak tangannya sudah retak dan meneteskan darah di atas batu. Kedua lengannya juga kehilangan kendali dan bergetar.Azka berkata dengan tenang, "Frost, kamu sudah kalah. Teknik pedangmu sangat hebat, tapi sayangnya kamu masih kalah."Frost menggertakkan gigi dan berkata dengan tatapan yang tegas, "Siapa bilang a
Saat kedua pedang bersentuhan, pedang darah Frost tiba-tiba meledak dan berubah menjadi kabut darah yang menyebar di udara. Frost yang menyatu dengan pedang langsung terlempar ke belakang dengan wajah pucat dan memuntahkan darah.Sementara itu, Pedang Arkais juga terlempar sejauh puluhan meter dan akhirnya tertancap di sebuah batu."Sekarang kesempatan bagus untuk kita!" Melihat Pedang Arkais yang kehilangan kendali untuk sesaat, mata Edran bersinar. Tanpa ragu-ragu, dia langsung bertindak. Dia tiba-tiba menarik busur dan mengumpulkan energi astral di seluruh tubuhnya untuk membentuk sebuah panah hitam yang penuh dengan energi. Panah hitam itu memancarkan cahaya gelap yang dingin ke segala arah.Setelah mengumpulkan kekuatan dengan cepat, panah hitam itu berubah menjadi kilatan hitam yang tajam dan langsung ditembak ke dada Azka. Panah ini cepat, kuat, dan tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, serta pemilihan waktunya sangat tepat. Bisa dibilang, ini adalah serangan mendadak yang hampir se
"Deska?" Melihat tombak api yang turun dari langit, ekspresi Azka berubah dan segera mengenali identitas orang yang datang. Namun, serangan itu terlalu cepat, ganas, dan mendadak, dia tidak sempat untuk menarik kembali Pedang Arkais untuk menahannya. Dia hanya bisa menggunakan jarinya untuk membentuk pedang dan mengarahkannya ke tombak api itu."Duar!" Terdengar suara ledakan.Saat jari Azka dan tombak api bertabrakan, sebuah gelombang energi yang menakutkan langsung menyebar ke segala arah, lalu waktu berhenti. Dia terus mengangkat tangannya dan membentuk sebuah riak pedang berwarna emas di ujung jarinya. Riak berwarna emas ini terus melawan dan bertabrakan dengan tombak api itu, sehingga gelombang yang terbentuk dari tabrakan itu pun terus menyebar.Pada saat ini, entah sejak kapan muncul seorang pria tua dengan rambut putih dan mata merah di ujung tombak api itu. Ekspresi pria tua itu dingin dan kakinya menginjak ujung tombak. Dia menatap Azka dari atas, seolah-olah meremehkan. Pria
Kaki Deska menendang tongkat tombak dan langsung terpental ke belakang. Tombak Gentala Merah juga langsung meluncur karena tendangan itu dan bertabrakan dengan Pedang Arkais yang melayang di udara.Terdengar suara ledakan dan cahaya memancar ke segala arah.Kedua senjata ajaib itu berpisah setelah bertabrakan dan akhirnya kembali ke tangan pemiliknya. Kedua belah pihak seimbang, tidak ada seorang pun yang mendapat keuntungan.Dengan adanya Pedang Arkais, aura Azka langsung berubah menjadi ganas. "Deska, kamu kehilangan satu kesempatan untuk mengalahkanku. Kalau tadi kamu terus menyerang, aku akan mati atau cacat. Tapi sayangnya, kamu takut dirimu terluka dan berada dalam masalah, jadi kamu nggak berani mengambil risiko. Ini adalah kelemahan terbesarmu."Orang yang makin tua, makin takut dengan kematian. Menurut Azka, Deska sudah kehilangan hatinya sebagai seorang ahli bela diri karena mengasingkan diri selama bertahun-tahun. Meskipun memiliki kultivasi yang hebat, Deska juga tidak bisa