"Wush!" Terdengar suara gemuruh.Ada sebuah pedang es raksasa yang perlahan-lahan muncul dari tengah Formasi Enam Bintang itu. Pedang es ini panjangnya sekitar 13 meter, lebarnya sekitar 2 meter, dan membawa hawa dingin yang menakutkan. Hawa dingin itu segera menyebar hingga ratusan meter dan semua tempat yang dilewatinya membeku. Bahkan ahli seperti Edran dan Ghost pun menggigil saat tersentuh oleh hawa dingin itu."Jurus apa ini? Aku belum pernah mendengarnya sebelumnya," kata Edran dengan mata yang membelalak. Pedang es Frost bukan terbuat dari energi astral, melainkan terbentuk dari formasi dan kekuatannya meningkat seratus kali lipat. Pedang itu memiliki kekuatan yang hampir mampu menghancurkan dunia. Begitu serangan ini diluncurkan, bahkan Dewa Pedang Azka pun belum tentu bisa menahannya."Pedang ini dinamai Pemusnah Dunia. Aku sudah merawatnya di tempat yang sangat dingin selama delapan tahun penuh agar suatu hari nanti dia bisa mengalahkanmu. Pedang ini hanya bisa menyerang sat
Setelah ledakan itu, situasi di kaki gunung menjadi kacau balau, sedangkan situasi di puncak gunung sunyi. Saat semuanya mereda, seluruh puncak Gunung Talaka berubah menjadi kosong. Biara Isikala sudah menjadi rata dan semua tanaman juga sudah tersapu bersih. Bahkan Edran dan Ghost yang menyaksikan pertarungan itu pun terpaksa mundur hingga seratus meter karena gelombang ledakan itu.Saat ini, di tengah puncak gunung. Azka masih berdiri dengan tenang dan Pedang Arkais melayang di depannya sambil memancarkan cahaya emas yang tak stabil.Sementara itu, Pedang Antariksa yang berwarna biru tergeletak di tanah di puluhan meter jauhnya dan wajah Frost berubah menjadi pucat. Bagian telapak tangannya sudah retak dan meneteskan darah di atas batu. Kedua lengannya juga kehilangan kendali dan bergetar.Azka berkata dengan tenang, "Frost, kamu sudah kalah. Teknik pedangmu sangat hebat, tapi sayangnya kamu masih kalah."Frost menggertakkan gigi dan berkata dengan tatapan yang tegas, "Siapa bilang a
Saat kedua pedang bersentuhan, pedang darah Frost tiba-tiba meledak dan berubah menjadi kabut darah yang menyebar di udara. Frost yang menyatu dengan pedang langsung terlempar ke belakang dengan wajah pucat dan memuntahkan darah.Sementara itu, Pedang Arkais juga terlempar sejauh puluhan meter dan akhirnya tertancap di sebuah batu."Sekarang kesempatan bagus untuk kita!" Melihat Pedang Arkais yang kehilangan kendali untuk sesaat, mata Edran bersinar. Tanpa ragu-ragu, dia langsung bertindak. Dia tiba-tiba menarik busur dan mengumpulkan energi astral di seluruh tubuhnya untuk membentuk sebuah panah hitam yang penuh dengan energi. Panah hitam itu memancarkan cahaya gelap yang dingin ke segala arah.Setelah mengumpulkan kekuatan dengan cepat, panah hitam itu berubah menjadi kilatan hitam yang tajam dan langsung ditembak ke dada Azka. Panah ini cepat, kuat, dan tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, serta pemilihan waktunya sangat tepat. Bisa dibilang, ini adalah serangan mendadak yang hampir se
"Deska?" Melihat tombak api yang turun dari langit, ekspresi Azka berubah dan segera mengenali identitas orang yang datang. Namun, serangan itu terlalu cepat, ganas, dan mendadak, dia tidak sempat untuk menarik kembali Pedang Arkais untuk menahannya. Dia hanya bisa menggunakan jarinya untuk membentuk pedang dan mengarahkannya ke tombak api itu."Duar!" Terdengar suara ledakan.Saat jari Azka dan tombak api bertabrakan, sebuah gelombang energi yang menakutkan langsung menyebar ke segala arah, lalu waktu berhenti. Dia terus mengangkat tangannya dan membentuk sebuah riak pedang berwarna emas di ujung jarinya. Riak berwarna emas ini terus melawan dan bertabrakan dengan tombak api itu, sehingga gelombang yang terbentuk dari tabrakan itu pun terus menyebar.Pada saat ini, entah sejak kapan muncul seorang pria tua dengan rambut putih dan mata merah di ujung tombak api itu. Ekspresi pria tua itu dingin dan kakinya menginjak ujung tombak. Dia menatap Azka dari atas, seolah-olah meremehkan. Pria
Kaki Deska menendang tongkat tombak dan langsung terpental ke belakang. Tombak Gentala Merah juga langsung meluncur karena tendangan itu dan bertabrakan dengan Pedang Arkais yang melayang di udara.Terdengar suara ledakan dan cahaya memancar ke segala arah.Kedua senjata ajaib itu berpisah setelah bertabrakan dan akhirnya kembali ke tangan pemiliknya. Kedua belah pihak seimbang, tidak ada seorang pun yang mendapat keuntungan.Dengan adanya Pedang Arkais, aura Azka langsung berubah menjadi ganas. "Deska, kamu kehilangan satu kesempatan untuk mengalahkanku. Kalau tadi kamu terus menyerang, aku akan mati atau cacat. Tapi sayangnya, kamu takut dirimu terluka dan berada dalam masalah, jadi kamu nggak berani mengambil risiko. Ini adalah kelemahan terbesarmu."Orang yang makin tua, makin takut dengan kematian. Menurut Azka, Deska sudah kehilangan hatinya sebagai seorang ahli bela diri karena mengasingkan diri selama bertahun-tahun. Meskipun memiliki kultivasi yang hebat, Deska juga tidak bisa
"Cari mati!" Melihat Anderson yang sombong, Luther merasa sangat marah. Pada saat itu, dia tidak meragukan apa pun lagi, sehingga dia membuka seluruh titik akupunktur dan langsung mengaktifkan teknik rahasianya dengan paksa.Terdengar suara ledakan.Setelah itu, tiba-tiba muncul lubang-lubang berdarah di berbagai bagian tubuh Luther. Dalam sekejap, seluruh tubuhnya sudah berlumuran darah. Teknik rahasia Keluarga Bennett ini memang bisa meningkatkan kekuatan, tetapi penggunanya juga akan terluka parah. Terutama dalam keadaan tubuh yang sudah kelelahan, penggunanya akan terluka makin parah lagi jika memaksa menggunakan teknik rahasia itu. Sedikit kelalaian saja, tubuhnya mungkin akan meledak dan mati. Kelihatan jelas, dia siap mempertaruhkan nyawanya."Kamu sudah gila! Apa kamu berniat mati bersamaku?" Melihat adegan itu, ekspresi Anderson langsung berubah dan sikapnya yang sebelumnya angkuh segera menjadi panik. Teknik rahasia Keluarga Bennett adalah teknik mempertaruhkan nyawa yang aka
Saat ini, orang-orang baru menyadari bahwa Anderson memakai zirah berwarna emas gelap. Meskipun telah hancur, zirah itu berhasil menyelamatkan nyawa Anderson dari serangan fatal yang dilancarkan Luther barusan."Uhuk, uhuk, uhuk ...." Anderson terbatuk dan memuntahkan darah sambil bangkit dengan tubuh sempoyongan.Kalau bukan karena Teknik King Kong yang dipelajarinya, fisiknya tidak mungkin sekuat ini. Tanpa bantuan zirah, Anderson pun pasti sudah mati dibunuh Luther. Tentunya, dia tetap terluka parah meskipun berhasil selamat. Akan tetapi, jika melanjutkan pertarungan, peluang menangnya tidaklah besar."Dasar bajingan! Matilah kamu!" Tanpa ragu sedikit pun, Luther hendak mengangkat pedang untuk menyerang lagi.Siapa sangka, kaki Luther sontak melemas hingga membuatnya hampir terjatuh. Dia hanya bisa menggunakan pedang untuk menopang tubuhnya.Ternyata, serangan tadi telah menguras habis energinya. Dampak buruk dari teknik rahasia Keluarga Bennett akhirnya terlihat. Kini, Luther bahka
Terlihat seberkas cahaya pedang melintas dengan cepat. Tanpa aba-aba sedikit pun, cahaya itu sontak menembus leher Anderson. Kecepatan tinggi itu membuat orang-orang tidak sempat untuk bereaksi."Eee ...." Sekujur tubuh Anderson gemetar, lalu mematung. Dia memelototi Hasta yang berdiri tidak jauh dari sana. Sorot matanya dipenuhi keterkejutan dan kebingungan.Anderson tidak menyangka Hasta akan menyerang dirinya secara mendadak. Hingga sekarang, dia masih tidak bisa memercayai kenyataan ini.Apa yang terjadi? Bukannya mereka berada di pihak yang sama? Mereka tidak memiliki dendam terhadap satu sama lain, jadi kenapa Hasta membunuh dirinya? Apa karena Anderson mendesaknya beberapa kali? Hasta marah, jadi membunuhnya?Bam! Kepala Anderson terlepas dari tubuhnya dan terjatuh ke tanah. Matanya yang terbelalak itu dipenuhi ketidakpercayaan. Hingga mati, dia tidak percaya akan mendapat hasil seperti ini.Anderson susah payah terlepas dari Luther, bahkan mengira kemenangan sudah ada di tangan
"Pangeran Huston, hati-hati dengan ucapanmu," kata Gema yang segera memperingatkan sambil melihat ke sekeliling karena khawatir ada yang menguping percakapan mereka.Membahas hidup dan mati anggota keluarga kerajaan secara pribadi adalah pelanggaran besar. Jika hal ini disebarkan oleh orang yang berniat buruk, nama baik hancur masih termasuk hal kecil. Namun, jika nanti diminta pertanggungjawaban, ini akan menjadi masalah besar."Paman Gema, tenang saja. Ini adalah Atlandia, bukan Midyar. Kamu bisa membahas apa pun dengan tenang, nggak perlu khawatir," kata Huston sambil tersenyum, sama sekali tidak peduli apa pun. Dia berpikir hal ini sudah diketahui semua orang, apa salah membicarakannya? Apakah orangnya tidak akan mati jika tidak membicarakannya? Benar-benar konyol."Uhuk uhuk .... Sepertinya aku sudah terlalu banyak berpikir," kata Gema sambil tersenyum dengan canggung. Meskipun tahu apa yang dikatakan Huston benar, dia tetap harus berhati-hati dan tidak berani membicarakan anggota
Huston masuk ke ruang rapat dengan senyuman cerah, sambil menggandeng tangan Gema dengan sikap yang sangat ramah. Sebaliknya, Gema terlihat kebingungan, sama sekali tidak menduga situasi ini.Sebelum masuk, Gema sudah membayangkan berbagai kemungkinan dalam pertemuan mereka. Misalnya, Huston bersikap dingin atau arogan. Semua itu bisa dia terima, bahkan dia sudah siap secara mental.Bagaimanapun menurut rumor, Huston adalah pangeran yang suka membuat onar dan berani melakukan apa saja.Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan hanya tidak ada kesulitan, Huston malah bersikap sangat ramah, membuat Gema bingung bukan main.Seperti kata pepatah, ketika sesuatu terlihat tidak biasa, pasti ada sesuatu yang buruk. Gema tidak tahu apa maksud tersembunyi di balik keramahan ini."Pelayan! Siapkan teh!" Setelah mempersilakan Gema duduk, Huston langsung memerintahkan pelayan untuk menyajikan teh.Teh yang disajikan adalah teh mahal khas Atlandia, yang tidak dijual untuk umum dan hanya diperunt
Setelah mengikuti Huston masuk, Loki merasa sangat cemas. Sebelumnya dia pernah masuk ke istana, tetapi kebanyakan karena urusan resmi dan orang yang memandunya biasanya adalah penjaga atau pelayan.Namun, kali ini berbeda. Kunjungan ini untuk urusan pribadi dan yang memandunya adalah Huston. Hal ini membuatnya merasa sangat terhormat. Dia sangat penasaran, sejak kapan dirinya memiliki pengaruh sebesar ini?Huston bahkan mengabaikan jenderal besar dan hanya bersikap ramah padanya. Apa mungkin kepalanya yang botak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian?Dengan segudang pertanyaan di benaknya, Loki mengikuti Huston hingga akhirnya mereka tiba di ruang rapat."Duduk." Setelah Huston duduk di kursi utama, dia memberi isyarat kepada Loki untuk duduk."Nggak perlu, aku berdiri saja," ujar Loki dengan senyuman sungkan."Kalau aku bilang duduk, ya duduk. Kenapa tegang sekali? Aku nggak akan memakanmu," kata Huston dengan nada tidak sabar."Baik, baik." Loki buru-buru mengiakan dan duduk.
Saat pintu gerbang terbuka, semua perhatian langsung tertuju ke sana. Di tengah tatapan semua orang, Huston berjalan keluar dengan tubuh tegap, diikuti dua pengawal di belakangnya."Pangeran Huston?" Melihatnya, semua orang langsung menyambut dengan senyuman ramah. Baik itu Weker, Trisno, maupun Loland, semuanya menunjukkan sikap menyanjung.Huston terkenal kuat dan kejam. Meskipun beberapa tahun terakhir ini, dia sudah lebih terkendali, pengaruh masa lalunya masih membuat orang takut.Jadi, jangan sampai mereka membuat Huston marah. Huston seperti bom waktu berjalan. Banyak dari mereka pernah terkena imbasnya dulu."Pangeran, akhirnya kamu keluar juga. Aku ada urusan penting untuk dilaporkan, tolong ....""Minggir!"Saat Trisno maju untuk berbicara, Huston langsung mendorongnya dengan kasar, hingga tubuhnya yang kurus hampir terjatuh."Trisno, segala sesuatu harus ada urutannya. Pangeran sangat menghargai keadilan, mana mungkin dia membiarkan kebiasaan burukmu itu," ejek Loland yang t
"Makan apanya! Aku lagi nggak mood! Kalau mau makan, makan saja sendiri!" bentak Loland dengan murka."Aku juga nggak mau pergi. Aku sedang menjaga kesehatan dan cuma minum teh. Aku nggak minum alkohol," tolak Trisno langsung."Kalau kalian mau menunggu, silakan saja. Aku nggak akan menemani kalian," ucap Weker dengan senyuman tipis. Kemudian, dia hendak berjalan pergi.Begitu berbalik, Weker hampir bertabrakan dengan Loki yang datang dari arah berlawanan. "Tuan Weker, maaf, maaf! Aku nggak sengaja."Di tengah kerumunan tokoh-tokoh penting, Loki merasa sangat tertekan. Tadi dia melamun sejenak sehingga menabrak Weker. Dia ketakutan hingga tidak tahu harus mengatakan apa.Loki tidak seperti para jenderal lainnya yang memiliki dukungan kuat. Dia mencapai posisinya saat ini berkat kerja keras dan usaha sendiri. Jika dia tidak sengaja menyinggung tokoh penting, dia bisa saja kehilangan semua pencapaiannya.Weker awalnya mengerutkan kening, tetapi segera berekspresi normal dan tersenyum. "N
Setelah selesai berbincang, keduanya pun berpisah. Gema mencari hotel di sekitar untuk menginap dan menunggu kabar baik.Sementara itu, Loki langsung mengganti pakaian dan pergi ke istana Kerajaan Atlandia untuk menyerahkan surat permohonan audiensi. Namun, saat dia tiba, dia terkejut melihat pemandangan di depan matanya.Saat ini, banyak orang yang sudah berkumpul di depan gerbang besar istana Kerajaan Atlandia. Ada beberapa tokoh besar yang dikenal Loki juga, seperti Panglima Weker, Jenderal Besar Loland, dan Sarjana Trisno. Mereka semua adalah pejabat kelas satu dan sangat berkuasa di Atlandia.Terutama dengan Loland ini yang merupakan atasan dari atasan Loki. Dia akan berjalan dengan langkah yang tegap setiap kali bertemu dengan Loland, khawatir akan meninggalkan kesan yang buruk.Selain ketiga tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi ini, ada beberapa pejabat kelas dua dan yang setingkat juga yang berdiri sejajar di depan gerbang. Bisa dibilang, mereka semua jauh lebih berkuasa
Keesokan paginya, di bandara Atlandia. Gema yang mengenakan pakaian tradisional berdiri di depan pintu bandara dan menunggu dengan penuh harapan.Sebelum datang ke sini, Gema sudah menghubungi teman seperjuangan yang pernah bertugas bersamanya di militer. Setelah mendapat penghargaan atas jasanya dan ditambah dengan bantuan dari Keluarga Paliama, dia beruntung bisa tetap tinggal di Midyar dan mendapat posisi uang cukup baik.Sementara itu, teman Gema ini merantau ke Atlandia. Setelah berjuang selama bertahun-tahun, dia juga sudah sukses dan kini menjabat sebagai jenderal pangkat tiga yang memiliki kekuasaan, pengaruh, dan koneksi. Kali ini, apakah Gema bisa bertemu dengan Raja Atlandia, semuanya tergantung pada koneksi temannya ini.Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dan sebuah jip militer berhenti tepat di samping Gema. Terlihat seorang pria dengan kepala botak yang akan bersinar di bawah sinar matahari sampai menyilaukan mata saat jendela mobilnya diturunkan, tetapi
"Kakek, aku mengerti kamu mengirim kedua paman pergi ke Keluarga Sabanir dan Keluarga Angelo untuk memahami situasinya. Tapi, letak istana Kerajaan Atlandia ribuan mil dari sini dan mereka juga nggak pernah ikut campur dengan urusan pemerintahan. Kamu mengirim Paman Gema ke sana bukan hanya nggak ada gunanya, mungkin juga akan diusir," kata Bianca sambil menggelengkan kepala.Midyar dan Atlandia adalah dua dunia yang berbeda, sehingga perebutan takhta putra mahkota di Midayar sama sekali tidak memengaruhi istana Kerajaan Atlandia. Kedua belah pihak tidak pernah saling mengganggu dan mengatur, ini sudah menjadi aturan tak tertulis.Ezra menjelaskan, "Aku tentu saja paham logika ini, tapi saat ini situasinya sudah berbeda karena melibatkan kekuasaan dan takhta kerajaan. Semua pihak pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan dukungan dari istana Kerajaan Atlandia.""Kalau keseimbangan yang sudah bertahan selama bertahun-tahun ini rusak dan Atlandia terlibat, semuanya akan berubah. Untuk
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban