Meskipun Daniel sedang tersenyum, wajahnya menunjukkan dia bukan orang yang baik."Apa yang Tuan Daniel ingin aku lakukan?" Berry tiba-tiba merasa gelisah."Mudah sekali. Besok kamu cari sebuah alasan untuk mengundang Luther makan di rumahmu, lalu kamu masukan racun ini ke dalam anggurnya. Setelah efek racunnya bekerja, kamu boleh pergi dan serahkan sisanya untuk kutangani."Saat mengatakan itu, Daniel mengeluarkan sebuah botol obat hitam dan meletakkannya di atas meja. Botol itu berisi Racun Uzur yang khusus digunakan untuk menghadapi para ahli bela diri. Ahli mana pun yang berada di bawah tingkat master yang terkena racun ini, seluruh tubuhnya akan menjadi lemas dan tidak bisa mengeluarkan kekuatan apa pun."Tuan Daniel, kita bisa mencoba memaafkan orang, nggak perlu sampai bertindak sekejam itu, 'kan?" kata Berry dengan ekspresi yang agak muram. Bahkan orang bodoh pun tahu apa yang akan dilakukan Daniel. Jika dia meracuni Luther, bukankah dia akan menjadi pembantu pembunuhan?Daniel
Mendengar ancaman Daniel, semua anggota Keluarga Chuwardi langsung menjadi panik. Mereka jelas tidak melakukan apa pun, tetapi tiba-tiba menjadi korban. Ini benar-benar sebuah kesialan.Alfon terkejut hingga berlutut di lantai dan mulai memohon ampun, "Tuan Daniel, mohon ampuni kami. Keluarga Chuwardi selalu taat hukum, Anda nggak boleh sembarangan membunuh orang nggak bersalah!""Tuan Daniel, Anda adalah orang yang baik hati, tolong lepaskan kami!" Semua anggota Keluarga Chuwardi menjadi panik.Namun, Daniel tetap tidak goyah dan berkata dengan tenang, "Nggak ada gunanya kalian memohon padaku. Kalian harusnya memohon pada Nona Berry, nyawa kalian ada di tangannya."Alfon menjadi panik dan berteriak, "Berry, kenapa kamu masih bengong di sana? Cepat setuju! Apa kamu ingin melihat semua kerabat kita mati?""Paman Alfon, Luther adalah penyelamatku, aku nggak boleh mengkhianatinya!" kata Berry sambil mengernyitkan alis dengan erat.Alfon langsung memarahinya, "Penyelamat apa? Apa nyawa Lut
Terdengar suara tembakan pistol sekali lagi dan ada anggota Keluarga Chuwardi kedua yang tergeletak di genangan darah. Dalam sekejap, terdengar suara jeritan dan ratapan memenuhi udara. Ada suara tangisan, teriakan, dan permohonan maaf yang bersahut-sahutan."Berengsek, aku akan membunuhmu!" kata Berry dengan mata yang memerah, lalu mengambil pisau di lantai dan bersiap untuk melawan Daniel. Namun dia baru saja bangkit, pengawal Daniel menendangnya kembali ke lantai."Nona Berry, sepertinya bobot kerabat biasa ini masih nggak sebanding dengan Luther di hatimu. Baiklah, aku akan meningkatkan taruhannya."Setelah mengatakan itu, Daniel bertepuk tangan. Tak lama kemudian, dua pengawal berbadan besar masuk sambil menyeret seorang pria paruh baya. Pria itu adalah ayah Berry, Sabian."Ayah!" Melihat orang yang masuk, ekspresi Berry segera berubah menjadi sangat ketakutan. Dia tidak menyangka ayahnya akan ditangkap."Nona Berry, aku akui kamu memang sangat berani. Tapi, kalau hanya bisa memil
Keesokan paginya, Berry yang tidak tidur semalaman terpaksa menelepon dan mengundang Luther untuk makan siang di rumahnya. Luther tidak curiga dan menerima undangannya dengan senang. Setelah menutup telepon, dia seolah-olah kehilangan semua energinya dan duduk lemas di kursi dengan wajah yang pucat dan tatapan yang tak bersemangat. Hanya dalam semalam saja, dia menjadi jauh lebih kelelahan."Berry, bagaimana? Sudah menghubungi Luther?" Pada saat itu, Sabian masuk ke dalam ruangan.Berry tidak berbicara dan hanya menganggukkan kepala.Melihat putrinya yang tidak bersemangat, Sabian menghela napas panjang dan menghibur, "Berry, aku tahu kamu sangat sedih, tapi saat ini kita nggak punya pilihan lain. Kekuatan Daniel sangat besar dan ada Keluarga Luandi yang mendukungnya, kita nggak bisa menyinggungnya. Lagi pula, ada banyak anggota Keluarga Chuwardi yang sudah dikendalikan Daniel, mereka semua akan mati kalau kita memberontak. Jadi, kali ini kita hanya bisa menjadi orang jahat."Setelah m
Sebaliknya, Berry yang berada di samping terlihat murung dan tidak fokus. Saat Sabian menyenggolnya dengan bahu, dia baru tiba-tiba tersadar kembali dan memaksakan senyumannya. "Luther, aku sudah menyiapkan makanan dan minumannya, silakan.""Ayo," jawab Luther sambil tersenyum.Ketiganya berjalan masuk ke dalam rumah sambil berbincang-bincang. Berbeda dari biasanya, suasana di rumah Keluarga Chuwardi hari ini jelas lebih sepi dan tidak ada banyak orang di vila yang begitu luas. Ketiganya berjalan sambil berbincang hingga akhirnya tiba di ruang tamu dan duduk. Tak lama kemudian, satu per satu hidangan disajikan di atas meja."Nona Berry, kamu mengundangku ke sini bukan hanya untuk makan saja, 'kan? Apa ada sesuatu yang ingin dibahas?" tanya Luther."Aku ...." Berry langsung kebingungan. Dia sudah merasa tidak bersemangat seharian, sehingga dia tidak mempertimbangkan hal-hal ini.Untungnya, reaksi Sabian cepat dan segera menyelesaikan masalah ini. "Luther, apa maksudmu? Kalau nggak ada m
"Plak!" Terdengar suara pukulan keras.Gelas anggur di tangan Luther terjatuh dan isinya tumpah semua di lantai.Berry bingung dan berdiri di tempatnya tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena tindakannya tadi adalah reaksi refleks dan tak bisa dikendalikannya. Saat melihat Luther hendak meminum anggurnya, dia segera memilih untuk menghentikannya. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu mengapa dia bisa seperti ini.Saat ini bukan hanya Berry, bahkan wajah Sabian juga menjadi pucat dan keringat dinginnya mengalir. Hal yang paling dia khawatirkan akhirnya terjadi juga. Awalnya, dia bisa mengorbankan Luther untuk menjaga keamanan keluarganya, tetapi tindakan putrinya sudah merusak seluruh rencananya. Jika Daniel mempermasalahkan hal ini, Keluarga Chuwardi pasti akan berada dalam bahaya besar."Nona Berry, apa yang kamu katakan tadi? Ada racun di anggur ini?" Luther mengernyitkan alis karena merasa aneh."Glek!" Berry menelan ludahnya dengan gugup.Setelah terdiam selama beberapa detik, B
Berry menggenggam pisaunya makin kuat, luka di lehernya juga makin besar. Melihat adegan itu, Sabian merasa sedih dan tidak berdaya, sehingga akhirnya memilih untuk menyerah."Baiklah, aku akan membiarkan kalian pergi. Tapi mulai hari ini, kamu bukan anggota Keluarga Chuwardi lagi. Mulai sekarang, kita berdua putus hubungan, aku akan menganggap nggak ada putri sepertimu!" kata Sabian dengan nada muram."Ayah?" Seluruh tubuh Berry bergetar dan ekspresinya terlihat menderita."Jangan panggil aku ayah lagi! Cepat pergi!" Setelah memberi isyarat kepada para pengawal untuk mundur, Sabian berbalik dan tidak menatap Berry lagi. Tanpa sadar, kedua matanya sudah dipenuhi dengan air mata. Dia berharap putrinya bisa bertahan hidup dengan pergi jauh meninggalkan Midyar ini dan mendoakan mereka bisa berbahagia."Ayah, maafkan aku." Melihat punggung ayahnya yang sedikit membungkuk, Berry merasa sangat bersalah. Setelah ragu sejenak, dia mengusap air matanya dan segera menarik Luther untuk berlari ke
"Nona Berry!" Melihat Berry yang tertembak dan tergeletak di tanah, ekspresi Luther berubah dan segera memapah Berry. Saat ini, tubuh Berry sudah berlumuran darah dan wajahnya segera menjadi pucat, bahkan tatapannya pun mulai tidak fokus. Dia tidak punya waktu untuk berpikir lagi, lalu segera mengeluarkan jarum perak dan menusuk titik-titik akupunktur Berry untuk menghentikan pendarahannya. Saat dia bersiap untuk mengalirkan energi sejati untuk menyembuhkan Berry, terdengar suara tembakan dari belakangnya lagi.Dor dor dor dor dor ....Lebih banyak peluru yang ditembakkan dari luar pintu dan langsung mengarah pada Luther dan Berry. Dalam sekejap, pecahan batu dan debu beterbangan.Setelah semua peluru habis ditembakkan, sekelompok pembunuh berpakaian lengkap akhirnya keluar dari balik pohon."Aku pikir dia sangat hebat, ternyata kemampuannya hanya sebatas ini saja. Benar-benar mengecewakan!" kata pemimpin kelompok itu yang merupakan seorang pria berotot sambil menyalakan sebatang rokok