"Guru, nggak peduli sesulit apa, aku tetap akan mencobanya," ujar Misandari dengan penuh keyakinan.Misandari tidak punya pilihan lain lagi. Ayahnya terbaring tak berdaya di ranjang, sedangkan para saudaranya tidak bisa diharapkan. Dia hanya bisa memikul tanggung jawab besar ini supaya Negara Drago bisa pulih kembali."Pergilah. Kamu satu-satunya orang yang berkesempatan untuk menyelesaikan misi ini," ujar si pria tua dengan sungguh-sungguh."Guru, jaga dirimu baik-baik. Aku akan mengunjungimu lagi kalau ada waktu." Misandari memberi hormat, lalu berpamitan. Kehancuran nadi naga bukan masalah sepele sehingga dia tidak boleh menunda waktu."Zaman terus berubah. Sudah saatnya aku pamit dari dunia ini." Pria tua itu mengembuskan napas panjang. Dia bangkit dengan sempoyongan, lalu pergi mandi dan berganti pakaian.Setelah membereskan semuanya, pria tua itu duduk kembali di kursinya dan perlahan-lahan memejamkan mata. Entah berapa lama kemudian, angin sepoi-sepoi berembus dan lampu gantung
"Paman? Paman Azka!" seru Luther dengan suara nyaring dan mata yang merah. Karena terluka parah dan terlalu emosional, Luther sontak memuntahkan darah dan terjatuh di tanah.Kesadarannya melemah. Demi mengungkap kebenaran tahun itu, demi membalas dendam, Luther kehilangan banyak hal kali ini.Sekarang, salah satu kerabatnya meninggalkan dunia ini lagi. Luther tidak bisa menilai apakah perbuatannya ini benar atau salah. Kalau bukan karena dendamnya, orang-orang ini tidak akan mati, 'kan?"Bagi seorang pendekar pedang, akhir seperti ini adalah yang terbaik." Hasta menatap Pedang Arkais yang bergetar itu sambil melanjutkan, "Dewa Pedang memang hebat. Meskipun sudah di ambang kematian, dia tetap berhasil membunuh Deska dan menghancurkan Paviliun Lingga dengan kekuatan sendiri. Dia telah menyelamatkan dunia ini. Ini baru pendekar yang sesungguhnya."Hasta selalu bersikap sombong selama ini. Dia tidak pernah menghormati siapa pun, sekalipun itu gurunya sendiri. Namun, setelah pertarungan har
Bagaimanapun, mereka adalah sepupu. Selain itu, Hasta akhirnya bertemu musuh yang kuat sehingga tidak ingin melihat Luther patah semangat."Gerald, kamu hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri sekarang. Aku pamit dulu, kita akan ketemu lagi nanti," ujar Hasta. Kemudian, dia langsung terbang ke kejauhan.Tugas yang diberikan Sekte Pedang adalah membunuh Gerald, tetapi Hasta malah menentang dan membantu Gerald. Dia harus segera memberi laporan. Tentunya, siapa pun yang merasa tidak puas dengan laporannya hanya akan mati."Paman, gimana cederamu?" tanya Charlotte dengan penuh perhatian."Aku baik-baik saja." Luther menggeleng, lalu melirik medan tempur yang penuh jasad dan berujar, "Jangan berlama-lama di tempat ini, kita pergi."Meskipun Deska telah meninggal, Paviliun Lingga belum termasuk hancur sepenuhnya. Jika ada ahli bela diri yang datang, Luther tidak akan sanggup melawan dengan kondisi yang sekarang. Jadi, dia hanya bisa mundur.Setelah turun ke jalan raya, keduanya masuk ke mobil
"Kak Gerald, kenapa kamu terluka hingga seperti ini? Siapa yang melakukannya? Aku pasti akan membunuhnya," kata Hani sambil bergegas berlari mendekat.Setelah melihat tubuh Luther yang penuh dengan darah dan ekspresi lesu, Hani menjadi makin marah dan tatapannya penuh dengan niat membunuh. Sejak tahu Luther dalam bahaya, dia langsung memimpin pasukannya untuk bergegas datang. Meskipun dia juga dihalangi di perjalanan menuju di sini dan tertunda sebentar, dia berhasil mengalahkan orang-orang itu dengan mudah. Dia sudah siap untuk membasmi semua orang yang berani melukai Luther, meskipun akan berhadapan dengan negara."Aku baik-baik saja, jangan khawatir. Lagi pula, orang yang melukaiku sudah mati," kata Luther sambil memaksakan senyumannya."Kak Gerald, kamu berbaring dan beristirahatlah dulu. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit," kata Hani yang tetap merasa khawatir."Gadis kecil, nggak perlu repot, lukaku masih nggak parah. Sebenarnya, ada hal yang lebih penting yang perlu kamu b
"Justru karena hebat, pengaruhnya akan sangat besar setelah Paviliun Lingga hancur. Apa yang akan terjadi, nggak ada yang bisa memastikannya. Aku hanya berharap kalian jangan terlibat ke dalam masalah ini," kata Luther memperingatkan."Sebagai penghuni Midyar dan juga salah satu dari Empat Keluarga Kerajaan, bagaimana mungkin kita bisa tetap netral? Sepertinya kita nggak akan bisa menghindari badai ini," kata Yogi sambil menggelengkan kepala. Paviliun Lingga memegang kekuasaan sebesar itu, pasti akan membuat kekacauan di seluruh negeri begitu hancur. Tanpa pemimpin yang jelas, kemungkinan besar ada berbagai kekuatan dan panglima perang akan mengambil alih dan membuat kekacauan. Pada saat itu, Keluarga Devano yang sebagai keluarga kerajaan tentu saja tidak bisa tinggal diam."Apa pun yang berpisah lama pasti akan bersatu, sedangkan apa pun yang bersatu lama pasti akan berpisah. Setelah berkuasa selama bertahun-tahun, Paviliun Lingga sudah merugikan banyak penjabat dan pahlawan setia. Si
Setelah malam, Luther akhirnya kembali vila di kota selatan Midyar. Yogi, Hani, dan Charlotte juga kembali ke tempat mereka masing-masing untuk bersiap menghadapi kekacauan selanjutnya. Banyak hal yang telah terjadi hari ini di perjalanannya ke Gunung Talaka.Meskipun sudah mengetahui kebenarannya dan berhasil memusnahkan Paviliun Lingga, kematian Azka membuat Luther tidak bisa tenang. Saat ini, tubuh dan pikirannya merasa sangat kelelahan. Dia sangat ingin tidur dengan nyenyak dan bangun secara alami tanpa memikirkan ataupun memedulikan apa pun. Mungkin besok akan lebih baik."Wush!"Setelah mobil berhenti di depan pintu vila, Luther keluar dari mobil dengan tubuh dan pikiran yang lelah. Begitu membuka pintu, dia melihat seorang wanita berpakaian putih, memakai tudung, dan wajahnya ditutupi cadar sedang duduk di ruang tamu. Wanita itu memiliki tubuh yang anggun dengan aroma tubuh yang khas. Wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi memberi kesan sangat anggun."Misandari?" Luther langsung
"Tokoh besar? Siapa?" tanya Luther kembali."Raja saat ini!" kata Misandari yang mengejutkan orang."Eh?" Luther mengernyitkan alis karena merasa aneh. Bukankah raja saat ini sedang sakit parah dan berbaring di tempat tidur? Mengapa wajah masih berniat untuk menemuinya? Apakah semua ini karena Paviliun Lingga atau nadi naga? Apakah perjalanan ini akan berbahaya? Apakah ada jebakan di dalam kota terlarang?Misandari seolah-olah bisa membaca pikiran Luther dan berkata dengan tenang, "Nggak perlu berspekulasi. Kalau Raja ingin mencelakaimu, dia nggak akan mengutusku ke sini. Dia akan langsung mengutus ahli di istana dan bahkan pasukan pengawal. Apa kamu masih bisa melawan dengan kondisi tubuhmu saat ini?"Mendengar perkataan itu, Luther menghela napas. Harus diakui, apa yang dikatakan Misandari masuk akal. Jika raja berniat mencelakainya, tidak akan hanya mengutus seorang wanita ke sini saja. Selain itu, jika tidak bodoh, raja tidak akan memperparah situasi saat ini. Bagaimanapun juga, Pa
Larut malam di Aula Semedi di Kota Terlarang. Seorang pria tua beruban dan tubuh bungkuk sedang membaca dan menandatangani berkas-berkas dengan hati-hati. Pria tua itu terlihat lesu, wajahnya pucat, dan sesekali akan batu dengan keras. Setiap kali selesai batuk, akan terlihat noda darah di saputangannya. Pria tua itu adalah raja saat ini, Edgar."Raja, penyakit Anda masih belum sembuh. Sebaiknya Anda beristirahat dengan baik, jaga kesehatan tubuh Anda lebih penting," kata salah seorang kasim yang melayani di samping yang akhirnya tidak tahan lagi.Edgar jatuh sakit karena terlalu kelelahan dan menyebabkan tubuhnya sakit. Pada akhirnya, dia berbaring di tempat tidur selama beberapa hari. Setelah agak pulih, dia kembali mulai membaca berkas-berkasnya selama semalaman lagi. Dia terus menangani berbagai masalah hingga tidak tidur ataupun istirahat. Jika terus seperti ini, bagaimana mungkin tubuhnya bisa bertahan?"Nggak apa-apa, sebentar lagi juga selesai," kata Edgar sambil meneguk teh, l