Luther merasa kasihan pada Berry. Meskipun beberapa putri keluarga kaya diperlakukan dengan sangat istimewa, mereka harus memberikan kontribusi untuk keluarga sendiri. Ada yang memiliki bakat luar biasa sehingga terus menghasilkan keuntungan untuk keluarga, ada juga yang cantik sehingga dijodohkan untuk memberi manfaat kepada keluarga.Adapun wanita seperti Berry, dia bukan hanya cantik, tetapi juga unggul. Berry adalah eksistensi penting bagi keluarganya untuk berkembang. Itu sebabnya, dia tidak bisa memutuskan pernikahannya sendiri. Seluruh keluarga menaruh harapan padanya.Luther akhirnya mengerti alasan Berry lebih memilih digosipi. Wanita ini melakukannya karena tidak punya cara lain lagi. Tanpa berbasa-basi, Luther mengajaknya bersulang lagi. "Ayo, bersulang."Berry tersenyum, lalu mengangkat birnya dan meneguk semuanya hingga habis. Kemudian, dia membuka 2 kaleng lagi dan menyodorkan salah satunya kepada Luther."Sebenarnya aku merasa sangat beruntung karena bertemu denganmu. Ka
Bianca adalah seorang wanita yang sangat cantik. Baik itu paras ataupun bodinya, semuanya lebih unggul daripada Berry.Apalagi, Bianca adalah cucu Adipati Ezra. Status seperti ini sudah cukup membuatnya dijunjung tinggi oleh orang-orang. Jika dibandingkan dengan Bianca, Berry memang kalah telak.Untuk sesaat, Berry merasa malu pada diri sendiri. Namun, dia juga merasa penilaiannya tidak salah karena Luther dipilih oleh wanita seunggul Bianca."Jujur saja, aku juga cukup terkejut. Aku awalnya nggak tahu dia cucu Adipati Ezra," ujar Luther yang mengedikkan bahu."Artinya, kamu nggak sengaja mendapatkan harta karun?" goda Berry."Bisa dibilang begitu." Luther tersenyum."Kalau begitu, kudoakan kalian berdua bersama sampai kakek nenek!" Berry mengangkat birnya dan bersulang dengan Luther, lalu meneguknya hingga habis.Keduanya minum sambil mengobrol. Karena telah merelakan Luther, Berry merasa lebih terbuka saat mengobrol. Dia memilih untuk memendam perasaan suka itu sedalam-dalamnya. Lagi
"Nona Berry, jangan sembarangan bergerak, hati-hati dengan pistol ini." Saat terdengar suara dengan nada dingin dari belakangnya, Berry secara refleks menoleh untuk melihat dan kebetulan berhadapan langsung dengan lubang pistol dan wajah yang terlihat ganas."Siapa kalian? Berani-beraninya kalian sewenang-wenang di Keluarga Chuwardi!" teriak Berry."Nona Berry, nggak perlu seemosi itu, aku hanya menjalankan perintah saja," kata pria berpistol dengan tenang."Menjalankan perintah? Perintah siapa?" tanya Berry."Tentu saja perintahku." Pada saat itu, seorang pria mengenakan jas dengan postur tubuh kurus dan memiliki bentuk wajah yang tajam tiba-tiba masuk ke dalam ruang rapat. Pria itu adalah Daniel."Kamu?" Setelah melihat orang yang datang, ekspresi Berry segera berubah. Dia baru saja lolos dari bahaya dan melarikan diri dari permukiman orang miskin, dia tidak menyangka Daniel akan begitu cepat datang mencarinya.Daniel melangkah maju sambil tersenyum, lalu jarinya mengangkat dagu Berr
Meskipun Daniel sedang tersenyum, wajahnya menunjukkan dia bukan orang yang baik."Apa yang Tuan Daniel ingin aku lakukan?" Berry tiba-tiba merasa gelisah."Mudah sekali. Besok kamu cari sebuah alasan untuk mengundang Luther makan di rumahmu, lalu kamu masukan racun ini ke dalam anggurnya. Setelah efek racunnya bekerja, kamu boleh pergi dan serahkan sisanya untuk kutangani."Saat mengatakan itu, Daniel mengeluarkan sebuah botol obat hitam dan meletakkannya di atas meja. Botol itu berisi Racun Uzur yang khusus digunakan untuk menghadapi para ahli bela diri. Ahli mana pun yang berada di bawah tingkat master yang terkena racun ini, seluruh tubuhnya akan menjadi lemas dan tidak bisa mengeluarkan kekuatan apa pun."Tuan Daniel, kita bisa mencoba memaafkan orang, nggak perlu sampai bertindak sekejam itu, 'kan?" kata Berry dengan ekspresi yang agak muram. Bahkan orang bodoh pun tahu apa yang akan dilakukan Daniel. Jika dia meracuni Luther, bukankah dia akan menjadi pembantu pembunuhan?Daniel
Mendengar ancaman Daniel, semua anggota Keluarga Chuwardi langsung menjadi panik. Mereka jelas tidak melakukan apa pun, tetapi tiba-tiba menjadi korban. Ini benar-benar sebuah kesialan.Alfon terkejut hingga berlutut di lantai dan mulai memohon ampun, "Tuan Daniel, mohon ampuni kami. Keluarga Chuwardi selalu taat hukum, Anda nggak boleh sembarangan membunuh orang nggak bersalah!""Tuan Daniel, Anda adalah orang yang baik hati, tolong lepaskan kami!" Semua anggota Keluarga Chuwardi menjadi panik.Namun, Daniel tetap tidak goyah dan berkata dengan tenang, "Nggak ada gunanya kalian memohon padaku. Kalian harusnya memohon pada Nona Berry, nyawa kalian ada di tangannya."Alfon menjadi panik dan berteriak, "Berry, kenapa kamu masih bengong di sana? Cepat setuju! Apa kamu ingin melihat semua kerabat kita mati?""Paman Alfon, Luther adalah penyelamatku, aku nggak boleh mengkhianatinya!" kata Berry sambil mengernyitkan alis dengan erat.Alfon langsung memarahinya, "Penyelamat apa? Apa nyawa Lut
Terdengar suara tembakan pistol sekali lagi dan ada anggota Keluarga Chuwardi kedua yang tergeletak di genangan darah. Dalam sekejap, terdengar suara jeritan dan ratapan memenuhi udara. Ada suara tangisan, teriakan, dan permohonan maaf yang bersahut-sahutan."Berengsek, aku akan membunuhmu!" kata Berry dengan mata yang memerah, lalu mengambil pisau di lantai dan bersiap untuk melawan Daniel. Namun dia baru saja bangkit, pengawal Daniel menendangnya kembali ke lantai."Nona Berry, sepertinya bobot kerabat biasa ini masih nggak sebanding dengan Luther di hatimu. Baiklah, aku akan meningkatkan taruhannya."Setelah mengatakan itu, Daniel bertepuk tangan. Tak lama kemudian, dua pengawal berbadan besar masuk sambil menyeret seorang pria paruh baya. Pria itu adalah ayah Berry, Sabian."Ayah!" Melihat orang yang masuk, ekspresi Berry segera berubah menjadi sangat ketakutan. Dia tidak menyangka ayahnya akan ditangkap."Nona Berry, aku akui kamu memang sangat berani. Tapi, kalau hanya bisa memil
Keesokan paginya, Berry yang tidak tidur semalaman terpaksa menelepon dan mengundang Luther untuk makan siang di rumahnya. Luther tidak curiga dan menerima undangannya dengan senang. Setelah menutup telepon, dia seolah-olah kehilangan semua energinya dan duduk lemas di kursi dengan wajah yang pucat dan tatapan yang tak bersemangat. Hanya dalam semalam saja, dia menjadi jauh lebih kelelahan."Berry, bagaimana? Sudah menghubungi Luther?" Pada saat itu, Sabian masuk ke dalam ruangan.Berry tidak berbicara dan hanya menganggukkan kepala.Melihat putrinya yang tidak bersemangat, Sabian menghela napas panjang dan menghibur, "Berry, aku tahu kamu sangat sedih, tapi saat ini kita nggak punya pilihan lain. Kekuatan Daniel sangat besar dan ada Keluarga Luandi yang mendukungnya, kita nggak bisa menyinggungnya. Lagi pula, ada banyak anggota Keluarga Chuwardi yang sudah dikendalikan Daniel, mereka semua akan mati kalau kita memberontak. Jadi, kali ini kita hanya bisa menjadi orang jahat."Setelah m
Sebaliknya, Berry yang berada di samping terlihat murung dan tidak fokus. Saat Sabian menyenggolnya dengan bahu, dia baru tiba-tiba tersadar kembali dan memaksakan senyumannya. "Luther, aku sudah menyiapkan makanan dan minumannya, silakan.""Ayo," jawab Luther sambil tersenyum.Ketiganya berjalan masuk ke dalam rumah sambil berbincang-bincang. Berbeda dari biasanya, suasana di rumah Keluarga Chuwardi hari ini jelas lebih sepi dan tidak ada banyak orang di vila yang begitu luas. Ketiganya berjalan sambil berbincang hingga akhirnya tiba di ruang tamu dan duduk. Tak lama kemudian, satu per satu hidangan disajikan di atas meja."Nona Berry, kamu mengundangku ke sini bukan hanya untuk makan saja, 'kan? Apa ada sesuatu yang ingin dibahas?" tanya Luther."Aku ...." Berry langsung kebingungan. Dia sudah merasa tidak bersemangat seharian, sehingga dia tidak mempertimbangkan hal-hal ini.Untungnya, reaksi Sabian cepat dan segera menyelesaikan masalah ini. "Luther, apa maksudmu? Kalau nggak ada m