Saat ini, orang-orang baru menyadari bahwa Anderson memakai zirah berwarna emas gelap. Meskipun telah hancur, zirah itu berhasil menyelamatkan nyawa Anderson dari serangan fatal yang dilancarkan Luther barusan."Uhuk, uhuk, uhuk ...." Anderson terbatuk dan memuntahkan darah sambil bangkit dengan tubuh sempoyongan.Kalau bukan karena Teknik King Kong yang dipelajarinya, fisiknya tidak mungkin sekuat ini. Tanpa bantuan zirah, Anderson pun pasti sudah mati dibunuh Luther. Tentunya, dia tetap terluka parah meskipun berhasil selamat. Akan tetapi, jika melanjutkan pertarungan, peluang menangnya tidaklah besar."Dasar bajingan! Matilah kamu!" Tanpa ragu sedikit pun, Luther hendak mengangkat pedang untuk menyerang lagi.Siapa sangka, kaki Luther sontak melemas hingga membuatnya hampir terjatuh. Dia hanya bisa menggunakan pedang untuk menopang tubuhnya.Ternyata, serangan tadi telah menguras habis energinya. Dampak buruk dari teknik rahasia Keluarga Bennett akhirnya terlihat. Kini, Luther bahka
Terlihat seberkas cahaya pedang melintas dengan cepat. Tanpa aba-aba sedikit pun, cahaya itu sontak menembus leher Anderson. Kecepatan tinggi itu membuat orang-orang tidak sempat untuk bereaksi."Eee ...." Sekujur tubuh Anderson gemetar, lalu mematung. Dia memelototi Hasta yang berdiri tidak jauh dari sana. Sorot matanya dipenuhi keterkejutan dan kebingungan.Anderson tidak menyangka Hasta akan menyerang dirinya secara mendadak. Hingga sekarang, dia masih tidak bisa memercayai kenyataan ini.Apa yang terjadi? Bukannya mereka berada di pihak yang sama? Mereka tidak memiliki dendam terhadap satu sama lain, jadi kenapa Hasta membunuh dirinya? Apa karena Anderson mendesaknya beberapa kali? Hasta marah, jadi membunuhnya?Bam! Kepala Anderson terlepas dari tubuhnya dan terjatuh ke tanah. Matanya yang terbelalak itu dipenuhi ketidakpercayaan. Hingga mati, dia tidak percaya akan mendapat hasil seperti ini.Anderson susah payah terlepas dari Luther, bahkan mengira kemenangan sudah ada di tangan
Hanya dengan satu serangan, Hasta hampir merenggut nyawa Roman. Orang-orang tercengang melihat situasi ini. "Apa yang terjadi?"Bisa dibilang, Hasta berhasil membunuh Anderson semudah itu karena kondisi Anderson memang tidak prima lagi. Namun, bagaimana dengan Roman?Roman adalah salah satu dari empat tuan muda terhebat di Midyar. Dia juga dijuluki sebagai dewa perang, tetapi tidak sanggup menahan serangan Hasta? Kesenjangan ini sungguh mengerikan.Saat ini, orang-orang baru menyadari sesuatu. Ternyata, Hasta, anggota Sekte Pedang yang jarang menampakkan diri ini barulah yang terhebat di antara empat tuan muda terhebat di Midyar."Pedangku bukan untuk orang lemah. Sebaiknya kalian cepat pergi," ujar Hasta dengan tidak acuh. Suaranya tidak kuat, tetapi semua orang bisa mendengarnya,Para komandan pun bertatapan dan merasa serbasalah. Charlotte saja sudah sulit untuk dihadapi, apalagi Hasta. Peluang menang mereka sangat kecil. Akan tetapi, jika menentang perintah militer, mereka akan dih
Hasta seperti tahu keraguan Luther. Dia menjelaskan, "Bibi sempat berkonflik dengan keluarga waktu itu. Dia memilih untuk meninggalkan rumah dan nggak pernah pulang lagi. Setelah Bibi meninggal, aku dan ibuku pergi ke Atlandia untuk memberi penghormatan terakhir.""Kami memberi tahu ayahmu identitas kami. Tapi, sepertinya ayahmu nggak memberitahumu soal ini?" tanya Hasta."Aku sudah nggak pulang 10 tahun," ujar Luther dengan ekspresi rumit. Dia tidak menduga ibunya punya masa lalu seperti itu. Pantas saja, ibunya tidak pernah pulang ke rumah keluarganya. Setelah masalah ini berakhir, Luther memutuskan untuk mengunjungi makam ibunya jika dia bisa bertahan hidup."Pedangmu keren. Apa kamu bisa memberikannya kepadaku?" tanya Hasta tiba-tiba."Eh?" Luther termangu dan tidak bisa bereaksi untuk sesaat."Sepertinya kamu menolak." Hasta berkata dengan nada datar, "Kalau begitu, kita cari waktu untuk berduel. Kalau kamu kalah, pedang itu untukku. Kalau kamu menang, pedangku untukmu."Luther ke
"Kuharap Paman Azka bisa menang," gumam Charlotte sambil berdoa.Saat ini, di puncak gunung. Deska memegang Tombak Gentala Merah dengan ekspresi galak. Energi astral yang mengerikan terus memancar dari tubuhnya.Karena kekuatannya yang terlalu dahsyat, Tombak Gentala Merah sampai menjadi agak bengkok dan kepala tombak bergetar hebat.Di sisi lain, Azka yang memegang Pedang Arkais diselimuti cahaya emas. Dia seperti telah bersatu dengan pedangnya.Keduanya telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk memulai duel terakhir. Mereka tahu bahwa mereka hanya akan kalah jika masih menyembunyikan kekuatan.Buzz! Tombak dan pedang terus berbenturan, meledakkan gelombang energi yang kuat. Gelombang ini berwarna-warni, tetapi mengandung kekuatan destruktif yang mengerikan, bahkan sudah cukup untuk membunuh seorang master.Setelah bertarung sekitar 3 menit, Tombak Gentala Merah maju dengan perlahan untuk mendekati Pedang Arkais. Dari aspek basis kultivasi, jelas Deska lebih hebat sedikit dari Azka."A
Saat ini, Deska sungguh terkejut, bingung, dan panik. Dia tidak mengerti mengapa Azka bisa menguasai teknik mengeluarkan roh primordial dari tubuh, tetapi tahu bahwa teknik ini sangat mengerikan.Ini adalah teknik aneh yang mengabaikan entitas, energi astral, dan pertahanan. Kekuatannya jelas sangat hebat. Di seluruh dunia, hanya Riley yang menguasai teknik ini.Pada saat yang sama, darah mulai mengalir keluar dari telinga, mulut, dan hidung Azka. Retakan bahkan muncul di permukaan kulitnya. Jelas, ini adalah dampak buruk dari Teknik Pelepasan Roh Primordial.Sebelum mencapai tingkat apsara, penggunaan teknik ini secara paksa hanya akan menimbulkan kerusakan besar pada tubuh. Mulai dari cedera pada roh hingga tewas di tempat. Itu sebabnya, Azka baru mengerahkan teknik ini sekarang. Ini adalah teknik mematikan saat dirinya merasa buntu."Deska, kamu bertindak semena-mena dan mengacaukan dunia. Hari ini, aku akan memberimu pelajaran!" bentak Azka. Roh primordialnya perlahan-lahan mendeka
Meskipun selamat dari kematian, roh Deska tetap mengalami cedera sehingga sekujur tubuhnya terasa sangat tidak nyaman sekarang. Terutama ketakutan dan keputusasaan yang belum bisa dienyahkan."Master Deska, kamu baik-baik saja?" tanya Edran yang buru-buru menghampiri Deska untuk melindunginya."Aku nggak mati?" gumam Deska sambil memelotot dengan tidak percaya. Ketika melihat roh primordial itu, Deska cukup yakin dirinya akan mati. Tanpa diduga, dia berhasil lolos dari maut. Ternyata, dirinya memang orang terpilih."Master Deska, aku langsung menembakkan anak panah saat melihat ada yang nggak beres. Azka terluka parah dan kamu selamat," sahut Edran yang ingin meminta pujian.Setelah mendengarnya, Deska langsung menatap Azka yang tampak lemas dan berdarah, bahkan kesulitan untuk berdiri. Seketika, dia merasa terkejut sekaligus gembira. Dia tergelak dan berucap, "Hahaha! Kerja bagus. Mulai hari ini, kamu adalah tetua Paviliun Lingga.""Terima kasih, Master." Mata Edran berbinar-binar. Di
"Cepat kabur!" Ketika melihat petir yang menakutkan itu dan energi Azka yang terus bertambah kuat, Deska ketakutan hingga tidak berani melawan lagi dan memilih untuk melarikan diri.Azka mempertaruhkan nyawanya untuk menggunakan Teknik Pelepasan Roh Primordial. Sekarang, Azka terlihat akan melakukan terobosan dari tingkat grandmaster ke tingkat apsara.Setelah Azka mencapai tingkat itu, setiap serangannya akan mengandung kekuatan destruktif yang dahsyat. Sementara itu, Deska telah mengalami cedera. Meskipun dilindungi nadi naga, Deska tidak berani melawan Azka secara terang-terangan.Jadi, pilihan terbaik untuk sekarang adalah melarikan diri. Deska yakin Azka hanya akan mencapai tingkat apsara untuk sementara waktu. Basis kultivasinya pasti akan menurun kembali, bahkan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Ketika saat itu tiba, Deska akan kembali untuk menghabisi Azka."Berani sekali melakukan terobosan di hadapanku! Benar-benar cari mati!" seru Edran dengan sorot mata dingin.Edran t
Di kediaman Keluarga Paliama, setelah makan malam, Luther diminta untuk duduk dan mengobrol dulu.Ini pertama kalinya Bianca membawa pacarnya pulang ke rumah, makanya Keluarga Paliama sangat memperhatikan hal ini. Sebagai seorang adipati, Ezra menemani mereka, bahkan mengundang pasangan muda itu ke ruang kerja untuk berbincang sambil minum teh.Dengan pengamatannya yang tajam, Ezra bisa melihat bahwa Luther bukan orang biasa. Baik dalam cara berbicara, perilaku, maupun wawasan yang dimiliki, semuanya jauh melampaui orang biasa."Luther, aku sepenuhnya mendukung hubunganmu dengan Bianca. Nggak peduli apa status dan latar belakangmu, yang penting kalian berdua saling mencintai," ujar Ezra dengan bijaksana."Selain itu, cucuku dimanjakan sejak kecil dan nggak pernah mengalami kesulitan. Setelah kalian bersama, aku harap kamu bisa memperlakukannya dengan baik.""Tenang saja, aku nggak akan mengecewakan Bianca," jawab Luther dengan serius. Meskipun hubungan mereka belum sepenuhnya berkemban
Setelah mendengar ucapan Nivan, ekspresi Naim menjadi sangat serius. Alisnya berkerut, dia tampak tenggelam dalam pikirannya.Sepertinya dia terlalu meremehkan situasinya. Naim mengira ini hanya persaingan di antara saudara-saudaranya, tetapi siapa sangka situasi ini justru memberi peluang bagi harimau buas seperti Ernest.Kekuatan Ernest sangat besar. Dengan alasan mendukung putra mahkota untuk naik takhta, dia mulai merekrut banyak orang dan memperluas jaringannya, hingga memiliki pengaruh yang setara dengan keluarga kekaisaran.Jika Ernest benar-benar mendukung Nolan naik takhta, kekuatannya akan melampaui kaisar dan tidak ada yang bisa menekannya. Dalam skenario terburuk, dia bisa memanipulasi kaisar sebagai boneka dan sepenuhnya menggulingkan kekuasaan keluarga mereka."Nivan, apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Naim dengan alis berkerut."Benar, sama sekali nggak bohong!" jawab Nivan dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa mengutus orang untuk menyelidikinya.""Ak
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke