Meskipun selamat dari kematian, roh Deska tetap mengalami cedera sehingga sekujur tubuhnya terasa sangat tidak nyaman sekarang. Terutama ketakutan dan keputusasaan yang belum bisa dienyahkan."Master Deska, kamu baik-baik saja?" tanya Edran yang buru-buru menghampiri Deska untuk melindunginya."Aku nggak mati?" gumam Deska sambil memelotot dengan tidak percaya. Ketika melihat roh primordial itu, Deska cukup yakin dirinya akan mati. Tanpa diduga, dia berhasil lolos dari maut. Ternyata, dirinya memang orang terpilih."Master Deska, aku langsung menembakkan anak panah saat melihat ada yang nggak beres. Azka terluka parah dan kamu selamat," sahut Edran yang ingin meminta pujian.Setelah mendengarnya, Deska langsung menatap Azka yang tampak lemas dan berdarah, bahkan kesulitan untuk berdiri. Seketika, dia merasa terkejut sekaligus gembira. Dia tergelak dan berucap, "Hahaha! Kerja bagus. Mulai hari ini, kamu adalah tetua Paviliun Lingga.""Terima kasih, Master." Mata Edran berbinar-binar. Di
"Cepat kabur!" Ketika melihat petir yang menakutkan itu dan energi Azka yang terus bertambah kuat, Deska ketakutan hingga tidak berani melawan lagi dan memilih untuk melarikan diri.Azka mempertaruhkan nyawanya untuk menggunakan Teknik Pelepasan Roh Primordial. Sekarang, Azka terlihat akan melakukan terobosan dari tingkat grandmaster ke tingkat apsara.Setelah Azka mencapai tingkat itu, setiap serangannya akan mengandung kekuatan destruktif yang dahsyat. Sementara itu, Deska telah mengalami cedera. Meskipun dilindungi nadi naga, Deska tidak berani melawan Azka secara terang-terangan.Jadi, pilihan terbaik untuk sekarang adalah melarikan diri. Deska yakin Azka hanya akan mencapai tingkat apsara untuk sementara waktu. Basis kultivasinya pasti akan menurun kembali, bahkan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Ketika saat itu tiba, Deska akan kembali untuk menghabisi Azka."Berani sekali melakukan terobosan di hadapanku! Benar-benar cari mati!" seru Edran dengan sorot mata dingin.Edran t
Whoosh! Seberkas cahaya pedang berwarna ungu memelesat dengan kecepatan tinggi ke arah Midyar. Cahaya itu akan bertambah panjang seiring berjalannya waktu.Hanya dalam beberapa saat, cahaya pedang itu sudah mencapai belasan meter, bahkan masih berkembang dengan pesat.Di seluruh tempat yang dilewati, langit menjadi mendung dan petir menyambar. Terlihat sayatan di langit yang tidak tertutup untuk waktu yang lama.Dilihat dari kejauhan, cahaya pedang ungu itu seolah-olah bisa membelah dunia. Sungguh kekuatan yang menakutkan.Ketika Azka melancarkan serangan ini, Deska telah melarikan diri hingga 5 kilometer. Ahli bela diri kedua pada Peringkat Nirwana malah terlihat begitu ketakutan."Gila, kamu benar-benar sudah gila! Kamu mempertaruhkan nyawa sendiri cuma untuk menerobos! Aku nggak akan menemanimu bermain lagi!" maki Deska sambil melarikan diri dengan kecepatan tinggi.Deska harus kembali ke Paviliun Lingga. Di sana, dia bisa mendapatkan perlindungan nadi naga dan formasi Paviliun Ling
Azka sudah tewas. Dia tewas di hutan belantara. Bau darah yang amis dari tubuhnya seketika menarik perhatian anjing liar di sekitar. Tanpa disangka, ahli bela diri kedua Peringkat Nirwana sekaligus penguasa Paviliun Lingga akan dimakan oleh anjing, bahkan tidak ada tulang yang tersisa.Saat ini, di Paviliun Lingga. Pertemuan darurat tengah diadakan. Semua petinggi hadir. Sudah 4 jam berlalu sejak Deska meninggalkan Paviliun Lingga, tetapi belum ada kabar apa pun.Biasanya, mereka tidak akan cemas. Namun, lawan Deska kali ini adalah Azka. Keduanya sama-sama ahli bela diri tak tertandingi. Jika berduel, Deska memiliki peluang kemenangan yang lebih tinggi. Namun, takutnya ada perangkap di sana."Gimana? Sudah ada kabar dari Master?" tanya seorang tetua berjanggut sambil memasuki ruang rapat dengan panik.Di ruang rapat yang luas itu, terlihat 30 orang berkumpul. Mereka semua adalah petinggi Paviliun Lingga yang berkuasa. Di mata mereka, keluarga kekaisaran hanyalah bidak catur, sedangkan
Terlihat Token Giok Kehidupan yang berada di paling atas Aula Pahlawan telah retak dan terbelah menjadi dua bagian. Asal tahu saja, token ini terbuat dari bahan khusus sehingga tidak mudah rusak. Bahkan, token ini tidak mungkin rusak hanya dengan dibanting. Token ini hanya bisa hancur jika pemiliknya meninggal.Meskipun sulit untuk dipercaya, fakta sudah terpampang di depan mata. Deska memang sudah meninggalkan dunia ini untuk selamanya."Master! Master!" Tetua berjanggut putih itu sontak terduduk lemas di lantai dan berderai air mata. Dia dan Deska memiliki hubungan yang sangat dekat. Dia sulit untuk menerima kenyataan ini."Siapa? Siapa yang membunuh Master? Hari ini, aku pasti akan membalaskan dendam Master. Semuanya, dengarkan perintahku. Kita akan berangkat ke Gunung Talaka dan membunuh orang itu!" seru tetua itu.Setelah hening sejenak, seluruh Paviliun Lingga menjadi gempar. Semua orang berkumpul untuk menyusun rencana.Sesaat kemudian, sebuah energi yang dahsyat tiba-tiba menek
Dengan demikian, Paviliun Lingga dan nadi naga hancur karena serangan Azka. Kekuatan yang mencengangkan itu sampai membuat seluruh Kota Terlarang bergetar.Saat ini, di Departemen Astronomi. Seorang pria tua beruban dan bertubuh kurus sedang duduk di depan kompas sambil memejamkan mata untuk beristirahat. Mulutnya menggumamkan sesuatu seperti sedang berdoa.Tiba-tiba, tanah bergetar seolah-olah terjadi gempa bumi. Saat berikutnya, bagian tengah kompas retak seperti diserang sesuatu.Sementara itu, si pria tua gemetaran dan memuntahkan darah. Penampilannya yang terlihat lemas jelas menunjukkan bahwa dirinya menderita cedera parah."Guru, apa yang terjadi?" Misandari yang baru masuk sontak terkejut melihatnya. Dia buru-buru menghampiri untuk memapah pria tua itu."Takdir memang nggak bisa diubah! Ini sudah kehendak Tuhan!" ujar pria tua itu sambil mendesah. Kemudian, dia terbatuk lagi."Guru, ada apa?" tanya Misandari lagi."Nadi naga ... sudah hancur! Ramalanku benar. Nadi naga ditebas
"Guru, nggak peduli sesulit apa, aku tetap akan mencobanya," ujar Misandari dengan penuh keyakinan.Misandari tidak punya pilihan lain lagi. Ayahnya terbaring tak berdaya di ranjang, sedangkan para saudaranya tidak bisa diharapkan. Dia hanya bisa memikul tanggung jawab besar ini supaya Negara Drago bisa pulih kembali."Pergilah. Kamu satu-satunya orang yang berkesempatan untuk menyelesaikan misi ini," ujar si pria tua dengan sungguh-sungguh."Guru, jaga dirimu baik-baik. Aku akan mengunjungimu lagi kalau ada waktu." Misandari memberi hormat, lalu berpamitan. Kehancuran nadi naga bukan masalah sepele sehingga dia tidak boleh menunda waktu."Zaman terus berubah. Sudah saatnya aku pamit dari dunia ini." Pria tua itu mengembuskan napas panjang. Dia bangkit dengan sempoyongan, lalu pergi mandi dan berganti pakaian.Setelah membereskan semuanya, pria tua itu duduk kembali di kursinya dan perlahan-lahan memejamkan mata. Entah berapa lama kemudian, angin sepoi-sepoi berembus dan lampu gantung
"Paman? Paman Azka!" seru Luther dengan suara nyaring dan mata yang merah. Karena terluka parah dan terlalu emosional, Luther sontak memuntahkan darah dan terjatuh di tanah.Kesadarannya melemah. Demi mengungkap kebenaran tahun itu, demi membalas dendam, Luther kehilangan banyak hal kali ini.Sekarang, salah satu kerabatnya meninggalkan dunia ini lagi. Luther tidak bisa menilai apakah perbuatannya ini benar atau salah. Kalau bukan karena dendamnya, orang-orang ini tidak akan mati, 'kan?"Bagi seorang pendekar pedang, akhir seperti ini adalah yang terbaik." Hasta menatap Pedang Arkais yang bergetar itu sambil melanjutkan, "Dewa Pedang memang hebat. Meskipun sudah di ambang kematian, dia tetap berhasil membunuh Deska dan menghancurkan Paviliun Lingga dengan kekuatan sendiri. Dia telah menyelamatkan dunia ini. Ini baru pendekar yang sesungguhnya."Hasta selalu bersikap sombong selama ini. Dia tidak pernah menghormati siapa pun, sekalipun itu gurunya sendiri. Namun, setelah pertarungan har