Keesokan paginya, Berry yang tidak tidur semalaman terpaksa menelepon dan mengundang Luther untuk makan siang di rumahnya. Luther tidak curiga dan menerima undangannya dengan senang. Setelah menutup telepon, dia seolah-olah kehilangan semua energinya dan duduk lemas di kursi dengan wajah yang pucat dan tatapan yang tak bersemangat. Hanya dalam semalam saja, dia menjadi jauh lebih kelelahan."Berry, bagaimana? Sudah menghubungi Luther?" Pada saat itu, Sabian masuk ke dalam ruangan.Berry tidak berbicara dan hanya menganggukkan kepala.Melihat putrinya yang tidak bersemangat, Sabian menghela napas panjang dan menghibur, "Berry, aku tahu kamu sangat sedih, tapi saat ini kita nggak punya pilihan lain. Kekuatan Daniel sangat besar dan ada Keluarga Luandi yang mendukungnya, kita nggak bisa menyinggungnya. Lagi pula, ada banyak anggota Keluarga Chuwardi yang sudah dikendalikan Daniel, mereka semua akan mati kalau kita memberontak. Jadi, kali ini kita hanya bisa menjadi orang jahat."Setelah m
Sebaliknya, Berry yang berada di samping terlihat murung dan tidak fokus. Saat Sabian menyenggolnya dengan bahu, dia baru tiba-tiba tersadar kembali dan memaksakan senyumannya. "Luther, aku sudah menyiapkan makanan dan minumannya, silakan.""Ayo," jawab Luther sambil tersenyum.Ketiganya berjalan masuk ke dalam rumah sambil berbincang-bincang. Berbeda dari biasanya, suasana di rumah Keluarga Chuwardi hari ini jelas lebih sepi dan tidak ada banyak orang di vila yang begitu luas. Ketiganya berjalan sambil berbincang hingga akhirnya tiba di ruang tamu dan duduk. Tak lama kemudian, satu per satu hidangan disajikan di atas meja."Nona Berry, kamu mengundangku ke sini bukan hanya untuk makan saja, 'kan? Apa ada sesuatu yang ingin dibahas?" tanya Luther."Aku ...." Berry langsung kebingungan. Dia sudah merasa tidak bersemangat seharian, sehingga dia tidak mempertimbangkan hal-hal ini.Untungnya, reaksi Sabian cepat dan segera menyelesaikan masalah ini. "Luther, apa maksudmu? Kalau nggak ada m
"Plak!" Terdengar suara pukulan keras.Gelas anggur di tangan Luther terjatuh dan isinya tumpah semua di lantai.Berry bingung dan berdiri di tempatnya tidak tahu apa yang harus dilakukannya karena tindakannya tadi adalah reaksi refleks dan tak bisa dikendalikannya. Saat melihat Luther hendak meminum anggurnya, dia segera memilih untuk menghentikannya. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu mengapa dia bisa seperti ini.Saat ini bukan hanya Berry, bahkan wajah Sabian juga menjadi pucat dan keringat dinginnya mengalir. Hal yang paling dia khawatirkan akhirnya terjadi juga. Awalnya, dia bisa mengorbankan Luther untuk menjaga keamanan keluarganya, tetapi tindakan putrinya sudah merusak seluruh rencananya. Jika Daniel mempermasalahkan hal ini, Keluarga Chuwardi pasti akan berada dalam bahaya besar."Nona Berry, apa yang kamu katakan tadi? Ada racun di anggur ini?" Luther mengernyitkan alis karena merasa aneh."Glek!" Berry menelan ludahnya dengan gugup.Setelah terdiam selama beberapa detik, B
Berry menggenggam pisaunya makin kuat, luka di lehernya juga makin besar. Melihat adegan itu, Sabian merasa sedih dan tidak berdaya, sehingga akhirnya memilih untuk menyerah."Baiklah, aku akan membiarkan kalian pergi. Tapi mulai hari ini, kamu bukan anggota Keluarga Chuwardi lagi. Mulai sekarang, kita berdua putus hubungan, aku akan menganggap nggak ada putri sepertimu!" kata Sabian dengan nada muram."Ayah?" Seluruh tubuh Berry bergetar dan ekspresinya terlihat menderita."Jangan panggil aku ayah lagi! Cepat pergi!" Setelah memberi isyarat kepada para pengawal untuk mundur, Sabian berbalik dan tidak menatap Berry lagi. Tanpa sadar, kedua matanya sudah dipenuhi dengan air mata. Dia berharap putrinya bisa bertahan hidup dengan pergi jauh meninggalkan Midyar ini dan mendoakan mereka bisa berbahagia."Ayah, maafkan aku." Melihat punggung ayahnya yang sedikit membungkuk, Berry merasa sangat bersalah. Setelah ragu sejenak, dia mengusap air matanya dan segera menarik Luther untuk berlari ke
"Nona Berry!" Melihat Berry yang tertembak dan tergeletak di tanah, ekspresi Luther berubah dan segera memapah Berry. Saat ini, tubuh Berry sudah berlumuran darah dan wajahnya segera menjadi pucat, bahkan tatapannya pun mulai tidak fokus. Dia tidak punya waktu untuk berpikir lagi, lalu segera mengeluarkan jarum perak dan menusuk titik-titik akupunktur Berry untuk menghentikan pendarahannya. Saat dia bersiap untuk mengalirkan energi sejati untuk menyembuhkan Berry, terdengar suara tembakan dari belakangnya lagi.Dor dor dor dor dor ....Lebih banyak peluru yang ditembakkan dari luar pintu dan langsung mengarah pada Luther dan Berry. Dalam sekejap, pecahan batu dan debu beterbangan.Setelah semua peluru habis ditembakkan, sekelompok pembunuh berpakaian lengkap akhirnya keluar dari balik pohon."Aku pikir dia sangat hebat, ternyata kemampuannya hanya sebatas ini saja. Benar-benar mengecewakan!" kata pemimpin kelompok itu yang merupakan seorang pria berotot sambil menyalakan sebatang rokok
Tidak! Lebih tepatnya, Luther ini sudah tidak bisa dianggap sebagai manusia lagi. Kecepatan Luther sangat luar biasa dan tubuhnya sangat kuat hingga bisa mengabaikan ancaman peluru sepenuhnya. Luther juga bisa membunuh yang lainnya dengan mudah dan metodenya sangat kejam. Pria di depan ini benar-benar seperti setan."Di mana Daniel?" Luther yang seluruh tubuhnya berlumuran darah langsung menatap tajam pada pria berotot itu dengan tatapan yang sangat dingin."Tolong ampuni aku! Kami hanya menjalankan perintah saja, kami nggak punya dendam padamu. Asalkan ...." Saat mengatakan itu, pria berotot itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah granat tangan dan langsung melemparnya ke arah Luther. Dia sudah mengatur waktunya dengan baik, sehingga granat tangan itu bisa langsung meledak. Meskipun luar biasa, Luther juga tidak mungkin bisa menahan kekuatan ledakan yang begitu besar. Dia pasti akan menang.Saat pria berotot itu diam-diam merasa senang karena mengira serangannya akan sukses, Luther tiba-tib
Luther masih berlutut di tanah dan menjaga mayat Berry dengan bengong. Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Saat akhirnya tersadar kembali dan mengangkat kepala, dia melihat Sabian membawa pengawalnya mendekat dengan tergesa-gesa. Suara tembakan tadi sudah mengejutkan seluruh anggota Keluarga Chuwardi.Melihat putrinya yang sudah keluar selama itu masih belum kembali, Sabian segera menyadari ada sesuatu yang tidak beres dan langsung memimpin pengawalnya untuk pergi membantu. Namun saat melihat situasinya, dia langsung terkejut dan berdiri bengong di tempatnya dengan ekspresi tidak percaya dengan kejadian itu. Dia berjalan dengan terhuyung-huyung ke depan jasad Berry. Setelah memastikan keadaan Berry, dia berteriak histeris."Berry! Putriku!" Sabian berlutut di depan mayat Berry dan mulai meraung-raung. Sejak kepergian istrinya, dia dan putrinya hidup saling mengandalkan satu sama lain. Awalnya, Sabian berpikir dia akan melihat putrinya menikah dan melahi
Roman mengadakan pesta pribadi seperti ini untuk memenangkan hati orang-orang di Keluarga Luandi itu dan juga untuk mengetahui pemikiran seseorang."Kalian semua bisa datang Vila Dewarom ini, aku benar-benar merasa sangat beruntung. Ayo bersulang," kata Roman sambil tersenyum dan mengangkat gelasnya, lalu memberi hormat ke sekeliling.Melihat adegan itu, semua orang merasa sangat ketakutan dan segera mengangkat gelas untuk membalas Roman. Perlu diketahui, orang di depan mereka ini adalah dewa perang terkuat di Negara Drago dan juga sosok kebanggaan dari seluruh Keluarga Luandi. Roman adalah tokoh besar yang dihormati semua orang di mana pun dia berada dan sekarang dia begitu sungkan terhadap mereka, mereka tentu saja terkejut."Kak Roman, kita semua adalah keluarga, apa kata-katamu ini nggak terlalu berlebihan? Lagi pula, harusnya kita yang berterima kasih, kamu yang seharusnya adalah pilar utama Keluarga Luandi!" Pada saat ini, Daniel mengangkat gelas dengan kedua tangannya sebagai u