Hasta seperti tahu keraguan Luther. Dia menjelaskan, "Bibi sempat berkonflik dengan keluarga waktu itu. Dia memilih untuk meninggalkan rumah dan nggak pernah pulang lagi. Setelah Bibi meninggal, aku dan ibuku pergi ke Atlandia untuk memberi penghormatan terakhir.""Kami memberi tahu ayahmu identitas kami. Tapi, sepertinya ayahmu nggak memberitahumu soal ini?" tanya Hasta."Aku sudah nggak pulang 10 tahun," ujar Luther dengan ekspresi rumit. Dia tidak menduga ibunya punya masa lalu seperti itu. Pantas saja, ibunya tidak pernah pulang ke rumah keluarganya. Setelah masalah ini berakhir, Luther memutuskan untuk mengunjungi makam ibunya jika dia bisa bertahan hidup."Pedangmu keren. Apa kamu bisa memberikannya kepadaku?" tanya Hasta tiba-tiba."Eh?" Luther termangu dan tidak bisa bereaksi untuk sesaat."Sepertinya kamu menolak." Hasta berkata dengan nada datar, "Kalau begitu, kita cari waktu untuk berduel. Kalau kamu kalah, pedang itu untukku. Kalau kamu menang, pedangku untukmu."Luther ke
"Kuharap Paman Azka bisa menang," gumam Charlotte sambil berdoa.Saat ini, di puncak gunung. Deska memegang Tombak Gentala Merah dengan ekspresi galak. Energi astral yang mengerikan terus memancar dari tubuhnya.Karena kekuatannya yang terlalu dahsyat, Tombak Gentala Merah sampai menjadi agak bengkok dan kepala tombak bergetar hebat.Di sisi lain, Azka yang memegang Pedang Arkais diselimuti cahaya emas. Dia seperti telah bersatu dengan pedangnya.Keduanya telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk memulai duel terakhir. Mereka tahu bahwa mereka hanya akan kalah jika masih menyembunyikan kekuatan.Buzz! Tombak dan pedang terus berbenturan, meledakkan gelombang energi yang kuat. Gelombang ini berwarna-warni, tetapi mengandung kekuatan destruktif yang mengerikan, bahkan sudah cukup untuk membunuh seorang master.Setelah bertarung sekitar 3 menit, Tombak Gentala Merah maju dengan perlahan untuk mendekati Pedang Arkais. Dari aspek basis kultivasi, jelas Deska lebih hebat sedikit dari Azka."A
Saat ini, Deska sungguh terkejut, bingung, dan panik. Dia tidak mengerti mengapa Azka bisa menguasai teknik mengeluarkan roh primordial dari tubuh, tetapi tahu bahwa teknik ini sangat mengerikan.Ini adalah teknik aneh yang mengabaikan entitas, energi astral, dan pertahanan. Kekuatannya jelas sangat hebat. Di seluruh dunia, hanya Riley yang menguasai teknik ini.Pada saat yang sama, darah mulai mengalir keluar dari telinga, mulut, dan hidung Azka. Retakan bahkan muncul di permukaan kulitnya. Jelas, ini adalah dampak buruk dari Teknik Pelepasan Roh Primordial.Sebelum mencapai tingkat apsara, penggunaan teknik ini secara paksa hanya akan menimbulkan kerusakan besar pada tubuh. Mulai dari cedera pada roh hingga tewas di tempat. Itu sebabnya, Azka baru mengerahkan teknik ini sekarang. Ini adalah teknik mematikan saat dirinya merasa buntu."Deska, kamu bertindak semena-mena dan mengacaukan dunia. Hari ini, aku akan memberimu pelajaran!" bentak Azka. Roh primordialnya perlahan-lahan mendeka
Meskipun selamat dari kematian, roh Deska tetap mengalami cedera sehingga sekujur tubuhnya terasa sangat tidak nyaman sekarang. Terutama ketakutan dan keputusasaan yang belum bisa dienyahkan."Master Deska, kamu baik-baik saja?" tanya Edran yang buru-buru menghampiri Deska untuk melindunginya."Aku nggak mati?" gumam Deska sambil memelotot dengan tidak percaya. Ketika melihat roh primordial itu, Deska cukup yakin dirinya akan mati. Tanpa diduga, dia berhasil lolos dari maut. Ternyata, dirinya memang orang terpilih."Master Deska, aku langsung menembakkan anak panah saat melihat ada yang nggak beres. Azka terluka parah dan kamu selamat," sahut Edran yang ingin meminta pujian.Setelah mendengarnya, Deska langsung menatap Azka yang tampak lemas dan berdarah, bahkan kesulitan untuk berdiri. Seketika, dia merasa terkejut sekaligus gembira. Dia tergelak dan berucap, "Hahaha! Kerja bagus. Mulai hari ini, kamu adalah tetua Paviliun Lingga.""Terima kasih, Master." Mata Edran berbinar-binar. Di
"Cepat kabur!" Ketika melihat petir yang menakutkan itu dan energi Azka yang terus bertambah kuat, Deska ketakutan hingga tidak berani melawan lagi dan memilih untuk melarikan diri.Azka mempertaruhkan nyawanya untuk menggunakan Teknik Pelepasan Roh Primordial. Sekarang, Azka terlihat akan melakukan terobosan dari tingkat grandmaster ke tingkat apsara.Setelah Azka mencapai tingkat itu, setiap serangannya akan mengandung kekuatan destruktif yang dahsyat. Sementara itu, Deska telah mengalami cedera. Meskipun dilindungi nadi naga, Deska tidak berani melawan Azka secara terang-terangan.Jadi, pilihan terbaik untuk sekarang adalah melarikan diri. Deska yakin Azka hanya akan mencapai tingkat apsara untuk sementara waktu. Basis kultivasinya pasti akan menurun kembali, bahkan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Ketika saat itu tiba, Deska akan kembali untuk menghabisi Azka."Berani sekali melakukan terobosan di hadapanku! Benar-benar cari mati!" seru Edran dengan sorot mata dingin.Edran t
Whoosh! Seberkas cahaya pedang berwarna ungu memelesat dengan kecepatan tinggi ke arah Midyar. Cahaya itu akan bertambah panjang seiring berjalannya waktu.Hanya dalam beberapa saat, cahaya pedang itu sudah mencapai belasan meter, bahkan masih berkembang dengan pesat.Di seluruh tempat yang dilewati, langit menjadi mendung dan petir menyambar. Terlihat sayatan di langit yang tidak tertutup untuk waktu yang lama.Dilihat dari kejauhan, cahaya pedang ungu itu seolah-olah bisa membelah dunia. Sungguh kekuatan yang menakutkan.Ketika Azka melancarkan serangan ini, Deska telah melarikan diri hingga 5 kilometer. Ahli bela diri kedua pada Peringkat Nirwana malah terlihat begitu ketakutan."Gila, kamu benar-benar sudah gila! Kamu mempertaruhkan nyawa sendiri cuma untuk menerobos! Aku nggak akan menemanimu bermain lagi!" maki Deska sambil melarikan diri dengan kecepatan tinggi.Deska harus kembali ke Paviliun Lingga. Di sana, dia bisa mendapatkan perlindungan nadi naga dan formasi Paviliun Ling
Azka sudah tewas. Dia tewas di hutan belantara. Bau darah yang amis dari tubuhnya seketika menarik perhatian anjing liar di sekitar. Tanpa disangka, ahli bela diri kedua Peringkat Nirwana sekaligus penguasa Paviliun Lingga akan dimakan oleh anjing, bahkan tidak ada tulang yang tersisa.Saat ini, di Paviliun Lingga. Pertemuan darurat tengah diadakan. Semua petinggi hadir. Sudah 4 jam berlalu sejak Deska meninggalkan Paviliun Lingga, tetapi belum ada kabar apa pun.Biasanya, mereka tidak akan cemas. Namun, lawan Deska kali ini adalah Azka. Keduanya sama-sama ahli bela diri tak tertandingi. Jika berduel, Deska memiliki peluang kemenangan yang lebih tinggi. Namun, takutnya ada perangkap di sana."Gimana? Sudah ada kabar dari Master?" tanya seorang tetua berjanggut sambil memasuki ruang rapat dengan panik.Di ruang rapat yang luas itu, terlihat 30 orang berkumpul. Mereka semua adalah petinggi Paviliun Lingga yang berkuasa. Di mata mereka, keluarga kekaisaran hanyalah bidak catur, sedangkan
Terlihat Token Giok Kehidupan yang berada di paling atas Aula Pahlawan telah retak dan terbelah menjadi dua bagian. Asal tahu saja, token ini terbuat dari bahan khusus sehingga tidak mudah rusak. Bahkan, token ini tidak mungkin rusak hanya dengan dibanting. Token ini hanya bisa hancur jika pemiliknya meninggal.Meskipun sulit untuk dipercaya, fakta sudah terpampang di depan mata. Deska memang sudah meninggalkan dunia ini untuk selamanya."Master! Master!" Tetua berjanggut putih itu sontak terduduk lemas di lantai dan berderai air mata. Dia dan Deska memiliki hubungan yang sangat dekat. Dia sulit untuk menerima kenyataan ini."Siapa? Siapa yang membunuh Master? Hari ini, aku pasti akan membalaskan dendam Master. Semuanya, dengarkan perintahku. Kita akan berangkat ke Gunung Talaka dan membunuh orang itu!" seru tetua itu.Setelah hening sejenak, seluruh Paviliun Lingga menjadi gempar. Semua orang berkumpul untuk menyusun rencana.Sesaat kemudian, sebuah energi yang dahsyat tiba-tiba menek