Kabar tentang Geng Beruang yang binasa menyebar dengan cepat. Sementara itu, kelompok yang sebelumnya menjadikan Luther sebagai mangsa hanya bisa menjauh sebisa mungkin sekarang.Geng Beruang adalah geng besar di kawasan kumuh ini, tetapi para elitenya seketika terbunuh dalam waktu setengah jam. Orang cerdas tidak mungkin berani mencari masalah.Dengan demikian, Luther membawa Berry meninggalkan kawasan kumuh dengan lancar. Tiga puluh menit kemudian, mobil berhenti di depan vila Berry."Tampan, mau masuk nggak?" tanya Berry sambil tersenyum setelah turun dari mobil. Pakaian Berry robek sehingga memperlihatkan pahanya yang putih dan tubuhnya yang seksi."Nggak perlu. Sudah malam, istirahatlah," tolak Luther."Aku agak takut karena tinggal sendirian. Kamu mau menemaniku nggak malam ini? Kalau penjahat datang, kamu bisa melindungiku." Berry mencari alasan."Kalau kamu takut, aku akan mengutus orang berjaga di depan vila," usul Luther."Orang luar nggak bisa dipercaya. Selain itu, gimana k
"Cantik kok," puji Luther dengan sopan. Sejak dulu, Berry memang sudah sangat cantik."Masa lalu nggak perlu dikenang lagi." Berry membuka kulkasnya, lalu menoleh dan bertanya, "Kamu mau minum apa?""Terserah," jawab Luther."Oke." Berry mengeluarkan bir dari kulkas, lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian, dia membuka beberapa bungkus camilan sebagai teman bir."Ayo, mari kita bersulang." Setelah membuka kaleng bir, Berry menyodorkan salah satunya kepada Luther. Keduanya bersulang, lalu langsung meminumnya.Sesudah menghabiskan setengah kaleng bir, Berry tersenyum menyipitkan mata. Di cuaca panas, bir dingin seperti ini sungguh menyegarkan. Tiba-tiba, Berry bertanya sambil tersenyum, "Tampan, apa pendapatmu tentangku?""Baik dan cantik," jawab Luther secara singkat. Sejak awal, keduanya memang cukup kompak. Berry memang sering bertingkah aneh, tetapi sikapnya masih masuk akal. Yang paling penting adalah Berry benar-benar menganggapnya sebagai teman."Hehe, penilaianmu kedengaran tul
Luther merasa kasihan pada Berry. Meskipun beberapa putri keluarga kaya diperlakukan dengan sangat istimewa, mereka harus memberikan kontribusi untuk keluarga sendiri. Ada yang memiliki bakat luar biasa sehingga terus menghasilkan keuntungan untuk keluarga, ada juga yang cantik sehingga dijodohkan untuk memberi manfaat kepada keluarga.Adapun wanita seperti Berry, dia bukan hanya cantik, tetapi juga unggul. Berry adalah eksistensi penting bagi keluarganya untuk berkembang. Itu sebabnya, dia tidak bisa memutuskan pernikahannya sendiri. Seluruh keluarga menaruh harapan padanya.Luther akhirnya mengerti alasan Berry lebih memilih digosipi. Wanita ini melakukannya karena tidak punya cara lain lagi. Tanpa berbasa-basi, Luther mengajaknya bersulang lagi. "Ayo, bersulang."Berry tersenyum, lalu mengangkat birnya dan meneguk semuanya hingga habis. Kemudian, dia membuka 2 kaleng lagi dan menyodorkan salah satunya kepada Luther."Sebenarnya aku merasa sangat beruntung karena bertemu denganmu. Ka
Bianca adalah seorang wanita yang sangat cantik. Baik itu paras ataupun bodinya, semuanya lebih unggul daripada Berry.Apalagi, Bianca adalah cucu Adipati Ezra. Status seperti ini sudah cukup membuatnya dijunjung tinggi oleh orang-orang. Jika dibandingkan dengan Bianca, Berry memang kalah telak.Untuk sesaat, Berry merasa malu pada diri sendiri. Namun, dia juga merasa penilaiannya tidak salah karena Luther dipilih oleh wanita seunggul Bianca."Jujur saja, aku juga cukup terkejut. Aku awalnya nggak tahu dia cucu Adipati Ezra," ujar Luther yang mengedikkan bahu."Artinya, kamu nggak sengaja mendapatkan harta karun?" goda Berry."Bisa dibilang begitu." Luther tersenyum."Kalau begitu, kudoakan kalian berdua bersama sampai kakek nenek!" Berry mengangkat birnya dan bersulang dengan Luther, lalu meneguknya hingga habis.Keduanya minum sambil mengobrol. Karena telah merelakan Luther, Berry merasa lebih terbuka saat mengobrol. Dia memilih untuk memendam perasaan suka itu sedalam-dalamnya. Lagi
"Nona Berry, jangan sembarangan bergerak, hati-hati dengan pistol ini." Saat terdengar suara dengan nada dingin dari belakangnya, Berry secara refleks menoleh untuk melihat dan kebetulan berhadapan langsung dengan lubang pistol dan wajah yang terlihat ganas."Siapa kalian? Berani-beraninya kalian sewenang-wenang di Keluarga Chuwardi!" teriak Berry."Nona Berry, nggak perlu seemosi itu, aku hanya menjalankan perintah saja," kata pria berpistol dengan tenang."Menjalankan perintah? Perintah siapa?" tanya Berry."Tentu saja perintahku." Pada saat itu, seorang pria mengenakan jas dengan postur tubuh kurus dan memiliki bentuk wajah yang tajam tiba-tiba masuk ke dalam ruang rapat. Pria itu adalah Daniel."Kamu?" Setelah melihat orang yang datang, ekspresi Berry segera berubah. Dia baru saja lolos dari bahaya dan melarikan diri dari permukiman orang miskin, dia tidak menyangka Daniel akan begitu cepat datang mencarinya.Daniel melangkah maju sambil tersenyum, lalu jarinya mengangkat dagu Berr
Meskipun Daniel sedang tersenyum, wajahnya menunjukkan dia bukan orang yang baik."Apa yang Tuan Daniel ingin aku lakukan?" Berry tiba-tiba merasa gelisah."Mudah sekali. Besok kamu cari sebuah alasan untuk mengundang Luther makan di rumahmu, lalu kamu masukan racun ini ke dalam anggurnya. Setelah efek racunnya bekerja, kamu boleh pergi dan serahkan sisanya untuk kutangani."Saat mengatakan itu, Daniel mengeluarkan sebuah botol obat hitam dan meletakkannya di atas meja. Botol itu berisi Racun Uzur yang khusus digunakan untuk menghadapi para ahli bela diri. Ahli mana pun yang berada di bawah tingkat master yang terkena racun ini, seluruh tubuhnya akan menjadi lemas dan tidak bisa mengeluarkan kekuatan apa pun."Tuan Daniel, kita bisa mencoba memaafkan orang, nggak perlu sampai bertindak sekejam itu, 'kan?" kata Berry dengan ekspresi yang agak muram. Bahkan orang bodoh pun tahu apa yang akan dilakukan Daniel. Jika dia meracuni Luther, bukankah dia akan menjadi pembantu pembunuhan?Daniel
Mendengar ancaman Daniel, semua anggota Keluarga Chuwardi langsung menjadi panik. Mereka jelas tidak melakukan apa pun, tetapi tiba-tiba menjadi korban. Ini benar-benar sebuah kesialan.Alfon terkejut hingga berlutut di lantai dan mulai memohon ampun, "Tuan Daniel, mohon ampuni kami. Keluarga Chuwardi selalu taat hukum, Anda nggak boleh sembarangan membunuh orang nggak bersalah!""Tuan Daniel, Anda adalah orang yang baik hati, tolong lepaskan kami!" Semua anggota Keluarga Chuwardi menjadi panik.Namun, Daniel tetap tidak goyah dan berkata dengan tenang, "Nggak ada gunanya kalian memohon padaku. Kalian harusnya memohon pada Nona Berry, nyawa kalian ada di tangannya."Alfon menjadi panik dan berteriak, "Berry, kenapa kamu masih bengong di sana? Cepat setuju! Apa kamu ingin melihat semua kerabat kita mati?""Paman Alfon, Luther adalah penyelamatku, aku nggak boleh mengkhianatinya!" kata Berry sambil mengernyitkan alis dengan erat.Alfon langsung memarahinya, "Penyelamat apa? Apa nyawa Lut
Terdengar suara tembakan pistol sekali lagi dan ada anggota Keluarga Chuwardi kedua yang tergeletak di genangan darah. Dalam sekejap, terdengar suara jeritan dan ratapan memenuhi udara. Ada suara tangisan, teriakan, dan permohonan maaf yang bersahut-sahutan."Berengsek, aku akan membunuhmu!" kata Berry dengan mata yang memerah, lalu mengambil pisau di lantai dan bersiap untuk melawan Daniel. Namun dia baru saja bangkit, pengawal Daniel menendangnya kembali ke lantai."Nona Berry, sepertinya bobot kerabat biasa ini masih nggak sebanding dengan Luther di hatimu. Baiklah, aku akan meningkatkan taruhannya."Setelah mengatakan itu, Daniel bertepuk tangan. Tak lama kemudian, dua pengawal berbadan besar masuk sambil menyeret seorang pria paruh baya. Pria itu adalah ayah Berry, Sabian."Ayah!" Melihat orang yang masuk, ekspresi Berry segera berubah menjadi sangat ketakutan. Dia tidak menyangka ayahnya akan ditangkap."Nona Berry, aku akui kamu memang sangat berani. Tapi, kalau hanya bisa memil
Satu jam kemudian, Nivan yang sudah menyamar diam-diam memasuki sebuah vila pribadi yang mewah. Naim sudah menyiapkan teh dan camilan di ruang tamu vila itu, terlihat sudah menunggu lama."Kak Naim, maaf sudah membuatmu menunggu lama," kata Nivan sambil melepaskan mantelnya, lalu tersenyum dan berjalan mendekat."Nggak apa-apa. Kita berdua jarang sekali bisa berkumpul. Kamu bisa inisiatif mengajakku bertemu saja, aku sudah merasa sangat senang. Menunggu beberapa menit bukan masalah besar," kata Naim dengan tersenyum sambil mempersilakan Nivan duduk, lalu menuangkan dua cangkir teh dan memberikan salah satunya untuk Nivan.Setelah menerima cangkir itu, Nivan langsung meletakkannya di samping dengan hati-hati. Dia sangat berhati-hati soal makanan dan minumannya saat berada di luar, ini sudah menjadi kebiasaannya."Nivan, kamu tiba-tiba mengajakku bertemu, apa kamu ingin membahas soal urusan resmi atau pribadi?" tanya Naim yang langsung ke topik pembicaraannya setelah menyesap tehnya."In
Saat ini, di sebuah vila mewah lainnya di dalam kota. Seorang mata-mata wanita yang mengenakan pakaian hitam dan jubah sedang melapor pada Nivan tentang hasil penyelidikannya."Tuan, belakangan ini orang-orang dari Keluarga Luandi sangat aktif. Mereka sedang sibuk membentuk aliansi dari delapan keluarga besar dan berbagai pihak lainnya. Banyak yang sudah berpihak pada Keluarga Luandi. Kalau terus membiarkan mereka seperti ini, ini akan menjadi ancaman besar bagi kita," kata mata-mata wanita itu sambil berlutut dengan satu kaki dan menundukkan kepala."Keluarga Luandi mendukung Kak Nolan, 'kan?" tanya Nivan yang duduk dengan tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apa pun."Keluarga Luandi punya ambisi besar. Katanya mendukung, tapi sebenarnya mereka sedang menjadi Pangeran Nolan sebagai boneka untuk memperbesar kekuasaan mereka sendiri," kata mata-mata wanita itu yang mengungkapkan rahasia di balik semua itu. Dia sudah menyusup di Keluarga Luandi selama bertahun-tahun, sehingga sangat me
Malam harinya, dua pemuda sedang bermain catur dengan santai di sebuah vila mewah yang tersembunyi di dalam kota. Yang sebelah kirinya adalah pria yang baru saja bertamu ke Keluarga Paliama, Roman, sedangkan yang sebelah kanan adalah pangeran kedua yang bertubuh kekar dengan pakaian mewah, Nolan.Keduanya bermain catur dengan konsentrasi penuh, kadang-kadang melangkah dengan cepat dan kadang-kadang berpikir dengan lama. Setelah bermain sekitar sepuluh menit, Roman akhirnya mengaku kalah."Roman, beberapa hari nggak bertemu, kemampuan caturmu makin hebat. Aku hampir saja kalah," kata Nolan sambil mengusap janggutnya, terlihat agak terkejut."Pangeran Nolan terlalu memujiku. Kemampuan caturku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan denganmu. Kalau Pangeran Nolan nggak sengaja mengalah, aku pasti sudah kalah sejak awal. Mana mungkin aku bisa bermain selam ini," kata Roman sambil tersenyum."Hahahaha ... kamu memang pandai berbicara," kata Nolan sambil tertawa terbahak-bahak dan ekspresiny
"Sebenarnya, kita nggak perlu bingung siapa yang lebih cocok menjadi kaisar. Yang lebih penting adalah siapa yang paling mungkin menjadi kaisar?" ucap Gandara tiba-tiba.Sebagai seorang pebisnis, Gandara selalu mengejar keuntungan secara maksimal. Jadi, dia tidak peduli siapa yang menjadi kaisar.Yang Gandara pedulikan adalah siapa yang lebih mungkin menjadi kaisar. Memilih orang itu dan mendukungnya adalah pilihan yang paling bijak."Siapa yang paling mungkin? Itu tergantung pada siapa yang punya paling banyak pendukung," ujar Gusdur sambil merenung."Oh ya, tadi aku lupa tanya, pangeran mana yang didukung oleh Keluarga Luandi?" Gema menepuk kepalanya.Setelah berdiskusi panjang lebar, mereka masih belum tahu siapa yang sebenarnya didukung oleh Keluarga Luandi."Aku rasa itu Pangeran Ketiga." Gandara menyipitkan mata dan menganalisis, "Pangeran Ketiga punya hubungan pribadi yang baik dengan Roman dan punya potensi yang luar biasa. Dia sangat disukai oleh Kaisar, jadi Keluarga Luandi m
Tanpa perlu kaisar turun tangan, orang-orang yang penuh ambisi itu akan menelan Keluarga Paliama tanpa menyisakan apa-apa. Sebaliknya, jika mereka memilih untuk berpihak dan pilihan mereka benar, Keluarga Paliama dapat berjaya selama ratusan tahun. Namun jika mereka salah, Keluarga Paliama bisa hancur hanya dalam semalam!Jadi, sekarang Ezra tidak tahu harus memilih yang mana. Masalah ini bukan masalah sepele. Jika salah langkah, semuanya akan berakhir dengan kekalahan."Biar aku pertimbangkan dulu. Aku belum bisa memberi jawaban kepada kalian saat ini," kata Ezra sekali lagi.Masalah ini berkaitan dengan banyak aspek. Jika Ezra membuat keputusan yang salah, semuanya akan hancur. Oleh karena itu, dia harus sangat hati-hati."Aku ngerti. Bagaimanapun, ini bukan perkara kecil. Tapi, aku harap kamu bisa segera memutuskan," ucap Roman dengan senyuman tipis."Adipati Ezra, Keluarga Paliama bukan satu-satunya yang ingin beraliansi melalui pernikahan dengan Keluarga Luandi. Waktu nggak menung
"Adipati Ezra, perjodohan di antara dua keluarga ini bukan hanya kehendakku, tapi juga kehendak ayah angkatku dan seluruh Keluarga Luandi," ujar Roman dengan tersenyum."Menurut aturan yang sudah diterima, pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih berkerabat langsung nggak diperbolehkan. Apa kalian sudah lupa akan hal ini?" tanya Ezra dengan tenang."Berpegang pada aturan yang kaku nggak akan berguna untuk perkembangan," jawab Roman sambil menggeleng dan tersenyum. "Sekarang, Negara Drago sedang dalam masa kacau. Selain itu, aku dengar kesehatan Kaisar kurang baik dan ada kemungkinan dia akan menunjuk pewaris lebih awal dan mundur dari takhta.""Aku yakin Midyar akan mengalami kerusuhan dalam waktu dekat ini. Pada saat itu, baik Empat Keluarga Kerajaan, Delapan Keluarga Kaya, maupun kekuatan lainnya, semua akan terseret dalam pusaran ini. Makanya sebelum itu terjadi, aku harap Keluarga Luandi dan Keluarga Paliama bisa beraliansi melalui pernikahan untuk mengatasi kesulitan bersama
"Ayah, bagaimana menurutmu?" tanya Gusdur sambil mengalihkan pandangannya ke arah Ezra."Ada tamu yang datang, kita tentu saja nggak boleh nggak sopan. Suruh mereka masuk ke ruang tamu untuk berbicara," kata Ezra dengan tenang. Roman mewakili Keluarga Luandi, dia tentu saja tidak bisa mengusir tidak peduli apa pun niat kedatangan Roman ini. Mengenai hubungan pernikahan ini, tentu harus dipertimbangkan dengan matang."Baik," jawab pengurus rumah, lalu segera pergi."Kalian lanjutkan saja makannya, aku akan menemui orang-orang dari Keluarga Luandi ini," kata Ezra, lalu bangkit dan pergi.Setelah saling memandang sebentar, ketiga putra dari Ezra juga akhirnya mengikuti Ezra. Mereka ingin melihat apa yang sedang direncanakan Keluarga Luandi kali ini."Sudahlah, biarkan mereka yang mengurusnya. Kita makan saja," kata nenek Bianca sambil tersenyum agar semuanya melanjutkan makan malamnya.Tiga menit kemudian, di ruang tamu Keluarga Paliama. Ezra duduk di kursi utama dan langsung menghadap ke
Setelah meninggalkan Grup Luca, Luther dan Bianca pergi ke mal terlebih dahulu untuk memberi berbagai hadiah. Mulai dari hadiah untuk para lansia dan anak-anak yang baru belajar berjalan, semua kerabat inti Keluarga Paliama mendapat hadiah. Setelah itu, mereka pergi ke toko barang antik untuk memilih sebuah lukisan kaligrafi yang bagus untuk Ezra.Menjelang senja, Luther yang sudah mempersiapkan semuanya mengunjungi kediaman Adipati Ezra untuk pertama kalinya. Kediaman ini terletak di pusat kota Midyar yang berbentuk kompleks rumah tradisional dengan area yang sangat luas.Ezra memiliki tiga putra dan seorang putri Putra sulung, Gusdur, bekerja di pemerintahan sebagai pejabat pangkat tiga dan statusnya sangat dihormati. Putra kedua, Gandara, bekerja di industri farmasi dengan kekayaan yang mencapai puluhan triliun dan menjadi pengusaha terkenal di Midyar. Putra bungsu, Gema, sukses di dunia militer dan kini menjabat sebagai perwira militer pangkat tiga.Sementara itu, putri kecil Ezra,
Selama Luther pergi, Bianca terus memikirkan dan selalu memperhatikan kabar dari Luther. Namun, meskipun sangat rindu, dia juga tidak pernah mengganggu Luther karena dia tidak ingin membuat fokus Luther terganggu dan memengaruhi urusan negara. Dia sangat memahami kesibukan Luther, sehingga terus menahan gejolak di hatinya dan mengalihkan perhatiannya dengan sibuk bekerja.Namun, setelah sekarang benar-benar bertemu dengan Luther, perasaan Bianca yang sudah lama terpendam akhirnya meledak. Rasa rindu selama berbulan-bulan berubah rasa sayang yang meluap dan air mata pun mengalir deras.Adegan ini membuat asisten wanita di samping Bianca tercengang. Dia tidak menyangka presdir mereka yang cantik ternyata hatinya sudah memiliki pemiliknya. Yang lebih mengejutkannya, Bianca yang biasanya tegas dan sangat berwibawa ternyata begitu lembut dan anggun di depan pria ini.Asisten wanita itu mulai mengamati Luther dengan saksama. Baik dari segi penampilan dan karisma, Luther memang luar biasa dan